Nyatanya, kegilaan itu tidak dapat di hentikan meski sudah berulang kali Bella tahan. Ia tetap menjadi gadis bodoh dan kembali takluk pada apa yang ia yakini sudah benar. Mengabaikan segala fakta bahwa hubungan yang terjalin diantara mereka masih terlihat gamang dan begitu hampa. Pondasi mereka bahkan tidak se kokoh seperti pasangan lain. Bella seolah berdiri di atas seutas tali yang bisa kapan saja putus jika dirinya bergerak sedikit saja. Namun, ia tetap menyerahkan seluruh yang tersisa dari dirinya kepada Elard dengan cuma-cuma. Hanya karena ia terlalu takut kesempatan itu akan hilang dan meninggalkan dirinya pada keputusasaan.
Menjadi pengecut mungkin adalah cara jitu yang memang harus ia pertahankan.
Sambil meringis lantaran pusing yang kembali mendera kepalanya, Bella mengeratkan pegangan pada sekeliling leher Elard. Lelaki itu memaksa membawa dirinya pulang seolah tatapan kesal Oydis serta tatapan menghujam milik Andreas tidak memberikan efek apapun pada Elard. Dalam rengkuhannya, Bella merasa tenang sekaligus utuh. Lagipula, ia benar-benar memerlukan istirahat yang benar setelah beberapa hari ini dirinya tidak mendapatkan hal itu. Seluruh badannya seolah mengeluh akibat terlalu sering ia pakai.
"Kau tidak bisa membawa Bella begitu saja."
"Tentu saja aku bisa. Dia kekasihku. Dan aku memiliki hak penuh atas dirinya."
"Sungguh tidak tahu malu mengucapkan hal itu setelah apa yang di lakukannya kemarin." Oydis bergumam dengan nada jengkel. Meski nada suaranya ia tetap biarkan keras hanya agar Elard mendengar kalimat kesalnya barusan.
"Oyids kumuhon..." Bella menjawab dengan lemah. Pening ini sungguh mengganggu dirinya. Sedang pegangan Elard pada sekitar pinggangnya mengerat dengan gemeletuk gigi yang bisa Bella dengar dari arah bawah. Menandakan bahwa Elard tengah terpancing emosi.
"Aku butuh istirahat. Dan berdebat bukan hal yang ingin aku lakukan sekarang."
"Kau gila atau bagaimana Bella?! Tidak ingat kemarin kau bahkan terlihat berantakan dan mengerikan saat datang kemari? Jangan menjadi bodoh hanya karena kalimat palsu yang di ucapkan lelaki brengsek itu!"
"Aku memang bodoh dan aku mengakui itu."
"Lantas kenapa kau masih luluh Bella? Apa yang di tawarkan lelaki pengecut itu hingga kau begitu takluk?!" Oydis bertanya tak habis pikir. Gumpalan kekesalannya seolah berkumpul di atas kepala.
"Tidak ada. Aku hanya mengejar apa yang aku yakini bener."
Elard jelas merasa tersinggung. Bella berbicara seolah dirinya adalah lelaki dengan tingkat tanggung jawab yang minim. Menimbulkan percikan amarah dalam diri Elard hingga ia nyaris meringsek maju untuk menerjang Oydis dengan sebuah pukulan. Namun Bella menahan dada Elard dengan sisa tenaga yang ia punya. Hanya agar tidak terjadi pertengkaran yang harus melibatkan fisik. Itu jelas bukan opsi yang benar dalam menanggulangi sebuah masalah.
"Kalian bisa bertengkar kapan saja. Tapi tidak hari ini. Aku hanya membutuhkan istirahat yang cukup. Dan setelah itu aku akan mengizinkan kalian mencecarku dengan sumpah serapah--- itupun jika kalian mau. Dan aku berani bersumpah aku tidak akan keberatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
RomanceMerupakan suatu kegilaan besar saat Bella memilih untuk menyerahkan seluruh kehidupan nya di bawah naungan sosok yang ia yakini sebagai pegangan untuk dirinya bisa bertahan hidup----- Richolas Elard Zheroun. Dirinya tidak memiliki pilihan lain saat...