Tidak ada yang lebih memuakkan daripada mendekam di rumah sakit selama seminggu penuh tanpa melakukan apapun. Bella sudah mengerahkan segala upaya agar Elard mau memulangkannya. Dan dengan watak keras kepalanya, Elard menolak dengan tegas keinginan Bella tersebut. Hanya karena dokter mengatakan bahwa perban di kepalanya masih harus di ganti secara rutin. Dan itu sungguh menyebalkan saat Bella tidak bisa menolak larangan Elard.
"Berhenti menampilkan mimik wajah menjijikkan seperti itu. Itu sama sekali tidak terpengaruh padaku."
"Kau tau? Kau begitu menyebalkan dan berubah menjadi cerewet selama seminggu ini."
Pertengkaran konyol keduanya tidak pernah habis dan telah berhasil menjadi pengisi hari-hari mereka selama di rumah sakit. Elard seolah menjadi pribadi yang sangat jauh berbeda dengan sosok Elard yang ia temui pertama kali.
Rasanya, Bella ingin menggeledah isi otak Elard agar tau alasan dari perubahan sikapnya yang berubah drastis. Elard kadang bisa menjadi begitu mengerikan saat di landa emosi dan kadang juga bisa menjadi pribadi yang manis seperti akhir-akhir ini. Kecuali, saat mereka mulai berdebat.
"Andreas dan Oydis akan datang ke sini hari ini."
Pergerakan tangan Elard yang akan membuka kenop pintu kamar mandi terhenti di udara. Secara reflek badannya kembali berputar menghadap ke arah Bella.
"Siapa yang mengizinkan mereka kemari?"
"Aku. Mereka sahabat-sahabat ku El. Dan kau tidak bisa terus melarang mereka untuk berkunjung."
Satu geraman lolos dari mulut Elard. Dan ia berjalan ke arah Bella dengan tergesa.
"Kali ini kau bahkan berani melawan ku Bella? Apa larangan ku kemaren tidak sekalipun berpengaruh kepadamu?"
"Kumohon... jangan emosi terlebih dahulu. Aku sudah bilang pada mereka bahwa aku hanya akan diberi waktu selama satu jam untuk bertemu."
Bagaimanapun juga, amukan Elard adalah hal terakhir yang sangat Bella hindari. Bayangan akan semengerikan apa saat Elard berada di puncak emosinya, berhasil menghantarkan getar takut pada Bella. Ingatan ketika dirinya di cekik dengan begitu kuat oleh Elard, masih melekat jelas dalam kepalanya. Dan ia tidak berani memancing sisi mengerikan dari Elard yang satu itu ke permukaan.
"Please... Kali ini saja izinkan aku. Bukankah lagipula dua hari lagi aku sudah di perbolehkan pulang?"
"Tapi tidak secara gratis."
Bella bangkit dengan cepat akan tawaran menggiurkan dari Elard. Dan matanya berbinar penuh harap.
"Ya. Apapun itu, katakan saja... aku bisa melakukan semua hal ketika sudah sembuh nanti."
"One kiss for an hour visit."
Jawaban Elard membuat Bella tersedak ludahnya sendiri. Perlahan, rona merah menjalar pada pipinya. Meski status hubungan mereka adalah sepasang 'kekasih', namun kegiatan intim seperti ini masih belum menjadi hal yang lumrah baginya. Bella bahkan baru merasakan euphoria semacam ini hanya ketika bersama Elard. Dan bayangan ciuman menggebu mereka berdua tempo hari, membuat Bella tersipu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
RomanceMerupakan suatu kegilaan besar saat Bella memilih untuk menyerahkan seluruh kehidupan nya di bawah naungan sosok yang ia yakini sebagai pegangan untuk dirinya bisa bertahan hidup----- Richolas Elard Zheroun. Dirinya tidak memiliki pilihan lain saat...