Bella tidak pernah merasa salah saat memilih untuk menggantungkan kehidupannya pada orang lain. Menjadikan kehadirannya sebagai alasan agar dia tetap mempertahankan hidupnya. Ia tidak pernah terlena se dalam ini hingga rasanya ia terkepung. Tidak memiliki jalan keluar, dan ia kehilangan tujuan awal dalam menjadikan Elard sebagai pegangan hidupnya. Ia berubah goyah pada puncak ilusinya sendiri. Menghantarkan getar gila untuk bisa memiliki Elard sepenuhnya. Kali ini... hanya untuk dirinya sendiri.
Keserakahan ini muncul secara spontanitas. Rasa kepemilikan pada Elard membuat Bella merasa berhak untuk merasakan perasaan ini. Dan ia tidak keberatan jika harus berubah menjadi kejam demi tetap menjaga Elard untuk tetap bersamanya.
Sungguh, apa yang ia dengar hari ini membuat kupingnya terasa panas. Rasa tidak terima menjalar begitu saja pada relung hatinya. Ia merasa dikhianati.
"Kumohon jangan membuat cerita karangan Oydis."
"Apa mukaku terlihat sedang bercanda Bella?"
Bella mendesah frustasi saat Oydis benar-benar tampak meyakinkan. Tidak ada kebohongan yang coba ia tutup-tutupi sedikitpun darinya.
"Tapi Elard tidak pernah sekalipun menyinggung hal ini padaku."
"Kau bodoh atau bagaimana? Elard jelas tidak akan membeberkan fakta ini begitu saja. Terlebih, ia mungkin sedang senang memanfaatkanmu sekarang--- Meski aku tidak tau kenapa Elard berbuat seperti ini."
Entah ia yang terlalu naif atau Bella yang memang tidak ingin menerima kebenaran ini--- ia tidak tau.
"Apa yang akan kau lakukan Bella?"
Jika saja ia memiliki kemampuan untuk memberontak dan mempertanyakan akan maksud dari segala perlakuan dan keputusan Elard ini, Bella ingin sekali melakukannya. Namun pada dasarnya, nyalinya tidak sebesar itu. Ia tetap pada ke egoisannya untuk menjadikan Elard sebagai pegangan untuk dirinya sendiri, dimana artinya ia menginginkan Elard hanya untuk dirinya seorang. Meski ia sendiri sadar bahwa jalinan yang ada di antara mereka tidak pernah jelas.
Kata 'kekasih' hanya seperti kamulfase bagi Elard agar bisa memerangkap dirinya pada suatu jebakan--- begitu menurut rancangan spekulasi dalam otaknya. Lihat... ketika dirinya di suguhkan suatu berita mencengangkan seperti ini, otaknya tidak sedikitpun memberikan peluang agar Bella bisa berfikir positif. Kepalanya ribut dengan segala praduga yang membuat dirinya jengkel.
"Aku tidak tau Oydis."
Ketika pikirannya sudah terasa buntu. Di situlah kehadiran Elard yang terkesan tiba-tiba membuat dirinya terkejut bukan main.
Wajah penuh kemurkaan yang terpampang jelas menjadi penggiring di setiap langkah kakinya yang terasa menggema. Dan di tempat duduknya, Bella merasa gemetar saat arah tatapan Elard tak sedikitpun teralihkan darinya.
"Pulang Bella."
"Kau tidak bisa membawa Bella sesuka hati."
"Begitu Bella?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain
RomanceMerupakan suatu kegilaan besar saat Bella memilih untuk menyerahkan seluruh kehidupan nya di bawah naungan sosok yang ia yakini sebagai pegangan untuk dirinya bisa bertahan hidup----- Richolas Elard Zheroun. Dirinya tidak memiliki pilihan lain saat...