22 ~ Life Cycle

953 33 0
                                    

Sudah sejak dua jam yang lalu Bella berdiri dengan enggan di depan pintu apartemen ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah sejak dua jam yang lalu Bella berdiri dengan enggan di depan pintu apartemen ini. Merasa bimbang apakah ia harus meneruskan maksud dari kedatangannya kesini, atau tidak. Ia dilanda beribu keraguan. Selain itu, Bella bingung harus memberikan keterangan bagaimana jika dituntut sebuah penjelasan nantinya. Terlalu takut untuk membeberkan fakta menyedihkan yang selalu berderak di sekitarnya. Mengepungnya. Dan menenggelamkan Bella pada dasar yang tak berujung.

Masih dalam balutan kegamangan, Bella tersentak dengan cepat kala pintu di depannya terbuka dari dalam. Menampilkan sepasang kekasih yang kali ini sama terkejutnya dengan dirinya.

"Bella?! Apa yang kau lakukan disini?"

Ditanya seperti itu ternyata berhasil membuat Bella menggigit bibir dengan gugup, ia seolah kehilangan jawaban atas pertanyaan sederhana yang di ajukan padanya.

"Hey... kenapa malah melamun? Kau kenapa Bella? Everything is fine?"

Mendadak Bella ingin lari dari sana. Sayangnya, kegelisahan itu rupanya tertangkap jelas oleh penglihatan sepasang kekasih yang berada di hadapannya ini hingga tidak ada lagi kesempatan baginya untuk menghindar dari pertanyaan-pertanyaan mereka yang Bella biarkan mengambang di udara.

"Boleh aku masuk terlebih dahulu?" Selanya dengan cepat. Dan oh tuhan! Bella sebenarnya tidak ingin nada suaranya terdengar seperti memohon, namun getar itu menyebabkan tenggorokannya sedikit tercekat hingga suara yang timbul hanya seperti sebuah cicitan kecil.

"Tentu, kau tidak perlu bersikap formal seperti itu."

Sebelumnya Bella tak pernah sedikitpun merasakan kecanggungan ini. Namun sekarang, ia nyaris tidak bisa mengangkat wajah hanya untuk sekedar berbincang dengan mereka.

"Jadi?"

"Jadi? Em.... a---"

Bella belum sepenuhnya menyelesaikan kalimatnya saat seruan panik Oydis terdengar nyaring memekakan telinga.

"Astaga! Tangan mu Bella! Tanganmu! Oh tuhan... Andreas lakukan sesuatu, kumohon apapun itu! Tidak, oh... darah!" Dan bodohnya, Bella melupakan fakta yang satu itu hingga menimbulkan kehebohan yang memang selalu menjadi titik histeris dari seorang Oydis.

"Aku tidak apa-apa."

"Tidak. Kau terluka. Dan mengeluarkan darah. Dan sudah kering. Oh tuhan Andreas... Bella berdarah!"

Sambil meringis dengan tak nyaman, Bella mundurkan langkahnya dengan perlahan agar tangannya yang berdarah jauh dalam jangkauan pandangan Oydis. Sedang Andreas mulai mengambil perannya untuk menenangkan Oydis yang mulai bernafas dengan tersendat.

"Bernafas Oydis... bernafas!"

Seharusnya, ia lebih seksama memperhatikan penampilannya sebelum benar-benar datang ke tempat ini dan membuat kegaduhan.

"Tunggu aku di meja makan Bella. Aku akan menenangkan Oydis terlebih dahulu." Sambil menganggukkan kepala dengan ragu, Bella langkahkan kakinya dengan lunglai. Ada perasaan membara serta bersalah yang menyelinap.

The PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang