Jay berjalan keluar dari kamar Mirae dengan raut wajah kusut. Mirae sedari dulu memang memiliki dokter pribadi karena kondisinya bisa tiba-tiba kurang baik. Sekarang dokter tersebut tengah menangani Mirae yang masih tertidur pulas.
Jay menuruni tangga rumah Mirae dengan wajah pusat pasi gadis itu menghantui pikirannya. Jay menghampiri Dohee dan ketiga temannya di ruang tamu rumah Mirae.
"Gimana, Jay, Miraenya?" tanya Dohee sangat khawatir.
"She's fine. Butuh istirahat aja," jawab Jay lalu duduk di sebelah Heeseung.
"Mirae kenapa?" tanya Niki.
Jay menggeleng. "Dokter juga masih belum tahu kenapa."
Niki mendengus panjang. Walau laki-laki itu tidak terlalu dekat dengan Mirae, Niki sudah menganggap Mirae sebagai salah satu teman dekatnya karena gadis itu benar-benar baik padanya.
"Orang tuanya udah tahu, Jay?" tanya Heeseung.
Jay mengangguk.
"Nanti nyokapnya kesini. Lagi on the way balik," jawab Jay.
"Bokapnya kemana?" tanya Jungwon penasaran karena ayah Mirae memang jarang terlihat di rumah.
"Bokapnya kan enggak di Indonesia. Di Belanda, lagi ada urusan bisnis disana," jawab Jay.
Jungwon membulatkan mulutnya tanda mengerti.
"Siapa yang ngasih Mirae amplop ini, ya?" tanya Dohee lalu mengeluarkan amplop tersebut dari tas sekolahnya.
Jay mengambil amplop tersebut dan mengeluarkan isinya.
Laki-laki itu memperhatikan foto demi foto yang ada disana dan membaca sekilas sepucuk surat yang ada.
Jay memejamkan matanya lalu menghela nafas panjang.
"Kenapa, Jay?" tanya Heeseung menyadari sahabatnya itu tidak baik-baik saja.
Jay meletakkan amplop tersebut diatas meja lalu mengusap wajahnya kasar.
Keempat teman Jay saling bertatapan. Mereka tidak pernah melihat Jay sehancur ini. Laki-laki itu biasanya jutek, angkuh, dan selalu terlihat cuek. Namun, kali ini laki-laki itu sangat terpukul sampai-sampai raut wajahnya tidak bisa berbohong.
"Jay... Ada sesuatu yang kita enggak tahu, ya?" tanya Dohee pelan.
Jay berdecak.
"Enggak semua yang terjadi antara gue dan Mirae lo pada harus tahu," ketus Jay.
Heeseung tersenyum kecil. Kata-kata itu pernah Jay sampaikan padanya saat kedua orang itu tengah menikmati matahari terbenam di tempat kesukaan Jay.
Dohee melirik Niki dan Jungwon lalu dibalas gelengan oleh kedua orang itu.
Jay berdiri dari duduknya dan berjalan keluar rumah Mirae. Heeseung dengan cepat ikut berdiri dan berniat mengikuti laki-laki itu.
"Stay here," pesan Heeseung kepada ketiga temannya.
Jay pergi ke taman didepan rumah Mirae. Ia duduk di salah satu bangku sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menandakan sebentar lagi akan turun hujan.
"Hey." Heeseung duduk di sebelah Jay.
"Yeogiseo mwohae?" tanya Jay.
"Nemenin lo," jawab Heeseung seadanya. "Gue harus memastikan lo enggak kenapa-kenapa."
"Gue enggak kenapa-kenapa, Hee," balas Jay cepat.
"No you're not," elak Heeseung.
Jay mendengus panjang. "Yea okay, fine. Gue lagi enggak mau ribut sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten || Park Jongseong (Jay) [16+]✔
Fanfiction[COMPLETED✅] Menjadi tampan dan populer tidak menjamin hidup kalian akan bahagia. Bagaimana jika kalian berteman, bahkan bersahabat, dengan seorang perempuan super ekstrovert dan terlalu lugu? Jika kalian mengalami hal ini, mungkin kalian akan paham...