Episode 49

136 12 0
                                    

Heeseung menopang dagunya dengan tangan kanannya. Dari depan kelasnya, yang terletak di lantai 3, ia menyaksikan Yujin yang tengah melaksanakan kelas olah raga.

Beberapa hari telah berlalu. Heeseung sudah tidak pernah mendapat kabar Jake dari Jay. Mirae sudah kembali bersekolah seperti biasa, tak terkecuali dirinya dan ketiga teman-temannya.

Masalah mereka seolah-olah sudah selesai. Padahal Heeseung yakin Jake masih memiliki beberapa rencana busuk yang akan ia lakukan. Namun, nama Jake benar-benar seperti hilang ditelan bumi. Mirae bahkan mengaku sudah tidak pernah dihubungi atau dikunjungi Jake.

Heeseung tahu Jay mengetahui sesuatu, tetapi bukan Jay namanya jika apa-apa ia ceritakan. Laki-laki itu terlalu tertutup. Selama semua terkendali, Heeseung tidak akan memaksa temannya itu untuk bercerita.

Rambut kuncir ekor kuda Yujin yang bergoyang ke kanan dan ke kiri sembari gadis itu berlari mengejar bola basket membuat Heeseung seperti dihipnotis. Ia tidak berkedip sama sekali, entah Yujin menyadarinya atau tidak, Heeseung tidak peduli.

Laki-laki itu mengkhawatirkan kondisi gadis itu setelah mengetahui kebenaran bahwa kakaknya ikut menjadi korban kebodohan Jake. Ia sendiri menyesal telah menganggap Yujin sama seperti penggemar-penggemar Jay yang lainnya.

Bagaimana mungkin seorang adik kelas yang tak pernah ia kenal tiba-tiba menghantui pikirannya hanya karena ia ternyata adalah korban Jake juga? Bagaimana mungkin Heeseung bisa terkesima pada Yujin yang membelanya saat Sunghoon sudah menghabisinya mati-matian hanya karena tidak ingin Heeseung kenapa-kenapa? Bagaimana mungkin seorang Heeseung bisa secepat itu move on dari Mirae yang sudah ia sukai dalam diam selama 3 tahun?

Heeseung mendengus panjang. Perkataan Yujin yang memintanya untuk tidak dekat-dekat bahkan bicara padanya lagi seolah menjadi kaset rusak di pikiran laki-laki itu. Ia kecewa, namun ada hak apa dia untuk marah? Ia lebih memilih untuk menghormati keputusan Yujin daripada membuat Yujin tidak nyaman.

"Hee."

Heeseung menoleh, mendapati Dohee ada di sebelahnya.

Heeseung menegapkan badannya, seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal ia hanya tidak mau Dohee menyadari bahwa dirinya tengah mengamati Yujin yang ternyata tetangganya.

"Maaf, ganggu, ya?" tanya Dohee.

Heeseung menggeleng dan bersandar di tembok tersebut.

"Lo makin berjarak sama Mirae," celetuk Dohee.

Heeseung mendengus. Ia dalam hati mengakui bahwa Mirae memang mulai benar-benar menghabiskan waktunya dengan Jay.

"Are you happy with that?" tanya Dohee.

Heeseung berdeham. "She has found her destiny."

"But you love her," balas Dohee.

"I can't beat Jay," ucap Heeseung. "Sampai kapanpun gue enggak bisa ngalahin dia."

"Bohong. Lo bukannya enggak bisa ngalahin Jay, lo cuma ngalah sama Jay," elak Dohee.

"Lalu? Gue harus perjuangin Mirae yang udah jelas-jelas suka sama Jay?" tanya Heeseung. "Gue enggak sebodoh itu."

"Wae?"

Heeseung mengernyit mendengar pertanyaan Dohee barusan.

"Kenapa lo enggak perjuangin dia?" tanya Dohee.

"Gue udah bilang gue enggak bisa ngalahin Jay," jawab Heeseung.

Dohee tertawa miris.

"Lo lepas Mirae gitu aja?" tanya Dohee. "Padahal dulu gue berharap Mirae berakhir sama lo bukan sama Jay."

Forgotten || Park Jongseong (Jay) [16+]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang