3

1.7K 208 28
                                    

"Semua masalah pasti bisa diselesaikan dengan cara baik. Tapi jika salah satunya tega menikung, mungkin jalan keluar terbaiknya adalah putus pertemanan."

***

Begitu keluar dari gerbang SMA Purnama, mobil putih yang dikendarai oleh kakak iparnya sudah terparkir di pinggir jalan. Alin mempercepat langkahnya guna menghampiri si kakak ipar.

Ketika ia sudah duduk di samping Ara, wanita itu tetap bungkam, seperti kemarin-kemarin. Hingga saat ini, belum ada satu obrolan pun di antara mereka. Bukannya disengaja, hanya saja Alin memanglah tipikal gadis yang tak akan bicara, sebelum orang itu menegurnya lebih dulu.

Ara lantas menarik tuas mobilnya, dan beranjak dari tempat itu. Namun beberapa saat kemudian, Ara malah mengklakson sesuatu, bahkan hingga menurunkan kaca jendela mobilnya.

"Dam! Ayo!" ujarnya pada seseorang di seberang jalan. Alin yang penasaran, sontak menoleh ke luar jendela, ternyata orang yang dipanggil oleh kakak iparnya adalah Sadam.

Lelaki itu berada di pinggir jalan, dan berniat hendak menyebrang. Alin ingin bertanya lebih pada si kakak ipar, namun ia tak punya keberanian untuk berbicara sepatah katapun.

Tak lama kemudian, pintu mobil bagian belakang kini dibuka. Sadam masuk dan duduk tepat di belakang Alin. Begitu melihat Alin dari kaca kecil di bagian depan, Sadam tampak kaget, namun ia tak bereaksi berlebihan sebab Ara menoleh padanya.

"Tumben gak bawa motor?"

Nah, sepertinya kakak iparnya ini sangat kenal dengan Sadam.

"Selagi bisa nebeng, kenapa mesti bawa motor." Jujur, itu jawaban terbodoh yang Alin dengar.

Ara hanya terkekeh pelan, sembari menjalankan kembali mobilnya.

"Kak Ara tumben ke sekolah. Mau balik jadi anak SMA lagi?" tanya Sadam dengan guyonan yang garing menurut Alin.

"Nggak lah. Aku lagi jemput adik ipar. Ngomong-ngomong, kalian udah saling kenal belum?"

"Belum," jawab Sadam cepat.

"Oh, beda kelas ya?" tanya Ara. Tampaknya wanita itu lebih mudah bicara dengan Sadam ketimbang adik iparnya sendiri.

Hening selama beberapa saat. Sejak tadi Alin sibuk memalingkan wajahnya ke arah jendela.

"Kok diem?" Ara bersuara lagi.

Sadam berdehem pelan. "Emangnya kalau satu kelas, harus saling kenal ya?"

Ara mengulum senyumnya. Sejak dulu, ia memang tak pernah menang jika berdebat dengan Sadam.

"Yaudah, kenalin ini adik iparku. Namanya Alin. Aku tau kalian sekelas. Kalau mau kenal lebih, tanya-tanya aja sendiri. Oke?" Ara akhirnya mengambil jalan tengah dari pertanyaannya sendiri.

"Emangnya aku mau?" balas Sadam dengan nada sombong.

Alin sontak memalingkan wajahnya ke samping. "Bacot lo!"

Mendengar umpatan Alin yang terkesan mendadak dan terdengar kasar, Ara dan Sadam sontak terdiam.

***

Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka tiba. Mobil yang dikendarai Ara berbelok hendak masuk ke halaman rumah. Tak disangka-sangka, Sadam malah membuka pintu, dan melompat dari mobil. Lelaki itu sempat terguling, namun tak lama ia bangkit, dan berlari menuju rumahnya.

Alin yang shock melihat pemandangan sinting itu sontak menoleh pada si kakak ipar dengan tatapan bertanya. Namun Ara malah menampilkan senyumnya sembari geleng-geleng kepala.

SEKAT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang