41

550 77 14
                                    

"Restu orang tuamu itu berat. Memaksa maju, tapi aku tak punya apa-apa. Sementara mundur, aku masih cinta."

***

"Sadam orang kedua yang ngucapin gue." Naumi berujar gembira.

"Oh ya?"

"Kalian sama-sama ngucapin di jam dua belas sih, tapi chat lo duluan yang masuk, abis itu dia. Tapi yang bikin gue kesel, dia langsung ceklis. Kayanya abis itu dia langsung tidur deh." Naumi tampak excited.

"Yang penting dia ngucapin tepat waktu, Nau."

Naumi mengangguk.

"Oh iya, lo lagi pengen apa?"

"Lo mau ngasih gue kado?" Naumi langsung menebaknya. "Kan gue udah bilang. Lo datang nanti aja gue udah seneng banget."

"Hbd ya, Nau. Langgeng terus sama Sadam ya." Alma kebetulan lewat di depan meja mereka, lantas mampir sebentar.

"Thanks, Alma."

"Gimana? Ada acara gak di rumah lo?"

Naumi tersenyum. "Gak, Al. Paling cuma sama keluarga doang."

Alma mengangguk. "Okey. Have fun ya."

Ketika Alma pergi, Alin menatap Naumi penuh tanya.

"Lo gak ngundang anak kelas?"

Naumi menggeleng. "Acaranya cuma kecil-kecilan. Cuma sebatas keluarga gue, trus lo sama Sadam."

"Kenapa gak ngundang yang lain?"

"Gue gak deket sama mereka. Gue cuma deket sama kalian berdua."

***

Pulang sekolah, Alin memutuskan untuk naik gojek. Dia akan membeli sesuatu di sebuah toko aksesoris untuk membeli kado Naumi nanti. Sepuluh menit setelahnya, Alin memutuskan untuk membelikan jam tangan saja.

Setibanya di rumah, Alin meminta izin untuk keluar sebentar saja malam ini dengan Ara. Wanita itu tak keberatan bahkan membantu Alin untuk memilih baju dan menghias diri.

Sembari memakai sepatu, Alin menyempatkan diri membuka ponsel untuk memesan gojek.

"Lin, tunggu apa lagi?" Ara memasuki kamarnya lagi. "Sadam udah nunggu di depan tuh."

Alin terbelalak. Padahal dia tak membuat janji dengan lelaki itu. Buru-buru Alin bergegas untuk segera keluar rumah.

Dan, wow. Sadam keliatan berbeda malam ini.

"Ngapain sih di dalam? Jahit baju dulu ya?" Setampan apapun auranya, sifatnya tak akan pernah berubah sedikitpun. Camkan itu!

Alin mendengkus sebal. "Yaudah buruan."

***

Seperti yang Naumi katakan pagi tadi, dia memang benar-benar mengadakan pesta kecil-kecilan. Alin kini sudah ada di pelataran rumahnya. Tampak sepi. Ia tak melihat kendaraan lain yang terparkir di sini.

Sibuk menatap sekeliling rumah Naumi, ia malah tak acuh dengan Sadam. Lelaki itu terlihat tak cerewet malam ini. Atau mungkin dia sedang nervous sebab sebentar lagi akan berjumpa dengan keluarga Naumi?

"Biar gue yang ketuk." Ujar Alin.

Alin menekan tombol bel sekali saja. Tak butuh waktu lama, pintu lantas terbuka menampilkan sosok Naumi yang mengenakan gaun simpel senada dengan Sadam. Gadis itu terlihat bahagia dan langsung memeluk Alin erat.

"Happy birthday, Nau." Alin memberikan paper bag kecil pada gadis itu.

"Kan gue udah bilang gak perlu repot-repot. Lo dateng aja udah cukup. Btw, thanks, ya, Lin."

SEKAT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang