"Hubungan antar keluarga saja aku masih merasa asing. Apalagi sebatas ipar."
***
Baru saja memasuki rumahnya, Alin mendengar suara tangis seseorang. Dengan panik, Alin bergegas mencari sumber suara.
Dan ya, Ara sedang duduk meringkuk di sofa ruang tengah. Suara tangis wanita itu tercekat. Alin mempercepat langkahnya guna menyusul sang kakak ipar.
Dengan hati-hati, Alin menyentuh lengan Ara, pelan. Namun di luar dugaan, Ara mendongak, dan membuat Alin kaget.
"Kak Ara ke-"
Belum sempat Alin menyelesaikan ucapannya, Ara bangkit dan beranjak menuju kamarnya. Alin termangu. Ara tampak seperti orang stres. Tapi tangis wanita itu belum juga berhenti.
Alin jelas tak bisa diam saja. Hari ini Cakra sedang lembur kerja. Alin takut menghubungi abangnya. Bagaimana jika nantinya mereka malah bertengkar? Tapi Alin juga tak bisa membiarkan kakak iparnya menangis begitu saja. Bagaimana jika terjadi apa-apa dengan kandungan wanita itu?
Tanpa pikir panjang, Alin segera keluar rumah. Tak peduli jika seragam sekolahnya belum diganti saat ini.
Hanya ini jalan satu-satunya. Orang yang bisa membantunya sekarang hanya Sadam.
Ketika tiba di hadapan rumah Sadam, kebetulan pintu rumah lelaki itu memang sedang terbuka, menampilkan Sadam dan seorang lelaki yang tadinya berdiri menunggu Sadam di depan rumah. Keduanya sontak menoleh kala Alin berdiri di depan pintu.
Hening, selama beberapa saat.
"Sadam, Kak Ara nangis!"
Mendengar nama Ara, Sadam langsung bangkit, bahkan langkahnya malah mendahului Alin.
"Kak Ara kenapa?" tanya lelaki itu tanpa menoleh sedikitpun.
Di belakangnya, Alin berusaha mensejajarkan langkah mereka. "G-gak tau."
"Kok bisa gak tau?!" Ucapan lelaki itu terdengar penuh penekanan.
"Ya, gue-"
"Dimana Kak Ara?" Keduanya kini baru saja memasuki rumah.
"Di kamar."
Tak butuh waktu lama, Sadam mengetuk pintu kamar Ara. Ia sempat memanggil nama wanita itu beberapa kali, hingga akhirnya pintu dibuka. Sadam masuk, dan menutup pintu itu kembali.
Alin mendengkus pasrah. Beberapa menit berlalu, Alin masih menunggu di depan kamar. Ia bahkan bisa mendengar suara Ara yang sedang bercerita dengan nada parau.
Alin tersenyum miris. Ara tampak lebih percaya pada Sadam dibanding dirinya.
Pintu kamar tiba-tiba dibuka. Keduanya saling bersitatap hingga beberapa saat.
Bosan terus menerus dalam keheningan, Alin langsung angkat suara, "Kak Ara kenapa?"
"Janinnya kembar," ujar Sadam sembari berlalu.
"Hah?" Alin masih tak paham dengan ucapan lelaki itu. "Trus kenapa Kak Ara nangis?" Alin bahkan mengejar langkah Sadam hingga di pintu rumah.
Sadam mendadak berbalik badan. Untung saja jarak keduanya tidak terlalu dekat, dan Alin bisa dengan sigap menahan langkahnya.
"Pinjem kunci motor," ujar lelaki itu.
"Hah?"
"Pinjem kunci motor," ulang lelaki itu.
Alin bergeming sembari mengernyit heran. Lengkap sudah rasa ketidaksukaannya pada lelaki itu. Salah satu list yang membuat Alin gampang ilfeel dengan laki-laki adalah jika orang itu tak bermodal. Sadam misalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT (COMPLETED)
Teen FictionDinding berguna untuk membatasi beberapa ruangan dalam sebuah bangunan yang kokoh. Dinding adalah sekat di antara ruangan satu dengan lainnya. Sebuah ruangan tak akan diberi dinding jika lingkupnya masih sama. Sama halnya seperti sebuah hubungan. Se...