39

517 80 8
                                    

"Kita dikira pasangan. Padahal kan kamu pacar sahabatku."

***

Prang!!!

Semua orang kaget ketika mendengar nyaringnya pecahan kaca itu. Siapa lagi pelakunya jika bukan Alin.

Shit!” Umpat Sadam cukup kuat. Kaget mendengar suara piring yang pecah, ia yang tadinya sedang menyetrika pakaian pun tak sengaja menyenggol sisi setrika yang kebetulan memang sedang panas-panasnya. “Sialan lo, Lin!”

Sadam buru-buru melangkah ke dapur guna mencuci tangannya dengan air di wastafel.

“Stop!” Alin menghentikan langkahnya. “Lo gak liat ada pecahan kaca di sana?!”

“Bacot!” Sadam memilih lewat di tepi dan bergegas mencuci tangannya. Bagian yang terkena setrika kini mulai memerah.

Melihat hal itu Alin malah tertawa. “Udah tau gak pernah nyetrika, masih aja maksain diri.”

“Diem lo. Harusnya semua ini tugas lo.”

Alin mengikuti kalimat Sadam tanpa bersuara sembari menghina lelaki itu di belakangnya.

“Kalau terus-terusan ngandelin laundry, kapan kaya-nya lo?”

“Lo emang suka ngomongin diri sendiri ya.” Ketus Alin. “Bilang aja lo sekalian numpang nyetrika gara-gara di rumah lo gak ada setrika. Mau ngirit aja sok-sokan ceramahin orang.”

“Gak bisa ya, lo diem aja kalau lagi dinasehatin?” Sadam balik menghujatnya.

“Sorry, ya. Gue bukan Naumi.”

Sadam manggut-manggut. Sejak awal keduanya memang tak pernah sepaham.

“Dam…” Itu suara Ara. Sadam bergegas mendatangi wanita itu dan meninggalkan Alin bersama pecahan kaca piringnya.

***

Ara mendengar suara pecahan kaca dan ribut-ribut di arah dapur. Ia memanggil Sadam dan menyuruh lelaki itu untuk membantu Alin membersihkan pecahan kaca. Ara merasa bahwa Sadam lebih jago mengurus hal-hal menyangkut pekerjaan rumah dibanding adik iparnya.

“Kak Ara nyuruh beli makanan di luar. Besok-besok pakai piring plastik aja biar anti pecah.” Omel lelaki itu.

“Yaudah lo pergi sendiri aja, biar gue yang lanjutin nyetrika.”

“Nggak. Lo pikir gue babu? Lo ikut gue.” Walaupun terkadang baik, tapi Sadam tetaplah Sadam. Memerintah sesuka hatinya.

Sadam menaiki motornya. “Kak Ara lagi pengen bakso pedes. Lo mau juga atau mau beli yang lain?”

Fokus Alin kini tertuju pada ponselnya. Sejak tadi dia memang sedang chatingan dengan Naumi. Tapi ia sering membalas lama sebab sedang sibuk di dapur.

Naumi
Lo lagi stay di rumah kan?
Gue mau main dong

“Woi!” Sadam membuatnya kaget. “Buruan naik.”

Alin buru-buru naik ke motor Sadam, dan membalas chat dengan cepat.

Anda
Oke

SEKAT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang