30

1K 120 10
                                    

"Dariku, beban keluarga. Repot dan susahkan saja aku. Dengan begitu aku merasa dianggap di tempat ini."

***

Hari ke-tiga tanpa Naumi di kelas. Alin benar-benar merasa sendirian. Bahkan ketika jam istirahat pun, ia tak beranjak dari duduknya. Kecuali ke toilet. Alasannya satu. Alin malas ke kantin jika tak ada teman.

"Kenapa, Lin?" tanya Abi. Lelaki itu baru saja kembali dari kantin.

Alin hanya menggeleng pelan. Ia menyibukkan diri dengan ponselnya. Abi beralih untuk duduk di kursi Sadam, lebih tepatnya di depan Alin. Lelaki itu menyodorkan makanannya.

"Makan dulu nih," tawar lelaki itu.

"Gue lagi diet," dusta Alin. Abi hanya mengangguk. Dalam hati Alin menertawakan dirinya sendiri. Padahal Alin tak pernah diet sama sekali seumur hidupnya.

"Hm, nanti malem gue jemput ya."

Alin langsung mengernyitkan dahinya, menunjukkan ekspresi tak suka. "Gue gak dibolehin keluar malem sama bang Cakra."

"Gapapa. Biar gue yang izinin langsung ke bang Cakra."

Alin mendengkus sebal. "Gue gak suka keluar, Bi. Please..."

"Kalau gini terus, gimana mau jadi cewek gue."

Perkataan Abi barusan sontak membuat Alin membulatkan matanya tak santai.

Alih-alih memikirkan perkataan absurd lelaki di hadapannya, Alin memilih menyibukkan diri untuk bermain ponsel. Sekarang, giliran dia yang mengirimkan rentetan pesan pada Naumi, saking gabutnya.

Sementara Abi, tak beranjak sedikitpun di hadapannya. Makanan lelaki itu telah habis, tanpa Alin sadari. Hingga bel masuk sudah berbunyi, Abi juga masih tetap duduk di hadapannya, sembari bermain ponsel.

Ketika Alin mengalihkan perhatiannya pada pintu kelas, kebetulan Sadam masuk bersama Alma. Keduanya tampak mengobrolkan sesuatu. Saling nyaman kelihatannya. Aura Sadam saat ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan Naumi, yang jelas-jelas pacarnya.

Saat tiba di bangkunya, Sadam menepuk bahu Abi.

"Eh, Dam." Abi sontak bangkit, dan Sadam langsung menempati bangkunya. Masih berada di samping Sadam, Abi kembali bersuara. "Nanti malam ikut futsal gak?"

"Nggak," jawab Sadam tanpa ragu.

"Tumben?"

"Cewek gue ngajak jalan."

Ah iya. Hari ini Naumi memang sudah pulang. Tapi entah kenapa, mendengar alasan barusan membuat dada Alin merasa sedikit sesak.

***

Menjelang bel pulang berbunyi, Alin sengaja bergegas lebih awal. Hingga ketika bel berbunyi, dan siswa-siswi beranjak keluar, Alin langsung menemui Abi.

Abi yang saat itu sedang beriringan dengan Alma, langsung menoleh ketika Alin berdiri di sampingnya.

"Gue pulang bareng lo ya?" tawarnya tanpa rasa malu.

Alin tak tahu dimana lagi letak malunya. Akhir-akhir ini dia jarang membawa motor. Dan pulang bersama Sadam, membuatnya merasa tidak nyaman. Entahlah, Alin merasa ada sesuatu yang salah jika dia selalu berhubungan atau berdekatan dengan Sadam.

"Oke," jawab Abi tanpa ragu. "Biasanya bareng Sadam?"

Alin menggeleng pelan. "Gapapa."

"Alin!" Panggil seseorang di belakangnya. Alin sontak berhenti, sementara Abi dan Alma tetap melanjutkan langkahnya. Ternyata yang memanggilnya adalah Sadam.

SEKAT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang