"Kebahagiaan tersendiri bagi seorang jomblo adalah saat menyaksikan pertengkaran pasangan lain sambil membatin 'Ayo putus, jangan baikan.'"
***
Demi menutupi lukanya, Alin sengaja memakai pakaian serba panjang dan tertutup saat di rumah. Seperti biasa Alin juga selalu bersemedi di kamarnya. Untungnya tak ada pertanyaan dari Cakra maupun Ara.
Paginya, Alin menahan sakit di lutut ketika mengendarai motor. Benda itu sudah diperbaiki kemarin. Untung saja Sadam bisa diandalkan, meski banyak imbalannya.
Sebenarnya Alin masih takut dan agak trauma ketika di lampu merah. Terlebih ketika ia melewati lokasi kecelakaannya semalam. Tapi syukurlah hari ini berjalan dengan lancar.
"Gimana kemarin?" tanya Naumi ketika ia baru saja datang bersama Sadam. Naumi mengangkat kursinya dan duduk di sebelah Alin. "Gimana pas gak ada gue kemarin?"
"B aja," ujar Alin apa adanya.
"Gimana-" Naumi memberi kode dengan menunjuk Sadam menggunakan dagunya. "Aman kan? Dia macem-macem gak?"
Alin mengangguk seadanya.
"Bohong!" tuduh Naumi. Gadis itu mendekatkan diri pada Alin lantas berbicara dengan nada berbisik, "Dulu, sehari aja gue gak dateng, pasti ada aja yang ngelapor kalau Sadam ngedeketin cewek lain. Sekalipun itu bener, tapi ya gue tetep gak percaya. Kan gue gak liat langsung."
Alin mengembuskan napas panjang. Sebenarnya pipinya saat ini sedang berdenyut ngilu. Harusnya ia beristirahat di rumah saat ini. Tapi Alin tak mau mengambil resiko jika sampai Cakra dan Ara curiga dengannya.
"Tapi kemarin Sadam dateng kan?" Oke, pertanyaan Naumi kali ini sontak membuat Alin tak berkutik. "Lin? Jadi kemarin Sadam gak dateng?"
Volume suara Naumi membesar ketika menanyakan itu. Sadam bahkan sampai menoleh ke belakang sekilas. Padahal tadinya lelaki itu sedang sibuk dengan ponselnya. Untung saja Naumi beralih dengan memberikan cengiran lebar, dan gelengan kuat, hingga Sadam kembali meneruskan aktivitasnya yang sempat tertunda.
Tapi untunglah orang-orang di sekitar mereka sibuk dan tak mendengar ucapan Naumi.
"Dateng kok," balas Alin akhirnya.
"Jadi bener kan, kalau dia gak ganjen?"
Alin mengembuskan napas panjang. "Enggak, Naumi."
"Oke. Btw, pipi lo kenapa? Abis dicium siapa tuh, sampai memar gitu."
Alin memalingkan wajahnya ke samping. Bersamaan dengan itu, guru mereka masuk, dan Naumi akhirnya pindah kembali ke kursinya.
***
Jam istirahat berbunyi, seperti biasa Naumi ikut menarik Alin untuk ikut ke kantin bersamanya. Mereka jalan beriringan. Naumi menggandeng tangan Sadam di sebelah kanan, dan tangan Alin di sebelah kiri.
"Jadi, siapa yang pesan makanannya?" tanya Naumi ketika mereka sudah duduk di meja biasa. Kedua matanya menatap Alin dan Sadam bergantian. Sementara yang ditatap, tetap bungkam sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kamu yang pesan ya?" ujarnya pada Sadam. Lelaki itu hanya menatapnya saja. "Aku lagi mager. Si Alin kesian, pipinya abis dicium."
Alin yang duduk di hadapan Naumi lantas menendang pelan kaki gadis itu. Sadam akhirnya bangkit.
"Bentar!" Naumi menahan pacarnya. "Lin, lo mau pesan apa?"
"Ba-" Belum sempat Alin menyelesaikan ucapannya, Sadam keburu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT (COMPLETED)
Teen FictionDinding berguna untuk membatasi beberapa ruangan dalam sebuah bangunan yang kokoh. Dinding adalah sekat di antara ruangan satu dengan lainnya. Sebuah ruangan tak akan diberi dinding jika lingkupnya masih sama. Sama halnya seperti sebuah hubungan. Se...