54

560 70 16
                                    

"Sengaja buka aib buat dijadiin pelajaran. Eh, malah dicobain."

***

Begitu mamanya Naumi pergi, Ara menuntun mertuanya untuk duduk, lantas beralih ke dapur untuk mengambilkan minum.

"Mama tunggu di sini. Biar Ara yang bicara sama Alin."

Ara beranjak ke kamar adik iparnya. Pintu gadis itu ia ketuk kuat.

"Alin! Buka pintunya! Ini Kak Ara."

Ara kembali mengetuk pintu itu, hingga akhirnya Alin membukanya. Kamar gadis itu tampak gelap. Ara masuk, dan menekan saklar hingga lampu kembali nyala lantas menutup pintu agar suaranya tidak terlalu terdengar.

"Mamanya Naumi baru aja datang dan bilang kalau Naumi masuk rumah sakit." Ucap Ara to the point.

Alin kaget mendengar hal itu. Jujur saja, suara yang ia dengar samar-samar, dan dia tak tahu bahwa ternyata yang datang barusan adalah mamanya Naumi.

"Mama udah liat foto kamu sama Sadam ciuman."

Alin membulatkan matanya tak santai.

"Apa aja yang udah kamu lakuin sama Sadam di belakang kakak?!"

"A-aku gak ngapa-ngapain." Elak Alin.

"Kamu pacaran sama Sadam diam-diam kan? Kakak tau! Kakak udah ingetin ke kamu untuk jaga jarak sama Sadam, tapi apa? Kamu gak pernah mau denger!"

Alin tak menjawab. Kini, keluarganya sudah melihat foto itu, Alin merasa harga dirinya sudah lenyap.

"Kakak hamil di luar nikah gara-gara pacaran! Kami nikah muda, dan kamu liat hidup kakak sekarang kayak apa? Padahal kamu tau mental kakak rusak, apalagi sama kejadian abang kamu kemarin. Kakak buka aib kakak di depan kamu supaya kamu belajar! Bukan malah ikutan. Kamu liat Mama di luar sana gimana hancurnya. Kamu anak satu-satunya yang bisa dia harepin. Kenapa kamu ngelakuin ini sih dek?" Tak hanya Alin, Ara juga ikut menangis sebab ia kecewa dengan adik iparnya.

Cakra yang saat itu baru saja pulang setelah membeli barang yang disuruh istrinya, lantas terkejut melihat sang Mama yang termenung di ruang tamu.

"Ma! Mama kenapa?"

Sarah hanya menggeleng.

"Pasti ada apa-apa. Mama kenapa?"

"Adik kamu."

"Alin? Alin kenapa?"

Sarah tak menjawab lagi. Cakra lantas bergegas ke kamar adiknya. Ia masuk tak mengetuknya sama sekali. Dilihatnya di dalam sana Alin sudah menangis, begitu juga Ara.

"Alin kenapa?"

"Ada yang sebarin foto Alin sama cowok." Jawab Ara.

Mendengar itu, Cakra lantas emosi. "Maksudnya?!"

"UDAH!" Bentak Alin. "Aku gak ngapa-ngapain. Kalian gak perlu berlebihan kayak gini!"

"Jangan bilang laki-laki itu Sadam?" Cakra bertanya pada istrinya. Melihat Ara yang tak bereaksi apapun, Cakra bisa menebak bahwa jawabannya adalah iya.

"Mati si Sadam!" Cakra mengepalkan kedua tangannya.

"Kamu mau ngapain?" Tanya Ara.

"Sadam harus dikasih pelajaran!"

Ara mengangguk. "Iya. Setelah kamu hajar Sadam, kamu akan kembali di penjara. Anak aku gak akan punya bapak selamanya!"

Rahang Cakra mengeras. "Aku gak bisa diam aja liat adik aku disentuh sama laki-laki lain!"

SEKAT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang