18

789 142 28
                                    

"Bodohnya aku pernah berjuang sejauh itu. Dihargai tidak, malah melunjak berselingkuh. Cih!"

***

Paginya, seperti biasa Alin bersiap-siap hendak berangkat sekolah. Hari Senin pagi, biasanya akan dibuka dengan upacara bendera.

Dulu, bagi Alin hari upacara bendera merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu. Sebab selama waktu setengah jam itu, ia bisa merasakan momment manis. Berdiri tegak memandang sang saka merah putih, di samping Wisnu.

Nyaris setiap hari Senin, mereka berbaris di barisan spesial. Barisan bagi orang-orang yang tidak disiplin. Wisnu sering datang terlambat. Jikapun datang tepat waktu, pasti ada saja atribut sekolahnya yang tertinggal, dan bodohnya Alin rela melakukan hal yang sama demi lelaki itu.

Alin hanya bisa tersenyum miris. Tanpa kelakuan-kelakuan bodoh itu, mungkin masa-masa SMA nya akan terasa hambar.

Alin sudah menyelesaikan kegiatan sarapannya. Semalam, Ara tak memasak, hingga Cakra terpaksa makan malam dengan mie instan. Tapi pagi ini, wanita itu mendadak rajin memasak sarapan dengan jumlah banyak.

"Lin..." panggil wanita itu ketika Alin menyambar kunci motor, berniat hendak berangkat sekolah.

"Iya kak?"

Ara berjalan mendekat. "Hm, pulang sekolah nanti temenin kakak ke toko baju ya."

Alin terkesiap. Pagi ini Ara terkesan ramah, dan kesempatan ini tak akan Alin sia-siakan untuk bisa dekat dengan kakak iparnya.

"Siap kak!"

***

Setelah memanasi mesin motor, Alin dapat melihat bahwa Sadam sedang mengikat tali sepatu di pelataran rumahnya. Kali ini Alin berbaik hati untuk mendatangi lelaki itu. Namun baru saja saat motor Alin berbelok menuju rumah Sadam, motor milik Naumi langsung melewatinya.

"Lin, mau berangkat bareng kan?" Basa-basi Naumi saat melewatinya. Alin bergegas memutar kembali motornya, lantas memilih menunggu agar mereka bisa beriringan.

Alin mengembuskan napas panjang. Ia merasa bodoh hari ini.

***

Belajar Matematika saat baru selesai upacara bendera mungkin akan terasa menggerahkan bagi para siswa. Tapi Alin sudah terbiasa. Sudah dibilang dia memang suka hitung-hitungan.

Saat ini dia sudah menyelesaikan lima soal yang diberikan Bu Sukma. Seperti biasa pula, Naumi memindahkan kursi dan duduk di sampingnya guna menyalin jawaban. Murid yang lain juga mengikuti jejak Naumi, hanya saja mereka meminta izin untuk memfoto hasil jawaban Alin lantas meng-share nya ke grup kelas. Ya, terlihat kompak bukan?

Tak ada perbincangan apapun antara Alin dan Naumi. Gadis itu sibuk menyalin tugasnya, belum lagi milik Sadam. Sedangkan Sadam, duduk santai di kursinya tanpa melakukan apapun.

Tak lama setelah itu, Sadam bangkit dan meminta izin pada Bu Sukma untuk keluar sebentar.

Alin juga ikut bangkit. Naumi menyadarinya, tapi gadis itu tetap bungkam sebab lebih memilih fokus pada tugasnya. Setelah diberi izin oleh Bu Sukma, Alin bergegas keluar kelas.

Dapat dilihatnya bahwa Sadam berjalan beberapa langkah di depannya. Alin mempercepat langkahnya, hingga mereka kini sejajar.

"Thanks ya," ujar Alin tiba-tiba. Sadam menoleh. "Makasih karena udah bikin Kak Ara mulai deket sama gue."

Tak dapat dipungkiri bahwa keramahan Ara pagi ini ada sangkut-pautnya dengan momment kemarin. Tanpa disadari, kelakuan jahil Sadam saat di meja makan, ternyata membuat Ara sedikit mengenal adik iparnya. Alin akan lebih senang jika Ara bisa terbuka padanya. Dengan begitu, Alin akan merasa lebih damai tinggal di rumah itu.

SEKAT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang