53

568 70 22
                                    

"Hatimu pernah hancur, Tuhan mau kamu berubah. Bodohnya kamu malah menjalang."

***

Satu jam kemudian, akhirnya keluarganya benar-benar keluar, tanpa Alin. Banyak drama tadinya, dan Alin masih kukuh mengurung diri di kamar. Alin tahu bahwa dia salah sebab sudah membentak Ara tadi. Dan Alin berjanji akan meminta maaf pada wanita itu besok.

Begitu ojek online nya tiba di depan rumah, Alin mempercepat langkahnya keluar rumah. Ia sudah bertekad untuk menuntaskan masalah malam ini juga. Jika pun suatu saat fotonya akan tersebar hingga ke ruang BK, setidaknya Alin sudah memberi pelajaran pada orang yang pertama kali menyebarkannya.

Setelah meminta alamat rumah Alma pada Abi, akhirnya Alin tiba di tempat ini.

Di luar dugaan, ternyata gadis itu tinggal di sebuah kos-kosan. Tapi sepertinya, moment ini memang berpihak pada Alin. Tanpa repot bertanya sana-sini, Alma tiba-tiba keluar. Melihat penampilannya, gadis itu tampaknya memang berencana ingin pergi.

"Ngapain lo di sini?" Sungutnya begitu melihat Alin berdiri di depan rumahnya bersama ojek online.

Alin melangkah maju. "Gue minta lo tarik foto gue di grup sekarang juga!"

Sebuah mobil kini datang, dan Alma langsung melambaikan tangannya seolah tak peduli dengan keberadaan Alin di sana. Melihat Alma yang langsung pergi begitu, membuat Alin semakin emosi, dan menarik tangan gadis itu.

"Gak usah pura-pura bego lo ya! Gue minta tarik foto itu sekarang juga!"

"Percuma gue tarik. Sekelas juga udah pada tau aib lo."

Alin merampas ponsel di tangan Alma, lantas mengempasnya dengan kasar di lantai. Melihat hal itu, Alma dibuat shock tak percaya.

"Anjing lo!" Alma sontak melayangkan tamparan pada pipi Alin. "Datang ke rumah orang marah-marah. Mana ngerusak hp gue segala lagi. Lo pikir harganya murah, kayak harga diri lo!"

Alin mendorong Alma cukup kasar. "Lo yang mulai duluan. Lo fotoin gue sembarangan dan nyebar ke grup. Lo udah ngelanggar privasi gue!"

Seseorang di mobil itu bahkan turun begitu melihat suasana semakin panas.

"Privasi apaan? Itu aib! Lo main belakang sama pacar sahabat sendiri, lo pikir itu privasi?!"

"Ada apa ini?" Seorang lelaki berpakaian rapi dengan kisaran umur terpaut 2 atau 3 tahun di atas mereka kini berusaha menjadi penengah.

Alma tak menjawab. Dia beralih memungut ponselnya yang kini sudah retak bahkan mati di sudut ruangan.

"Gue gak ngerti kenapa lo terobsesi untuk bongkar semua aib gue. Padahal gue gak pernah peduli sama hidup lo. Bahkan sekarang, lo main di belakang Abi pun, harusnya gue bisa aja jadiin ini sebagai bahan fitnah. Tapi sekali lagi gue gak tertarik ngelakuinnya." Ucap Alin.

Alma mengatakan sesuatu pada lelaki di sampingnya, hingga lelaki itu mengangguk, dan kembali masuk ke mobil.

Selanjutnya, Alma kembali bersuara. "Kenalin, cowok yang lo liat barusan itu kak Randi, mahasiswa Universitas Negeri. Gue ketemuan sama dia, karena gue mau belajar gimana caranya masuk ke kampus sekalian nanya beasiswa dan segala macamnya. Asal lo tau, gue sama Abi udah putus. Dan tujuan gue ngeshare foto lo sama Sadam karena gue gak suka sama hubungan diam-diam kalian. Ya, ini mungkin bukan urusan gue. Tapi sebagai teman sekelas Naumi, dan sesama perempuan, gue gak bisa kalau diam aja."

Alin berdecih sinis. "Jangan kira gue gak perhatiin gimana kelakuan lo sama Sadam pas Naumi gak masuk kelas!"

Alma melipat kedua tangannya dengan angkuh. "Tolong lo bedain, mana yang mainnya sekedar bercanda, sama mana yang mainnya pakai hati."

SEKAT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang