"Padahal disakitinya hanya sekali, tapi rasa traumanya seolah tak mau kenal siapapun lagi."
***
Malam ini, selepas makan, Alin memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Sekarang pukul sembilan malam. Cakra dan Ara sudah lebih dulu makan malam di pukul delapan tadi. Sementara Alin tertidur saat pulang sekolah, hingga bangun di pukul setengah sembilan tadi.
Sekarang, Alin sedang duduk di depan jendela bening yang terkunci permanen. Jendela kamarnya terdiri dari dua jendela yang dipisah dengan satu jendela permanen. Alin membuka salah satu jendela, membiarkan angin malam masuk ke dalam kamarnya.
Tak ada pemandangan yang menarik. Hanya saja, Alin merasa sangat menikmati momment seperti ini.
Alin mendengkus napas pasrah kala membaca pesan masuk dari Naumi.
Alin sengaja mengabaikan pesan gadis itu. Mungkin dia akan membalasnya nanti. Saat ini, dia sedang melihat postingan hiburan di sosial medianya.
Bunyi deru motor yang saat ini lewat di hadapan rumahnya, mampu menyita perhatian Alin. Ia mengernyit heran, bahkan memantau motor itu hingga berhenti di rumah seseorang yang tak asing baginya. Tak lama, motor itu kembali pergi.
Itu Sadam. Dia baru saja diantar pulang oleh seorang lelaki, yang Alin duga adalah teman sekelas mereka juga. Tapi bukan Abi.
Alin lantas geleng-geleng kepala. Harusnya Naumi tak usah membuang-buang waktu untuk memikirkan lelaki yang mungkin saja tak pernah memikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT (COMPLETED)
Teen FictionDinding berguna untuk membatasi beberapa ruangan dalam sebuah bangunan yang kokoh. Dinding adalah sekat di antara ruangan satu dengan lainnya. Sebuah ruangan tak akan diberi dinding jika lingkupnya masih sama. Sama halnya seperti sebuah hubungan. Se...