"Berperan sebagai orang ketiga, tapi ingin dinomor satukan. Iya, aku jahat."
***
Alin menatap langit-langit kamarnya dengan hampa. Saat memberikan nasi goreng buatan Sadam pada Ara, wanita itu malah marah. Marahnya Ara kali ini beda.
"Kamu emang gak bisa dibilangin sekali-dua kali ya! Kamu udah janji sama kakak jauhin Sadam! Tapi kenapa sekarang malah diulang lagi?"
Alin tak bisa menjawab saat itu meski otaknya kukuh membantah. Ini hidupnya. Ia berhak memilih apa yang ia suka. Lagipula ia sudah dewasa. Sebentar lagi akan tamat SMA.
Menjalin hubungan diam-diam dengan Sadam selama belum genap sehari membuat Alin berpikir panjang. Sejujurnya ia sendiri pun tak paham dengan perasaannya. Seperti saat ini, Sadam mengirimkan pesan padanya di telegram. Tapi Alin tak membaca bahkan membalas sama sekali. Padahal tadi sore dia kelihatan bahagia.
Perasaannya untuk Sadam seolah hilang timbul. Tidak utuh. Hanya saja Alin merasa seolah ada dorongan untuk membuatnya ingin menjalani hubungan diam-diam dengan lelaki itu.
Sementara dengan Naumi, Alin senang bersahabat dengan gadis itu. Meski saat bercerita gadis itu kerap menceritakan perihal Sadam padanya. Tentang bagaimana cueknya Sadam. Dan sifat buruk Sadam lainnya. Mendengar cerita Naumi, Alin merasa tertantang untuk berganti posisi menjadi Naumi.
Tapi mengenai bunga mawar kuning pemberian Naumi tadi, membuat Alin kembali berpikir. Ia ingin berteman kembali dengan gadis itu. Tapi Alin tak sanggup jika suatu saat hari buruk itu tiba. Hari dimana hubungan diam-diamnya dengan Sadam ketahuan oleh Naumi.
Alin tak mau dicap sebagai sahabat penghianat. Lebih baik ia sudahi hubungan pertemananya dengan Naumi.
Mengenai hubungan diam-diamnya dengan Sadam, biar waktu yang menjawab semuanya.
***
Jam istirahat kali ini, tidak sesepi hari-hari sebelumnya. Ada beberapa murid perempuan yang memilih tinggal di kelas sebab sibuk menyalin tugas Sosiologi milik Alma.
Heran melihat Alin yang tak melakukan apapun, salah satu dari mereka akhirnya buka suara.
"Lin, kok gak bareng Naumi-Sadam?"
"Iya, biasanya kalian kompak. Kayak pasangan poligami gak sih?"
Yang lain hanya tertawa.
"Lagi ada masalah kayaknya, guys."
"Si Alin apa gak punya pacar ya?"
"Ngapain lagi cari pacar, kalau pacar temen bisa dibagi dua."
Mendengar cemooh teman-temannya, Alin bangkit dengan tiba-tiba hingga membuat kursinya berdecit ngilu.
"Bacot lo semua!" Umpatnya lantas melangkah pergi keluar kelas.
Mood Alin mendadak kacau pagi ini. Ia berniat menenangkan diri dengan segelas minuman dingin di kantin.
Tapi di tengah jalan, ia malah bertemu dengan Sadam dan Naumi. Alin memfokuskan pandangannya ke depan dengan tatapan tanpa ekspresi. Entah sengaja atau tidak. Naumi tiba-tiba mengambil sebelah tangan Sadam dan menggandengnya.
Dalam hati, Alin berdecih sinis. Bukannya cemburu, tapi Alin malah kesal sendiri dengan Naumi.
Apa maksudnya tiba-tiba menggandeng Sadam di depan matanya? Membuat Alin cemburu? Hah! Padahal kemarin dia sendiri yang menawari Alin untuk kembali menjadi sahabatnya.
Alin bersyukur tidak menerima gadis itu lagi.
***
Pulang sekolah, setelah Sadam mengeluarkan motor Naumi dari parkiran dan gadis itu telah pergi, Alin akhirnya menyusul Sadam.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT (COMPLETED)
Teen FictionDinding berguna untuk membatasi beberapa ruangan dalam sebuah bangunan yang kokoh. Dinding adalah sekat di antara ruangan satu dengan lainnya. Sebuah ruangan tak akan diberi dinding jika lingkupnya masih sama. Sama halnya seperti sebuah hubungan. Se...