"Jika tahu tak punya apa-apa, usaha! Pasrah saja tak berguna. Malah terlihat seperti pecundang."
***
Sebenarnya malam ini Alin sudah cukup mengantuk, tapi melihat Naumi yang tak henti mengirimkan emoticon menangis, membuatnya tak tega untuk meninggalkan gadis itu sendirian.
Jika Alin berada di posisi Naumi, mungkin beda cerita. Ibaratnya Wisnu ada di posisi Sadam, Chia ada di posisi Alin, dan Alin sendiri ada di posisi Naumi. Melihat sang Mama yang akrab dengan Chia dan terus menerus membahas Chia dan Wisnu tentu membuat Alin cemburu.
Ah, sudahlah. Hati Alin mungkin memang diciptakan untuk terus-terusan cemburu. Ia tak suka melihat miliknya dibagi dengan orang lain, termasuk sahabatnya sendiri.
Tapi salutnya, Naumi terlihat fine-fine saja.
Apa mungkin karena hanya Alin yang satu-satunya teman yang dia punya?
Naumi
Mulai besok, gue gak mau ketemu Sadam lagi
Anda
Kalian sekelas, Nau. Mana bisa lah
Naumi
Iya juga sih ☹
Anda
Bisa ajasih kalau putus
Naumi
Woi jahat banget do'a lo, Lin ☹
***
Hari ini Naumi datang lebih lambat dari biasanya. Rambutnya digerai, pandangannya menunduk, membiarkan kedua sisi rambutnya menutupi matanya yang bengkak. Alin menjadi saksi bisu atas tangisan gadis itu sepanjang malam.
Baru saja tiba di depan pintu, Sadam sudah bangkit menyusul gadis itu. Naumi dengan cepat menghindar. Ia bahkan menggeser mejanya dan membuat barisannya normal dengan meja lain. Jika sudah begini, seisi kelas pasti tahu kalau keduanya sedang tidak baik-baik saja.
"Nau..." Sadam menggeser kursinya dan duduk di sebelah gadis itu. Sadam bahkan berusaha membujuk gadis itu dengan menggenggam tangannya, namun lagi-lagi Naumi menghindar.
"Jangan kekanakan gini lah, yang." Ujar Sadam.
Naumi sontak menoleh padanya. Tatapan gadis itu tajam, tidak seperti biasanya.
"GUE GAK MAU DIGANGGU!" Bentaknya sukses menyita perhatian murid sekelas.
Merasa tak diacuhkan, Sadam menggeser kursinya dengan kasar bahkan hingga menabrak meja Alin. Aslinya Sadam duduk di belakang Alin. Tapi Alin mana tau jika Naumi malah memisahkan meja mereka. Jadinya lelaki itu malah duduk di hadapannya.
Tadi malam Alin memang puas mengata-ngatai Naumi dan sempat menyuruh gadis itu putus saja. Tak disangka ternyata emosi gadis itu malah meledak pagi ini. Alin merasa bangga.
Tunggu. Alin merasa bangga sebab ia tak suka melihat teman dekatnya disakiti oleh laki-laki.
Tapi masalahnya, laki-laki yang menyakiti Naumi punya banyak andil bagi hidupnya.
Alin mengembuskan napas dengan kasar. Ternyata begini rasanya ada di posisi Chia? Eh! Bukan. Maksudnya bukan di bagian buruknya, tapi... Mungkin Alin sedang berada di posisi Chia yang selalu menjadi pendengarnya seputar Wisnu. Seperti dirinya dengan Naumi saat ini.
***
Bahkan hingga pulang, Naumi benar-benar tak menghiraukan Sadam. Ada rasa kasihan di diri Alin, kala melihat Naumi yang menghabiskan jam istirahatnya dengan menangis di toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT (COMPLETED)
Teen FictionDinding berguna untuk membatasi beberapa ruangan dalam sebuah bangunan yang kokoh. Dinding adalah sekat di antara ruangan satu dengan lainnya. Sebuah ruangan tak akan diberi dinding jika lingkupnya masih sama. Sama halnya seperti sebuah hubungan. Se...