43 || Sunflower Necklace

1 1 0
                                    

Teruslah berjuang. Setidaknya demi hal-hal sederhana dalam hidupmu. Bila kau berhenti, hanya rasa menyesal yang menyelimuti hatimu. Teruslah optimis dan temukan kesempatan untukmu lebih mudah meraih apa yang kau mau
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

Kini hari yang dinanti tepat berada di depan mata. Annabella, Arsy, bersama seluruh geng NWG pun tengah berada di vila. Sesuai yang dijanjikan sang leader, mereka pun berlibur tiga hari lamanya.

Anak-anak geng NWG tampak rebahan berjajar di karpet ruang tamu. Tampak lelah usai menggotong banyak barang seraya berbolak-balik. Belum lagi beberapa dari mereka berada di kamar lantai atas.

"Anak-anak, makan sore dulu sini!" Suara nyaring terdengar hingga ke ruang tamu mengundang anak-anak geng NWG berlari ke dapur.

Tampak Annabella tengah memasak bersama dengan Aiden. Ah tidak, sebenarnya hanya Annabella. Sementara Aiden justru merusuh saja. Dalam diam anak-anak geng NWG merasa sangat bahagia. Sudah hampir dua bulan ini Annabella menerima keberadaan Aiden, bahkan tampak begitu nyaman.

Gue harap ini bukan akhir, batin Satya, ia memandang Aiden dan Annabella dengan pandangan sendu.

Ntahlah. Alih-alih bahagia seperti sahabat-sahabatnya, Satya justru merasa gundah. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal. Seolah akan ada sesuatu yang menimpa mereka, lebih tepatnya hubungan antara Aiden dengan Annabella. Padahal kini sudah tak ada lagi penghalang keduanya. Lantas mengapa ia merasa begitu tidak tenang?

"Satya! Hey!" Hingga sebuah teriakan dan tepukan di pundak mengejutkan Satya.

"Lo kok malah bengong di sini? Dari tadi loh gue manggil lo. Apa yang lo pikirin sebenarnya?" Pertanyaan lembut dari Annabella membuat hati Satya menghangat. Tampak seperti seorang ibu. Sebenarnya pun geng NWG sudah menganggap Annabella ibu mereka. Hati Satya berdesir rasanya.

Tidak. Bukan karena perasaan cinta. Ia masih sayang pada nyawanya ngomong-ngomong. Bisa jadi esok hari ia sudah dijadikan manusia geprek oleh leader-nya itu. Bahkan kini di belakang sana, Aiden sudah menatapnya sinis. Cemburu rupanya.

"Gak pa-pa. Cuma firasat gue gak enak. Tapi gak pa-pa mungkin gue lagi overthinking. Biasalah tanggal tua gak punya duit, jadi gampang overthinking," kilah Satya, tak ingin membebani Annabella.

Bagaimana pun tujuan mereka untuk liburan. Melepas rasa penat yang dirasakan akhir-akhir ini. Namun, balasan dari Annabella membuat Satya bungkam. Sejujurnya ia pun terkejut.

"Huh, gue tahu kok kalau lo diam-diam ngikutin gue di rumah sakit. Gue juga tahu lo denger pembicaraan gue sama Paman David, 'kan?" kekeh Annabella. "Tapi gue berterima kasih sama lo karena gak kasih tahu ke orang-orang. Tolong simpan rahasia ini, ya? Demi Aiden."

Menatap wajah memohon ditambah dengan senyum teduh milik Annabella membuat hatinya teriris. Mengapa alurnya menjadi seperti ini? Jauh dari yang diharapkan, terutama oleh Aiden. Satya tak bisa membayangkan bagaimana seandainya Aiden mengetahui akan hal ini.

"Satya, gue percaya banget sama lo. Lo bisa jaga rahasia, 'kan? Perkara Aiden marah, lo gak usah khawatir. Kalau udah tiba waktunya gue bakalan kasih tahu semuanya kok." Diraihlah tangan kanan Satya oleh Annabella, ia himpit dengan kedua tangan mungil miliknya.

Bungkam. Tiada balasan sepatah kata pun dari Satya. Ia kehilangan kata-kata. Dalam diam ia bertanya mengapa anak sebaik Annabella harus diberi ujian seberat ini? Bahkan secara terus menerus. Apa kesalahan Annabella di masa lampau sebenarnya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang