✓8. Dia

438 44 20
                                        

"Melepaskan tidak
Semudah membalikkan
Tangan bukan?"
|Zakhi|

Ainna menghempaskan badannya ke kasur kesayangannya. mengembuskan nafas dengan sangat kasar.

Rasanya ingin sekali mengobrak-abrik barang yang ada di kamarnya untuk meluapkan emosi yang sudah terpendam dari tadi.

Ingin marah dan bertanya kepada Adhan, "siapa orang itu?"

Tapi apalah daya,jika tidak mempunyai hak sedikitpun untuk cemburu terhadap dirinya.

****

"Napa selalu berantakan gini?"

"Gue nggak tau kenapa selalu gue yang kisah cintanya kek, ayolah sesekali jangan gini." Keluh Adhan.

Adhan melempar ranting pohon ke arah api yang ada didepannya.

Ya dengan menatap api unggun membuatnya sedikit tenang, entah apa hubungannya.

Adhan pernah bilang sama Ainna waktu itu, "kalau baru emosi pas malam, enaknya buat api unggun terus duduk didepannya, rasanya api itu baru melahap emosi negatif yang sedang menyerang."

Agha yang melihat sahabatnya itu segera duduk disampingnya.

"Katanya sih, nggak bakal cidro° lagi," sindir Agha.

°cidro=sakit hati.

"Katanya sih, janjinya bakal conffes pas lulus SMP," Sahut Tio dengan nada mengejek.

"Katanya sih, nggak mau nyakitin dia lagi," ucap Zakhi.

Adhan yang mendengar ucapan Zakhi seketika menoleh dengan mata sangat tajam.

Entah apa tapi rasanya sangat-sangat sesak.

Dari 3 kalimat yang dilontarkan sahabatnya itu, entah mengapa kalimat Zakhi yang paling menamparnya.

"Dia cuman salah paham," bela Adhan tidak terima.

"Iya gue tau salah paham, tapi nyakitin hatinya kan?"

"Udah berapa kali lu buat dia terpuruk gegara sikap lu itu?"

"Tiga kali," ucap Adhan.

"Hanya tiga kali ucap Lo?" Jengkel Zakhi mendengar jawaban sahabat karibnya itu, "kesalah pahaman sejak SMP lu lupa?"

"Itu cuman candaan,ya kali dia nggak tau," jawab Adhan.

Adhan menjawab dengan sangat mudahnya,ya sangat mudah tanpa beban sedikitpun. Entahlah sepertinya Adhan tidak mempunyai hati.

"Candaan, maksut Lo apaan dah?" Sengit Zakhi.

Adhan mendengar ucapan Zakhi menaruh curiga. Entah mengapa dari tadi yang emosi hanya Zakhi dari ketiga sahabatnya yang sedang berada di basecamp.

Jika semua kumpul, sepertinya Zakhi akan dikompori oleh Fiko, dan yang lainnya masih tetap berada di pihak netral.

"lu naruh rasa sama dia?" Tanya Adhan dengan nada mengintrogasi.

Adhan beranjak dari kursi kayu yang tadi ia duduki, dan berjalan menuju ke arah Zakhi.

"Lu naruh rasa sama dia?" Tanya Adhan sekali lagi.

Zakhi masih tetap diam,entah dia tidak bisa mengatakannya.

Antara iya dan tidak.

Antara maju atau mundur.

Antara mengejar dan melepaskan.

Ya Zakhi tidak tau, ini rasa cinta, atau hanya rasa kagum biasa.

Sudah lebih tiga tahun dia memendamnya dan masih berfikir, "rasa kagum atau rasa cinta?"

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang