✓27. mencurigakan

114 18 6
                                    

"Ainna."

"Gue tau lu enggak suka sama adik kelas itu. Tapi bisa enggak sih kagak usah ngebully dia!"

"Dia enggak salah tau enggak?"

"Enggak usah egois!"

Ainna mendengar ucapan Adhan hanya mendengus kesal. Tidak tau kebenarannya langsung ceramah panjang lebar.

Ainna malas untuk menjelaskan apa yang sebenernya terjadi.

Jika Adhan pergi toh pergi aja.

Jika Adhan milih adik kelas itu, pilih aja.

Ainna baru malas untuk mengurusi hal seperti itu sekarang. Ia percaya kalau jodoh juga enggak bakal kemana.

Tapi ya kalau enggak usaha ya sama aja sebenarnya.

Ainna sekarang berusaha untuk bersikap bodo amat. Walau kadang ia akan gagal ditengah jalan.

"Egois kata lu?" Ainna balik bertanya.

"Iya lu egois, semua yang lu mau harus terwujud harus terjadi."

Ainna menghela nafas kasar, "lu tau darimana kalau gue egois?"

"Gue tau, karena gue udah kenal lu dari lama." Adhan menjawab dengan tegas.

Mengenal dari lama katanya?

Bukankah dia mengenal Ainna tidak dari ia masih berada di perut ibundanya. Kenapa Adhan bisa menjawab dengan kalimat "ia sudah mengenal dari lama."

"Lu kenal gue kapan sih emang?"

"Ada yang lebih lama kenal gue, enggak tu bilang gue egois."

Ainna menatap wajah Adhan dengan kesal. Sangat kesal dengannya.

Tidak bisa mengaca?

Sikap yang mencerminkan keegoisan sebenarnya ada didalam diri Adhan sendiri.

"Lu mau deket dia, silahkan."

"Mau pacaran sama dia silahkan."

"Kagak usah marah-marah gitu." Ainna menjawab dengan tatapan mengimidasi, bukankah dia tidak salah untuk kemarin?

Dia disiram pun ia mengalah, hanya ia balas dengan ucapan pedas dari mulutnya.

Dan oh iya.

Adhan tau dari mana jika Ainna dan Elsya berselisih?

Mencurigakan sekali.

*****

"KAK KENZO!!" teriak Ainna di koridor kelas yang sudah mulai sepi.

Ia berfikir sepertinya jika ia menyetujui tawaran Kenzo tidak ada salahnya juga, jika ia sibuk ia bisa mudah untuk melupakan manusia sialan itu.

"Kenapa?" Tanya Kenzo.

"Gue nerima tawarannya," jawab Ainna mantap dan yakin.

Kenzo yang mendengar ucapan yang Ainna berikan merasa sedikit janggal, ini ada apa dan kenapa?

"Tawaran yang mana?"

"Tawaran yang lu kasih jadi MC di acara Minerva award."

Kenzo menatap Ainna lekat,
"enggak keserupan kan?"

Plak

"Gue sadar!" ucap Ainna setelah memukul kepala Kenzo dengan buku yang ada ditangan kanannya.

Sifat suka memukul masih melekat mau didepan siapapun itu. Kalau sama presiden sih kagak berani, mau dihukum mati atau gimana. Ainna masih sayang nyawa jadi enggak senekat itu.

Ya sebenarnya enggak bakal bisa juga ketemu sama pak presiden sih.

"Kamu tiba-tiba mau ikut atau bisa dikatakan sukarelawan ikut itu, bukan sifat Alainna Hana Angelica yang aku kenal."

"Mau dikenal atau enggak, bukan urusan gue," ucap Ainna menatap Kenzo.

"Kalau ada apa-apa langsung chat,gue mau pulang." Ainna segera meninggalkan Kenzo di koridor sekolah sendiri.

Gue prediksi Ainna baru berantem sama anak sialan itu. Bagus deh kalau tu anak jadi jauh.

Kenzo melihat Ainna berlari meninggalkan koridor sekolah hanya bisa tersenyum kecil. Entahlah bagaimanapun ia tidak ingin merusak mental anak itu.

"Woy... Ken," ucap Darko sambil menepuk pundak Kenzo.

"Apaan?" tanya Kenzo seketika menoleh seseorang yang mengajaknya berbicara.

"Adik tiri lu nyariin."

Wajah Kenzo seketika berubah menjadi serius mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Sibuk." Kenzo langsung pergi tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.

Ia paling benci jika sudah menyangkut anak yang paling ia benci kehadirannya itu. Mau bagaimanapun ia memang sudah ikhlas atas kepergian ibundanya, tetapi untuk kehadiran ibu baru menurutnya itu terlalu konyol untuk cepat menerima.

****

"Ainna, tolong ambilkan buku yang ada di meja ruang tamu itu!!" suruh Kila.

"Ya bund."

Ainna segera beranjak dari sofa dan segera memberikan buku yang sudah ada ditangannya.

Sebenarnya sih itu buku ada ditangannya dari tadi, jiwa keponya bergejolak melihat buku bersampul biru itu.

"Bund ini buat apaan?" Tanya Ainna.

"Buat rahasia, jadi anak kepo kerjaannya."

"bunda kepoan enggak?" tanya Ainna.

"Ya suka sih kepo."

"Nah... Jangan tanya kenapa Ainna suka kepo. Bundanya aja kepo juga." Ainna menjawab dengan senyum kemenangan.

Yaa bagaimanapun sifatnya memang diturunkan dari bundanya.

"Ada masalah lagi sama Adhan?"

Pertanyaan yang sangat ia hindari muncul juga. Kenapa Ibundanya ini sangat peka sekali terhadap kehidupannya?

"Enggak," elak Ainna.

Tindakan konyol, sudah pasti Kila tidak akan langsung percaya.

"Enggak salah bukan?"

"Emang sih hubungan tanpa status itu memusingkan."

"Bunda diem napa, udah tenang enggak ada yang ngungkit," ketus Ainna.

Gue enggak kuat, kamera mana kamera?

"Saya hanya bisa memberikan kekuatan doa untuk anak saya."

"Semangat!!" Ucap Kila sambil mengelus puncuk kepala Ainna.

Alina🦁
11-11-2022
TBC

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang