✓28. Deep talk

112 16 13
                                    

Kelas nampak sepi tidak seperti biasanya. Sepertinya karena cuaca mendung mungkin.

Ainna duduk di bangku paling pojok yang sering di hindari para penghuni kelas ini.

Sejak beberapa hari terakhir Ainna menjadi sangat nyaman dengan bangku itu. Seperti sebuah jodoh yang ia nanti selama ini.

Skip jangan bahas jodoh, baru umur 17 tahun juga.

"Ainna," panggil Ratu.

Ratu manusia penasehat romansa, tetapi sepertinya Ainna tidak ingin untuk masalah sekarang ia ceritakan.

"Mau cokelat?" ucap Ratu menawari Ainna.

"Enggak, pagi-pagi udah makan cokelat aja lu."

"Biar mood lebih bagus di pagi ini." Ratu mengkibas-kibaskan cokelat itu didepan wajah Ainna.

"Dapet dari mana?"

"Belilah, masa dari ayang."

"Iya gitu deh, pengen dari ayang, padahal udah mantan," sindir Ainna.

"Saya tidak punya mantan ya bestie tercinta. Yang masih berharap dengan mas mantan, itu nih yang baru masuk kelas." Tunjuk Ratu kepada Cello yang baru memasuki kelas dengan tas totobag di kanan dan kirinya.

Biasalah anak ribet ya gitu, semua dibawa.

"Baru masuk udah ditunjuk-tunjuk. Punya salah gue sama lu berdua?" tanya Cello sambil menirukan suara preman.

Sebenarnya enggak seperti preman, tetapi seperti anak yang baru pilek, terus batuk tenggorokannya.

Jangan dibayangkan!

"Ya ada salah. Udah mantan masih aja dipanggil ayang," ucap Ratu menyindir Cello.

"saya enggak ikutan," sahut Ainna.

"Bukan saya yang bilang," ucap Ainna kembali untuk membela dirinya.

Ainna memang sangat tidak gentlegirl sekali. Karena tidak ingin mengakuinya.

Takut dihampar sama Cello , anak silat nanti jika Cello marah, udah deh babak belur dia.

"Biar enggak keseret nama Alainna Hana Angelica, adalah anak yang terjebak dalam zona feiendzone, kadang juga bisa dibilang HTS hubungan tanpa status."

"Dan konon kabarnya Alainna Hana Angelica masih berharap sampai sekarang."

Ainna mendengar ucapan sahabatnya itu langsung melotot tak suka.

Kan, dia diem aja langsung di kait-kaitkan dengan manusia itu. Apalagi dia ikut menyindir Qei.

"Kan, gue diem lu ungkit lagi!"

Cello berjalan menuju ke bangku paling belakang. Sekarang meja Ainna dengan sahabat nya itu memang sedikit jauh, bisa dibilang sangat jauh sih.

"Tapi beneran bukan?, Anda masih berharap," ucap Cello.

"Enggak,dulu berharap 99,999%, sekarang cuman 25%" jawab Ainna yakin seyakin-yakinnya.

"25% dikali 4," ucap Ratu.

Sekarang Ainna sudah terpojok dengan kedua sahabatnya itu. Kenapa tidak percaya sekali

"Kalau enggak percaya ya sudah, gue enggak memaksakan kehendak."

*****

"Hujannya belum reda." Ratu mendongakkan kepalanya melihat ke langit yang gelap gulita.

"Biasanya langsung dengerin lagu." Qei menatap sahabatnya itu dengan pertanyaan yang tersirat.

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang