✓34. gladi bersih

110 15 22
                                    

"bunda balik kapan ya?" monolog Ainna sambil membaca novel di perpustakaan pribadinya.

Membaca novel yang beberapa bulan lalu ia beli bersama Adhan.

Ainna tak habis pikir kisah percintaannya begitu rumit. Seperti jarum yang dilempar ke dalam tumpukan jerami, entah kapan akan berakhir untuk menemukan, bisa dibilang ya tidak akan ada jalan keluar untuk menjadi satu atau bertemu.

"Nanti gladi bersih buat acara, terus pulangnya bisa sampai jam 10 an."

"Nanti kalau bunda belum pulang sendiri lagi dong?"

Ainna menelungkup kepalanya dengan novel yang ia baca. Merasa capek jika tidak ada yang membuat ia marah.

Manusia yang aneh jika dibilang,karena menurut Ainna jika ia tidak marah itu berarti ia hanya bisa menyimpan emosi itu dan akan berakibat fatal.

Karena jika ia menyimpan emosinya terlalu lama, emosi itu entah kapan terjadi akan meledak lebih besar daripada biasanya.

Ia takut ucapan dan perbuatannya akan melukai seseorang.

Ainna melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan, yang artinya 30 menit lagi acara gladi bersih akan dilaksanakan.

"Gila, gue belum mandi lagi," ucap Ainna.

Setelah sadar atas kepanikan yang melanda dirinya, Ainna segera berlari keluar menuju ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju.

****

Aula Minerva high school sangat ramai dipadati oleh para siswa yang akan melakukan gladi bersih, atau ada juga yang hanya menemani teman,pacar, ataupun gebetan.

Ainna merasa pusing seketika jika melihat banyak sekali yang berada di aula sekarang.

Baru gladi bersih aja banyak segini?

Apalagi besuk saat hari H nya.

"KENZO!!" panggil Ainna melambaikan tangan ke udara untuk memberikan sinyal bahwa ia sedang berada disini.

Seketika semua orang melihat ke arah Ainna karena suara keras yang ia keluarkan.

Mampus, bakal ada rumor baru lagi kalau gini.

Ia tak berhenti mengumpat didalam hatinya, mau bagaimanapun ia tak mau jika ada rumor yang menyangkut dirinya didalamnya.

"Langsung ke belakang panggung aja," ucap Kenzo

"Ok kak!"

Ainna segera menuju ke belakang panggung, dengan berlari kecil.

Berlari kecil adalah ciri khasnya, berjalan biasa aja dengan langkah yang cepat, entahlah ini anak memang seperti alien.

Tetapi jika ia berjalan bersama laki-laki , ia sama sekali tak bisa mengimbangi. Karena setapak kaki laki-laki rasanya seperti 2 tapak kaki untuk perempuan.

Gila yang dibelakang panggung banyak banget, ini semua bakalan tampil?

Perasaan kemarin-kemarin saat latihan nggak sebanyak ini.

Ainna menoleh kesana-kemari untuk mencari kursi kosong, jika ia berdiri terus, capek juga.

Merasa tidak menemukan sama sekali kursi kosong yang tidak berpenghuni.

Mau tak mau Ainna harus bertanya kepada seseorang yang ada disini, yang pastinya aura yang dipancarkan sangat ramah.

"Permisi, ada kursi kosong?" tanya Ainna kepada seseorang.

Dia menoleh sambil tersenyum lebar, "di sana sepertinya ada kursi kosong, atau mau gue ambilin kursi ke sini?"

Wanita yang murah senyum, Ainna tak begitu mengenalnya,tetapi menurut Ainna, pasti banyak yang menyimpan rasa kepadanya. Paras cantik, murah senyum, perpaduan yang sangat perfect.

"Terimakasih, bisa ambil sendiri kok," ucap Ainna dan segera meninggalkan perempuan itu.

"Na, sini aja, ada kursi kosong," ucap Agha.

Sejak kapan Agha ikut?

Kemarin gladi kotor enggak ada segerombolan temannya si Adhan deh.

Ainna tak berhenti bertanya dibenaknya. Bagaimana mungkin seseorang yang sama sekali tidak ikut gladi kotor, dan sama sekali tidak ikut dekor buat acara tiba-tiba berada dibelakang panggung bak seseorang yang akan tampil nantinya?

"Lu ngapain?" tanya Ainna curiga.

"Ikut gladi bersih, kenapa emang?" jawab Adhan dari arah belakang Ainna.

Ainna yang mendengar suara Adhan tiba-tiba badannya meremang takut. Ah ya bukan takut tapi seperti kaget saja.

"Bukannya lu nggak bakal ikut tampil?" tanya Ainna setenang mungkin, tidak bisa dipungkiri jantung Ainna sekarang berdetak tak karuan.

"Ikut, gue kemarin disuruh sama Bu yurka gegara rame sendiri di kelas."

"Ya benar, dengan inisiatif yang sangat cerdas, gue ngajak Zakhi, Fiko,maupun Tio," ucap Agha dengan sangat percaya diri.

"Inisiatifnya ngajak orang sibuk, gendeng emang lu." Fiko menjitak kepala Agha dengan kesal.

Ainna tak habis pikir dengan lingkar pertemanan Adhan yang sangat diluar nalar.

"tampil apa?" tanya Ainna penasaran.

Di dalam benak Ainna kalau tidak tampil drama atau stand up komedi, yang lain ia tak terpikirkan sama sekali.

"Kita nanti tampil nyanyi."

"Lebih tepatnya, band," sahut Agha.

Ainna mendengar jawaban itu tersentak kaget, bagaimana tidak. Perkumpulan anak yang tidak bisa serius tiba-tiba datang ikut gladi bersih?

Dan buat tampil esok hari?

Pernyataan yang gila.

"Lu rame, konser dikelas sendiri?" tanya Ainna memastikan.

Agha menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, "ya gimana ya, konsernya sampai keluar kelas."

"Padahal nih ya, gue nyanyinya nggak sekeras itu, salahin aja noh Adhan yang nyanyinya keras pake banget kek toa," ucap Agha menyalahkan temannya.

"Mata you, gue enggak keras. Bu Yurka aja yang telinganya besar bisa dengerin," bela Adhan tak terima disalahkan oleh Agha.

Ya sebelum ada pertengkaran kecil saja belakang panggung sudah ramai, apalagi ada pertengkaran kecil ini. Kepada Ainna merasa seperti ingin pecah mendengar adu mulut yang tak akan habis.

"Kena karma lu Dhan, jelekin Bu Yurka di belakang," ucap Zakhi.

"Ya deh, iya," jawab Adhan dengan malas.

"Ainna, lu dipanggil sama Kenzo ke depan," ucap seseorang.

"Ok," jawab Ainna.

"Terusin aja adu bacotnya, gue mau ke depan dulu," ucap Ainna.

Adhan tersenyum kecil melihat Ainna tidak berubah sama sekali terhadapnya, ya untuk saat ini dan detik ini.

"Nggak usah senyum kayak orgil, lu kek orang kurang belaian lama-lama," celetuk Tio melihat tingkah sahabatnya itu yang semakin lama semakin aneh.

Alina 🦁
24-12-2022
TBC

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang