✓20. Lupakan saja.

140 20 29
                                    

"Lupain aja, enggak penting."
|Ainna|

"PAGI BESTIE..." teriak Cello di depan pintu kelas.

"Pagi." Pak ketua kelas menjawab sambil membagikan buku tugas ke bangku para siswa.

"Pagi juga Cell," jawab Rere sambil melambaikan tangannya.

"Pagi bocil," saut Figo dari pojokkan kelas.

"Morning juga Cello," ucap Ria sambil mengibas-kibaskan sebuah kipas ke badannya.

kelas 11 MIPA 1 memang sangat beragam penghuninya.

Dari kalem, galak, pecicilan, sengol bacok, ya seperti itulah.

Sangat berwarna seperti hidup kita dimasa depan kelak.

Cello duduk di bangkunya dengan muka khas bangun tidur, rasa kantuk sebenarnya masih melekat ditubuhnya.

Walau mandi se-ember es pun, ia tetap mengantuk. Ya seperti sahabatnya yang bernama Alainna Hana Angelica.

Ainna tertidur di bangkunya, padahal jam baru menunjukkan jam 6.30

"Bangun Na, hari Selasa itu hari yang sangat indah." Ucap Cello.

Cello menggoyang-goyangkan badan Ainna agar segera bangun dari mimpi indahnya.

"Apaan sih Cell?" tanya Ainna malas.

"Jangan tidur, hari Selasa adalah hari yang indah."

Ainna mendengar ucapan Cello mendengus kecil. Indah darimana coba?

Hari ini adalah jadwal matematika dan fisika bersatu. Memusingkan menurutnya, mending suruh buat puisi 10 bait.

"Indah mata anda, udah deh gue mau tidur bentaran, jangan diganggu." Ainna segera menyelundupkan kepalanya disela-sela tangan yang ia satukan.

"Kenapa Ainna?" Tanya Ratu penasaran.

"Bobok cantik," jawab Cello.

"Na, lu habis punya masalah sama Adhan?" Bisik Ratu di telinga Ainna.

Mendengar bisikan Ratu, reflek Ainna bangun dari tidurnya.

Dia penasaran alasan Ratu mengucapkan kalimat yang sangat tidak berbobot itu.

"Napa lu tanya gitu?"

"Noh lihat," ucap Ratu menunjuk Adhan yang Keadaannya sangat berantakan.

"Terus?"

"Terus, terus aja sampai nabrak tembok," ucap Ratu kesal dengan jawaban sahabatnya itu.

Seperti acuh tak acuh dengan manusia yang dari dulu sangat digilainya

"Gue aja duduk diem, nabrak tembok gimana?"

"Bodo Na, bodo amat gue. Lu mau nabrak tembok, mau nyugsep di sawahpun gue bodo amat!!" kesal Ratu.

*****

Ainna mengepel lantai kelas dengan sangat-sangat malas.

Hukuman dari Bu Yurka karena Ainna tidak memakai seragam lengkap.

"Nah kan, hari Selasa yang suram."

"Senin emang libur tanggal merah, tapi hari Selasa langsung disambut dengan kesuraman yang hakiki tanpa henti."

Ainna tak berhenti berguman.

Tetapi ada baiknya juga ia dihukum, karena ia bisa membolos pelajaran fisika yang memusingkan itu.

Ainna mendengar langkah kaki seseorang memasuki kelas, seketika mendongakkan kepalanya untuk memastikan jika ia tidak melihat lantai yang habis ia pel bersih.

"ADHAN..."

"Ha apaan?"

"Ha apaan, ha apaan. LU ITU NGINJAK LANTAI YANG HABIS GUE PEL!!!"

"KELUAR BISA ENGGAK?!"

Ainna saat ini ingin sekali menusuk badan Adhan dengan kain pel yang sedang ia bawa.

Keinginannya bukan agar Adhan mati, tapi agar Adhan bajunya kotor.

"Gue disuruh sama pak Didit medit bantuin Lo, gegara gue enggak ngerjain tugas rumah."

Oh iya, nama sebenarnya itu bukan pak Didit medit, tapi pak Didit Sukamto. Tetapi karena gurunya itu sangat pelit memberikan nilai rapot kepada muridnya, jadi para murid menamainya medit.

Didalam bahasa Jawa medit artinya pelit, jadi gitudeh kenapa dipanggil pak medit alias pak Didit.

"Enggak usah bantu,Lo duduk aja tuh di meja." Ainna menyuruh Adhan agar tidak ikut membantu, karena jika Adhan ikut membantu entah kapan kegiatan mengepel lantai kelas itu selesai.

"Baik bener jadi orang."

"Baik salah, jahat salah. SESUKA HATIMU AJADAH!!" Ainna segera menyelesaikan kegiatan itu dengan sangat fokus agar segera selesai.

Jiwa ingin memakan mie ayam anget buatan mbok Ijem, sangat menambah ia semangat menyelesaikan kegiatan yang membosankan ini.

"Dasi Lo emang kemana?"

"Enggak tau, gue aja baru sadar kalau enggak pake," jawabnya.

"Kenapa enggak minjam gue, gue kan pasti bawa 2," ucap Adhan sambil memainkan pensil.

Memainkan pensil agar tidak terlihat terlalu gugub.

Ia masih merasa sedikit bersalah karena ucapannya yang sangat keterlaluan mungkin?

"Kan udah gue bilang, mas Adhan nek Kula niku boten sadar." Ainna menjawab dengan logat bahasa Jawa andalannya. *Mas Adhan kalau saya itu tidak sadar

Adhan yang mendengar jawaban Ainna terkekeh pelan, "Ainna, kemarin itu gue enggak pacaran. Gue ngajar anak yang duduk di bangku sebelah kiri kemarin saat dikantin."

"Gue disuruh sama bu Endang buat ngajarin anak itu, katanya mau ada olimpiade."

"Dan satu lagi, maaf buat kata-kata kemarin."

"Udah lupain aja yang kemarin itu, enggak penting." Ainna segera keluar dari kelas, untuk membuang air sisa pel, dan mengembalikannya di gudang.

Adhan yang mendengar jawaban Ainna hanya bisa tersenyum getir.

Perasaannya semakin lama semakin sakit saja jika dipendam, tetapi jika diungkapkan ia takut oleh jawabnya.

Adhan dengan sedikit semangat hidup segera menurunkan kursi yang ada di atas meja.

Seusai perintah Ainna tentunya, jika tidak mematuhi ia takut diadukan oleh Ainna ke pak medit, kan barabe nantinya jika ia mendapatkan hukuman yang sangat berat nan capek itu.

*****

"Harumnya kelas ini." Cello menghirup udara kelas yang sangat harum tentunya.

"Beuh kinclong bener mereka berdua ngepel nya," saut Rere sambil melihat lantai yang tanpa ada kotoran kecil menempel disana.

"Ku kira tu anak berduaan bakalan pacaran, oh ternyata beneran dibersihkan." Figo menatap kagum kelasnya yang seketika bersih nan wangi itu.

Ainna yang mendengar ucapan-ucapan warga kelasnya merasa seperti disulut emosinya.

Bukannya berterimakasih, meraka malah mengejeknya dengan kalimat yang sangat ia benci itu.

Walau sebenarnya dia juga sedikit suka, karena ada yang mendukungnya prihal dia berpasangan dengan Alfaaro Pradhan Saputra.

"Temen gue tobat, bersih juga nie kelas." Ratu ikut mengagumi kelasnya yang begitu bersih itu.

Ainna yang melihat respon teman sekelasnya berpikir dengan sangat bingung. Bagaimana bisa cuman gegara habis di pel udah pada kagum seperti itu.

Kalau kelasnya dicat ulang, terus di hias dengan sangat rapih, apakah semua akan pingsan serentak?

Ainna juga berpikir, sepertinya kelasnya tidak sekotor itu sampai-sampai kelas yang habis dipel itu seketika Dimata mereka bak sebuah kerajaan.

Alina🦁
12-08-2022
TBC

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang