✓23. siapa dia?

234 26 22
                                        

"udah gue bilangin kan dari dulu?"

"Jangan terlalu deket sama yang namanya Kenzo Arfraska "
Ainna mendengar ucapan Adhan hanya menggaguk malas. Sudah berkali-kali ia menyebutkan kalimat yang membosankan itu, entah mengapa Adhan sampai sangat  overprotektif jika Ainna dekat dengan Kenzo.

"Alasan?" Tanya Ainna.

"Dia cowok brengsek, lebih dari cowok brengsek biasanya." Adhan menjawab dengan muka mengkerut keningnya karena menahan emosi.

Entah alasan apa yang membuat Adhan sangat membeci manusia yang  menjabat menjadi ketua osis itu. Bukan hanya karena cemburu, tetapi ada lagi dan itu membuat Ainna sangat penasaran.

Sebenarnya Ainna juga tidak yakin jika Adhan cemburu dengannya.

"Brengsek gimana?"

Adhan mendengus kesal, Ainna terlalu banyak kepo dengan Kenzo. Seperti mempunyai ketertarikan dengan manusia sialan itu.

"Lu seharusnya tau, brengseknya gimana. Lu sering baca novel kan?"

"Ya bener sih suka baca novel, tapi kan--"

"Nggak usah banyak tapi-tapian, ikutin aja saran gue. Jangan sampe Lo nyesel diakhir!" Potong Adhan, Adhan segera meninggalkan Ainna sendirian di taman belakang rumah bapak Adi.

"Tiba-tiba nyuruh gue ke taman."

"Tiba-tiba marahin gue."

"Tiba-tiba bahas kak Kenzo yang brengsek."

"Tiba-tiba juga langsung pulang."

"Sangat nggak jelas banget tu anak. Tiba-tiba ngajak ke KUA kek, biar lebih berfaedah." Ainna berceloteh sendiri sambil bermain bersama chiby kucing kesayangan.

*****

"Gimana?" Tanya Adhan memasuki kamar inap bernomor 26.

Di ruangan nomer 26, terdapat 6 orang penghuni. Tio, Agha, fiko, Zakhi, Regi, dan Adhan termasuk di dalamnya.

"Ya gini, tepar lagi gue." Fiko menjawab sambil memperlihatkan kondisinya.

Tangan kanan patah, kaki kiri dan kanan lecet, muka juga lecet sedikit. Ini lebih lumayan dari biasanya.

"Dia lagi yang buat Lu gitu?" Tanya Adhan.

"Maybe," ucap Agha.

Adhan tidak habis pikir sekarang, segitu dendamnya kepada dia dan sehabatnya?

Hanya karena masalah balapan 3 tahun lalu, masih saja diungkit.

"Tapi ini kayak beda, biasanya habis ditabrak lu dikeroyok dah." Adhan merasa janggal memang. Sangat janggal ini tidak seperti perbuatan manusia yang masih ada dendam yang ada dihatinya.

"Gue setuju sih,emang janggal," sahut Tio.

"Tapi menurut gue, bisa jadi dia baru males." Zakhi menjawab dengan pemikirannya sendiri. "Pernah kan, dia gitu 2 kali?, Gue sama Tio yang kena."

Adhan berfikir sejenak, perkataan Zakhi memang ada benarnya juga. "Kalau males, kenapa nyari gara-gara, gila gue lama-lama mikir kelakuan bocah gila kek dia."

"Sekarang motifnya apa?"

"Masih dengan dendam."

"Gue nggak habis fikir sama otak mereka semua, dendam aja masih disimpan. Kek nggak ada kerjaan gitu."

"Ya karena enggak ada kerjaan,jadi kek gitu," jawab Agha sambil memakan buah apel yang ada diatas nakas.

Agha sangat tidak sopan sekali kawan, buah untuk pasien malah ia makan dengan sangat lahapnya. Ya walau pasiennya tidak masalah sih dengan kelakuan Agha.

"Bentar, gue baru inget habis dia nabrak gue dia bilang sesuatu."

"Dia bilang, serahin yang Lu suka, atau lu berakhir kayak gini semua."

Brakk

Adhan mengebrak nakas yang ada didepannya dengan jengkel. "Kalau punya masalah sama gue, Napa selalu ngelihatin sahabat gue bangsat."

"Sabar, ini dirumah sakit, bukan hutan!!" Peringat Agha.

Zakhi berfikir sejenak, kalimat itu bukan hanya untuk Adhan saja, tetapi untuk seluruh orang yang ada disini sepertinya. "Komplotan mereka semua itu, pasti suka sama gebetan atau pacar kita."

"Lah gila sumpah, tapi bener. Jadi sebenernya enggak cuman buat Adhan." Tio menimpali.

"Lu emang suka sama siapa Khi?" Tanya fiko penasaran.

"Nggak ada."

Adhan memberikan tatapan sengit kepada Zakhi.

"Iya gue tau, gue nggak bakal rebut Ainna lu."

Zakhi tau Adhan sangat sayang Ainna, sepertinya melebihi ia menyayangi Ainna sebagai seorang teman?

"Lu baku hantam lagi, gue panggilan satpam buat ngusir lu berdua!!" Agha memeringati Adhan dan Zakhi yang sudah memancarkan aura permusuhan yang sangat pekat.

"Lah baku hantam?" Tanya fiko penasaran.

"Saat di basecamp, lu pergi ke luar kota." Jawab Agha.

Fiko mendengar berkelahian mereka berdua tertawa dengan sangat keras. Entah mengapa itu sangat lucu.

"Lu ketawa gue pukul tangan lu yang patah itu."

"Dih, ngancam. Sama kawan jangan gitulah bosku ...."

Agha menepuk kaki kiri fiko dengan sengaja, "kawan kan kita?"

"Sakit weeh, gila Lo Gha!!"

"Saya kagak gila ya wahai kawan," jawab Agha dengan senyum Pepsodent. Sangat senang sekali menjahili sahabatnya satu ini yang sedang dirawat di RS.

*****

"BUNDA KILA!!!" Teriak Ainna berlari menuju ke arah Kila sambil menenteng dua tas kecil di tangan kanan dan kirinya.

Kila mendengar teriakkan anaknya segera menoleh, "jangan teriak-teriak di dalam rumah!"

Ainna hanya merespon dengan senyuman tanpa dosa. "Dapet bingkisan dari bunda Deeva."

"Biasanya Adhan langsung ngasih ke sini. Kemana dia?" Tanya Kila penasaran.

"katanya pergi sama temennya, nggak tau kemana. Ainna tidak kepo."

"Iya deh iya, manusia yang enggak kepo." Kila mencibir ucapan anaknya yang mengaku tidak kepo dengan keberadaan Adhan sekarang ini.

Ainna memperlihatkan tasnya kepada Kila, "buat Ainna semua ya bund?"

"Rakus jadi orang, bagiin ayah tu yang dari tadi nggak berhenti natap layar leptop."

"Bunda nggak minta?" Tanya Ainna.

"Nggak, sana bagi sama ayah!!"

"Iya deh, iya," ucap Ainna dan segera pergi menuju ke ruang kerja ayahnya.

Alina 🦁
02-09-2022
TBC

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang