✓19. makan kok gengsi

158 22 16
                                    

"laper itu makan nasi, bukan makan gengsi."
|Author Al 🦁|

Sabtu pagi, yang begitu indah. Sangat damai tanpa ada gangguan sedikitpun dari seseorang Alfaaro Pradhan Saputra.

Walau kenyataannya, nanti Adhan akan datang dan merusak Sabtu paginya.

"Pengen makan pedes, tapi kemarin habis kumat lagi ini perut."

Ainna mencari makanan diberbagai tempat, dari rak dapur, kulkas, sampai meja makan.

"Makan cokelat aja keknya bagus, tapi takut ni pipi tambah besar." Ainna memandang cokelat batang yang ia ambil dari kulkas itu.

"Makan yang asin-asin takut batuknya kambuh."

Ainna bergumam sendiri tanpa henti, mau makan aja ribet tiada tanding. Kayak emak-emak ngasih makan anak kesayangannya.

"Makan brownies Avocado, pake toping cokelat yang melimpah," ucap Adhan tiba-tiba sudah berada di belakangnya.

"Kebiasaan enggak salam dulu masuk ke rumah orang," jengkel Ainna.

"Dih gue aja dah salam sama ayah Adi, kuping lu aja yang budeg," ejek Adhan, "mau enggak?"

Ainna menoleh ke arah Adhan dengan wajah menyiratkan tanda tanya.

"Itu, brownies Avocado, dengan toping cokelat yang berlimpah."

"Enggak-enggak, gue mau diet," tolak Ainna dengan keteguhan iman yang sangat kuat.

Kuat benar-benar kuat, karena makanannya tidak ada didepannya sebenarnya. Jika ada didepannya sepertinya ia akan langsung memakannya tanpa sisa sedikitpun.

"Halah, sok-sokan mau diet, nanti juga lu ketahuan diem-diem makan es krim satu ember," sindir Adhan.

"Sewot aja lu, yang penting kan gue udah punya niat, dan udah MAU NGEJALANIN!!, kalau berhenti ditengah jalan itu kan hambatan namanya," bela Ainna tak mau salah.

Walau sebenarnya ucapan Ainna memang ada benarnya juga. Jika tidak benar protes langsung kepada Alainna Hana Angelica.

"Halah, niat sih niat. Tapi lu kan niatnya kek tai ayam." Sindir Adhan tak mau kalah berdebat dengan Ainna.

Ainna merasa sekarang hari Sabtu yang damai nan indah, sudah berada dipuncak kegagalan.

"LU KALAU MAU MANCING EMOSI GUE, LANGSUNG KE SESI BAKU HANTAM AJA DEH!!!" Ainna berteriak dengan muka memerah.

Bukan gimana-gimana, tetapi sikap Adhan yang sangat tidak bermutu nan minus akhlaq itu membuat emosi dipagi hari.

Adhan  mendengar teriakkan Ainna reflek menutup telinganya dengan kedua tangannya.

"HALAH... BARU DITERIAKIN AJA DAH TUTUP TELINGA!!"

"Udah-udah,gue enggak mancing emosi Lu lagi dah," ucap Adhan menenangkan emosi Ainan yang sudah membludak layaknya bom.

"Gue enggak percaya, lu kan TUKANG BOHONG."

"yang ini beneran enggak bohong," Adhan meyakinkan Ainna.

"Yaudah gue percaya." Ainna mengaggap jika Adhan tidak berbohong dengan ucapannya, "terus napa lu kesini?, Biasanya juga main game sampai Minggu pagi."

Adhan tersenyum kecil mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Ainna. Senyumnya Adhan itu memang manis, tetapi dibalik itu semua pasti ada sebuah siasat buruk entah apa.

Sebenarnya kenapa ia datang kesini yaitu, "gue cuman mau tanya sebenernya."

"Kenapa enggak tanya lewat chat?" Tanya Ainna bingung, mau bilang apa sih sampai segitunya ia bela-belain ke sini hanya untuk membicarakan yang sepertinya tidak terlalu penting.

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang