✓17. girlfriend? is she?

168 21 13
                                    

"gue bingung, dia itu punya pacar atau enggak sebenernya."
|Ainna|

Kantin tampak ramai seperti biasanya.

Ainna mencari tempat kosong untuk ia dan ketiga sahabatnya duduk dan beristirahat sebentar untuk memakan sebuah camilan atau makanan berat.

"NA, SINI!!" Tio memanggil Ainna dari daerah Utara kantin.

Tempat paling pojok, dan dekat dengan pepohonan yang rindang, suasana yang yang tidak terlalu buruk.

Ainna melihat dengan teliti adakah Adhan di sana atau tidak. Jika ada ataupun tidak sepertinya dia akan berlaku bodoamat untuk sementara waktu.

Ainna menkode Tio dan kawan-kawannya untuk memboking 4 kursi di meja sana.

Tio yang mengerti ucapan Ainna langsung menggaguk,dan mengacungkan ibu jarinya.

"Udah dapet tempat?" Tanya Cello.

Ainna menunjuk tempat paling Utara itu, "lu ke sana duluan, gue mau beli dulu."

*****

"Gue udah berusaha semaksimal mungkin, jadi kalau Lo buat gagal usaha gue itu. Gue nggak mau ngakuin Lo jadi saudara gue," tegasnya dengan mata tajam, dan tersirat kebencian yang mendalam dari matanya, "ya walaupun gue sebenernya nggak Sudi ngakuin Lo jadi saudara tiri gue sekalipun."

"Gue juga udah usahain Lo bisa Deket dengan dia, gegara jabatan gue."

"Sampai Lo berani gagallin rencana itu, sampai jabatan gue hilang, Lo yang tanggung jawab."

Seseorang yang diancam itu hanya bisa tersenyum terpaksa, ya sepertinya dia salah mengambil jalan ini.

Tetapi keinginan untuk mendapatkan dia seutuhnya sangat melebihi ketakutan yang akan ia hadapi.

*****

"Keknya ada yang kurang." Ratu mencari seseorang yang tidak hadir ditempat itu.

"Zakhi sama Adhan belum datang." Agha melihat sekeliling dengan perasaan sedikit khawatir.

Entahlah firasatnya mengatakan, jika akan ada drama kali ini.

"Ouyy," panggil Adhan sambil melambaikan tangan ke udara.

Dibelakang Adhan terlihat seorang anak yang tidak asing di mata mereka.

"Siapa?" tanya Agha tak suka.

Manusia yang merasa dipertanyakan, segera maju beberapa langkah dan memperkenalkan dirinya.

"Na-ma ku Chelsya Faskara Dista, dipanggil Elsya," ucapnya.

"Ngikutin Lo napa?" Tanya Tio.

"Gue disuruh sama Bu Endang buat ngajar dia buat olimpiade." Adhan duduk dengan sedikit malas.

"Lah bukannya ngajarnya habis pulang sekolah?"

"Terus Napa ngikutin Lo sekarang?" Ucap Cello dengan sedikit nada tidak suka.

"Enggak tau, gue aja nggak ikhlas Nerima suruhan dari Bu Endang."

Dipikirannya, kenapa harus dia yang mengajarkan sebuah materi kimia, yang kadang dia aja malas buat lihat soalnya.

Bagus sih nilainya, mendekati 100. Tetapi dia sangat malas sekali, apalagi menurutnya dia membuat Ainna jengkel dan emosi kemarin saat pertemuan pertama karena dia tidak sengaja menabraknya.

Padahal ada Cello atau Ratu yang bisa mengajarkan materi kimia itu dengan lebih mudah dipahami.

Ya walau Ratu, dan  Cello bukan dibidang Kimia, lebih ke fisika.

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang