"huft, rasanya seperti dikejar hantu," guman Ainna.
Ainna memasuki rumahnya dan, ya rumahnya sangat sepi seperti tak berpenghuni.
Satpam, dan pembantunya juga sepertinya sedang istirahat sebentar pulang ke rumahnya.
Dan ternyata ia ditinggal sendirian lagi dirumah ini, bunda dan ayahnya pergi ke luar kota.
"Sepertinya saya akan bebas dalam beberapa hari, YAHAHAHAHAHA," ucap Ainna menirukan suara tokoh penjahat di serial kartun kesukaannya.
"Bebas, bebas, dan bebas ..."
"Lu nggak bakal semudah itu buat bebas," ucap Adhan.
Ainna membalikkan tubuhnya dan menatap manik mata Adhan yang memerah.
"Lu dititipin sama gue, bunda langsung bilang sama gue tadi."
Ainna memutar bola matanya malas, "ya terus gue harus ngapain?"
"Jangan Deket sama KETOS SIALAN ITU!, Kalau ada apa-apa BILANG SAMA GUE BUKAN DIA."
"Udah jam 5, lu ada janji kan sama Elsya?, Eh sama bu Endang juga," ucap Ainna tak merespon ucapan Adhan yang sudah meletup-letup bagaikan air mendidih.
Adhan nampak tak suka ucapannya sama sekali tidak direspon oleh Ainna.
"Sono pergi, nanti Bu Endang marah."
"Lu bisa nggak sih, nggak usah sok tuli gitu?" tanya Adhan.
"Gue denger, gue cuman nggak mau lu kena masalah lagi."
"Dan gue nolak lu tadi karena,gue tau ada yang lebih penting dari gue."
"Nggak ada yang lebih penting selain lu dan keluarga gue," ucap Adhan.
"Udah sono, nanti pada nunggu," suruh Ainna.
Adhan lantas pergi meninggalkan Ainna sendiri setelah mendengar ucapannya.
Adhan berhenti didepan pintu dengan perasaan berkecamuk tak senang.
"Udah Sono, gue kan dah bilang gue bisa mandiri." Ainna menjawab dengan yakin.
"Maaf," lirih Adhan dan benar-benar meninggalkan Ainna.
Gue bisa tanpa dia, ya gue harus bisa.
Ucap Ainna meyakinkan dan berusaha agar air matanya tidak menetes.
*****
Ting
Pintu cafe Minerva tebuka, dan menampilkan sosok berbaju putih.
"Kak Adhan sini!!" panggil Elsya.
Adhan segera menghampirinya, sekarang dia mencari sosok guru yang sudah menyuruhnya untuk mendapatkan tanggung jawab ini.
"Bu Endang mana?" tanya Adhan dengan suara dingin.
Suasana hati Adhan sekarang sangat buruk, buruk sekali seperti nilai merah di dalam rapotnya.
"Nggak tau kak, sepertinya datang telat." Elsya tersenyum dengan lebar.
Berbanding terbalik dengan Elysa, ia sekarang suasana hatinya sangat bahagia.
"Keluarin bukunya sambil nunggu Bu Endang datang."
"Pesen minum atau makanan dulu kak," ucap Elsya.
Adhan berdecih pelan mendengar ucapan Elsya yang sangat menyebalkan menurutnya.
Sifatnya sedikit berbeda juga,tidak seperti saat disekolah yang sangat terlihat culun dan cupu.
"Jus Avocado,"
Elsya tersenyum mendengar jawaban Adhan, Elsya segera memanggil pelayan untuk segera membuat pesanan itu.
"Ambil buku, nggak usah senyum kek orang gila!" sentak Adhan.
Elsya menoleh dengan wajah memelas dengan sekejap, "ma-aaf, aku cuman senang aja bisa diajar oleh kak Adhan."
"Ya." Adhan menjawab dengan sangat singkat agar Elsya tidak melanjutkan drama konyol ini.
Rasanya seperti di neraka sangat panas, padahal di cafe Minerva ada beberapa ac di sudut-sudut ruangan.
"Kak apakah jika aku menang olimpiade kimia sekarang, aku boleh meminta apa saja sama kak Adhan?" tanya Ainna sambil sibuk mengeluarkan beberapa buku yang akan dipelajari.
"Enggak."
"Hanya permintaan kecil kak," ucap Elsya meyakinkan.
"Kalau gue bilang enggak ya enggak." Adhan tetap menjawab dengan jujur, ya bisa dikatakan terlalu jujur.
"Satu permintaan saja,nggak lebih nggak kurang."
Adhan menatap Elsya dengan tatapan tak suka. Penderitanya kenapa selalu bertambah seiring waktu?
Sangat gila jika ia harus bertahan sampai 2 bulan full hanya mengajari seorang Chelsya faskara Dista.
"Kalau gue bilang enggak boleh itu enggak boleh!"
"Satu ini aja plish, boleh ya kak?" rengek Elsya dengan muka memelas.
Gila, gue boleh nggak sih berhenti jadi gurunya?
"Ya kak, boleh ya?"
"Ya," jawab Adhan malas.
"Makasi, kak." Elsya merentangkan tangannya untuk memeluk badan Adhan.
Tetapi Adhan sadar atas gerak tubuh Elsya, ia segara menatap sengit Elsya, "nggak usah aneh-aneh, kerjain soal kemarin segera."
Elsya mendengar ucapan Adhan segera menciut takut.
Senyum diwajahnya sekilas terbit, walau hanya singkat tetapi jika orang melihat kelakuan Elsya pasti akan memincing curiga.
"Bu Endang kemana?" tanya Adhan tak sabaran.
Dia merasa seperti diawasi saat berada di dekat Elsya, entah ini naluri atau sekedar halusinasi.
"Kayaknya Bu Endang enggak datang."
"Maksut lu?" tanya Adhan memastikan jawaban Elsya sangat benar.
"Enggak datang kak."
Adhan merasa dipermainkan sekarang, bagaimanapun tadi Elsya berjanji jika belajar di luar sekolah akan mengajak Bu Endang agar tidak ada gosib baru.
"Kenapa emang?"
Elsya tertawa kecil,"aku lupa jika Bu Endang akan ada kegiatan sekarang."
"Nggak lucu, gue mau pulang sekarang." Adhan segera pergi meninggalkan Elsya yang memantung kaget.
Elysa semakin lama semakin melunjak menurutnya, bagaimanapun ia paling benci dipermainkan.
Di meja yang ditempatinya ada selembar uang seratus ribu untuk membayar pesanan yang sengaja ditinggalkan oleh Adhan,ya ia tidak ingin menjadi seorang lelaki yang pengecut ke dua kalinya.
Pergi aja nggak papa kak, udah selesai juga urusannya
Mau bagaimanapun rumor itu akan terus bertambah.
Elsya tersenyum miring melihat Adhan akan segera menghilang dari kehidupan Ainna dengan sendirinya.
Atau Ainna yang akan menghilang dari kehidupan Adhan, ia tak ambil pusing intinya ia bisa memisahkan keduanya dan segera diakui adik satu-satunya oleh kakaknya.
Alina 🦁
8-12-2022
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Zone? [End]
Novela Juvenil[⚠️NO COPAS!!] [HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] Kisah yang selalu diperumit oleh dua sejoli, antara Alainna Hana Angelica dan Alfaaro Pradhan Saputra. Friendzone Enemyzone Neighborzone Lengkap sudah gelar yang dua sejoli itu dapatkan. =================...