✓13. first plan

227 27 30
                                    

"kalau anaknya susah dideketin, ortunya solusinya"
|Adhan|

Dengan wajah ditekuk, Ainna memasuki kamarnya.

Panggilan dan gangguan dari seekor anabul kecil yang berlari-lari tak karuan, ia hiraukan.

Melemparkan tas di sebarang tempat, Ainna merebahkan badannya di kasur kesayangannya.

"Capek," lirih Ainna.

Setelah beberapa menit Ia melamun dengan pikiran kalut, sekarang Ainna sudah tertidur lelap, dengan seragam sekolah yang masih melekat dibadanya.

*****
"BUNDA..." Teriak Adhan.

Deeva yang mendengar teriakan dari depan rumah,hanya bisa tersenyum kecil.

Anak laki-laki yang ia besarkan dari kecil sudah besar sekarang, dan tentunya sudah mengenal namanya sebuah "cinta"

"Bang Afgan mana?" Tanya Adhan kepada Ibundanya.

"Mau berantem lagi?"

"Enggak ya bund," ucap Adhan menyakinkan, "tadi ada yang titip salam sama bang Afgan."

"Siapa?" Tanya Deeva masih fokus seperti kegiatan tadi ,yaitu memotong sebuah wortel.

"Enggak tau,tadi cuman bilang."

"Titip salam sama Afgan,lu adeknya kan?" Tiru Adhan dengan suara dibesar-besarkan agar terlihat mirip.

"Suruh datang ketempat yang kayak dulu."

"Ooo, gitu."

"Enggak ada yang mencurigakan?" Tanya Adhan memastikan.

Karena seseorang yang mengajak bicara Adhan itu berpawakan sedikit menakutkan.

"Temen Abang kamu itu, dulu sering kesini dianya."

"Siapa?"

"Bunda cerita kamu juga nggak bakal tau, dulu benci banget kan sama teman-temannya Abang?"

"Iya juga sih," lirih Adhan.

"Enggak bakal kayak dulu lagi," ucap Deeva memberi penenang anak keduanya itu.

Deeva tau kenapa dulu Adhan sangat membeci Afgan dan teman-temannya, karena semua waktu yang Afgan memiliki sering ia gunakan untuk melakukan ekstrakulikuler, main,main, dan main bersama temannya itu.

Jadi otomatis menjadi adek ia iri itu, yang bisa bebas bermain bersama Abangnya, dan ia hanya bisa menuggu waktu luang.

Kadang dalam 1 bulan, waktu luang itu hanya ada saat Abangnya sakit.

Jika Adhan mendoakan agar Afgan selalu sakit kan enggak masuk akal juga, kasihan muka melas Afgan yang sedang sakit itu.

"Enggak papa sih bund."

"Yang udah punya gebetan mah gitu," goda Deeva .

"Enggak gitu maksudnya bunda saya tercinta," elak Adhan.

Jantung Adhan sekarang berpacu dengan cepat, seperti kepergok mencuri uang bundanya diam-diam.

"Bohong temenya setan."

"Iya-iya Adhan ngaku."

"Nah, kan baik."

"Bund, ke Gramedia ngajak Ainna boleh?" Tanya Adhan meminta ijin.

"Tanya sama bunda Kila, jangan sama bunda sendirilah."

*****

"Assalamu'alaikum..." salam Adhan.

Mata Adhan masih mencari seseorang yang berada di kediaman rumah keluarga Bapak Adi tercinta.

Tetapi nihil seperti tidak ada kehidupan didalam rumah itu.

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang