✓37. Siapa tersangkanya?

102 16 6
                                    

Sudah beberapa hari ini ia pusing memikirkan siapa dia, dan kenapa?

Sudahlah, ia tak tahan untuk tidak cerita dengan ibundanya. Tetapi ia tak ingin membebani pikiran kedua orangtuanya.

Jika saja ia seorang detektif yang handal, ia pasti sekarang sudah menyelidiki kejanggalan ini.

"ARGH... LAMA-LAMA GILA!!!" teriak Ainna dengan muka kurang tidur.

"Kalau cerita sama bestie aja keknya nggak papa," ucap Ainna.

"Tapi, pasti nanti Qei bakal heboh sendiri."

Brak

Ainna merebahkan badannya ke atas kasur dengan kasar. Ia sekarang tidak tau jalan terbaiknya yaitu diam,atau cerita dengan orang lain.

Ainna tak berhenti men-stalking akun yang berhubungan,atau berkaitan dengan akun @kenwaaaa

"HA..."

Ainna kaget bukan kepalang, bagaimana bisa.

Reflek bangun dari posisi berbaring, ia segera fokus mencari postingan-postingan yang sedikit mencurigakan.

Bagaimana bisa akun yang relevan terhadap akun @kenwaaaa adalah akun yang sama-sama di folow oleh Adhan dan kawan-kawannya.

Sekarang Ainna tak bisa berfikir sama sekali, kenapa bisa postingan yang di retweets oleh dia, juga di retweets oleh Adhan.

Ini sangat ganjal sekali.

Ataukah pelakunya adalah Adhan sendiri?

Ainna mengibas-kibaskan tangannya di udara untuk menyingkirkan pikiran yang sangat tidak berguna itu.

Dia sama sekali tidak ingin menuduh manusia itu, tetapi Ainna merasakan firasat bahwa Adhan adalah pelaku atas tragedi itu.

Jika Ainna dibilang bodoh, ya bisa dibilang begitu. Semua bukti saja belum terkumpul, langsung menuduh Adhan yang notabenenya suka menolongnya.

"Tapi kan, kalau orang punya salah pasti pura-pura baik."

"NGGAK SIH, NGGAK MUNGKIN!!!" Ainna berteriak dengan histeris.

Ia sama sekali tak bisa menerima fakta ini, jika benar-benar Adhan adalah pelakunya.

"AINNA, JANGAN TERIAK-TERIAK!!"

Ainna mendengar teriakkan dari ibundanya, seketika kembali sadar,dan kembali tenang.

"Iya bundaku tercinta," jawab Ainna.

Ainna merebahkan badannya kembali ke ranjang.

Pikirannya semakin kalut tak karuan, kemungkinan-kemungkinan yang ada selalu berdatangan tanpa permisi.

Bunda sama ayah kalau aku kasih tau pasti cuman diem aja.

Atau malah suruh diemin.

Ayah juga bilang pasti karma akan datang.

"Aish, tapi nunggu karma datang itu lama banget..." geram Ainna.

Ainna sekarang paham, sifat yang sangat tidak baik didalam dirinya yaitu sifat kepo dan sifat dendamnya yang sudah mendarah daging.

Jika sifat keras kepalanya itu turun dari ayahnya, dan sifat temperamen, jika sifat yang sedikit keras lebih condong ke arah bunda.

"Nggak boleh dendam,nggak boleh dendam." Ainna mengulang kalimat itu untuk mensugesti pikirannya agar tetap seperti sedia kala.

Walau kenyataannya Ainna tetap akan dendam, tidak ada salahnya untuk mencoba agar sedikit saja rasa dendam itu hilang.

Tuk

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang