✓24. kode cinta

128 25 22
                                    

Para murid berada di lapangan dengan seragam lengkap. Memakai almamater berwarna biru tua, membuat kesan para murid terlihat berwibawa.

"ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH!!" Salam Bu Yurka membuka amanat upacara pagi hari ini.

"WA'ALAIKUMMUSSALAM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH!!" Jawaban serentak para murid di Minerva high school.

"Segala puji bagi Tuhan yang maha esa, telah memberikan Rahmat serta hidayahnya kepada kita semua. Pertama-tama saya mohon ijin untuk memberikan sepatah dua patah, atau bahkan lebih kalau para murid sekalian bersedia."

Para murid seketika berbicara bersama temannya setelah mendengar ucapan dari gurunya yang menyandang status sebagai guru BK.

Ada yang tidak terima, ada yang meng-ngibah gurunya langsung didepannya walau gurunya tidak dengar, ada yang mengumpat tidak jelas, ada juga yang berbicara membahas makanan yang sedang diskon pekan ini di cafe Minerva, dan ada juga yang berdebat layaknya pemilihan presiden.

"Teks pidato itu pendek enggak apa-apa yang penting jelas inti yang disampaikan itu apa, enggak kayak lu yang malah cuman salam isi nggak jelas penutup."

Plak

Adhan menepuk kepala Ainna dengan kesal, "eh asal lu tau ya, itu jelas menyampaikan intinya. Nggak kayak Bu Yurka suka bertele-tele."

"Dih, sejak kapan lu praktek pidato pernah isinya jelas dan berfaedah? Kagak pernah ya asal Lu tau!" Cibir Ainna.

"Pernah, lu aja yang pikun!!"

Ainna memutar matanya jengah, "Li Iki Ying pikin, asal Anda tau wahai Alfaaro Pradhan Saputra. Saya tidak pernah absen dari pelajaran bahasa Indonesia."

"Iya deh iya, yang nggak pernah absen."

"ALAINNA HANA ANGELICA, ALFAARO PRADHAN SAPUTRA!!" teriak Yurka.

Ainna dan Adhan reflek diam sambil melihat Bu Yurka dengan tatapan tanpa dosa dan salah sedikitpun.

"Kenapa Bu?" Tanya mereka serentak.

"HABIS UPACARA, KAMU BERDUA KE RUANG BK!!" Suruh Yurka dengan tatapan tajam.

Adhan dan Ainna menatap satu sama lain dengan tatapan mengimidasi. "Ya Bu..." Mereka menjawab dengan nada lesu.

"ANAK-ANAK, JANGAN MENCONTOH PERILAKU MEREKA BERDUA. ASIK BERBICARA DIDEPAN ORANG YANG SEDANG MENJELASKAN!!!"

*****

"Manusia kayak lu itu, patut dihindari."

Adhan menatap Ainna dengan wajah tak suka, "mau dihindari sampai manapun,lu nggak bakal bisa ngehindar dari gue."

"Idih, percaya banget gue nggak bisa ngehindar dari lu! Besuk lulus SMA gue mau kuliah di Jakarta, biar bisa menjauh dari lu."

"Yakin keterima?" Tanya Adhan meremehkan.

Ainna sekarang ingin sekali memelintir mulut yang lemes bicaranya itu. Dukung atau apresiasi kek, jangan malah meremehkan kayak omongan tetangga.

"Meremehkan sekali anda ini."

"Udah-udah, jangan debat lagi." Relai Yurka sambil menenteng tumpukan berkas yang entah berapa lembar itu.

"Bersihkan gudang di gedung utara!!"

"Langsung to the point? Enggak pakai acara ceramah no jutsu?" Tanya Adhan.

Ini pertanyaan salah, pertanyaan yang sangat salah yang keluar dari mulut Adhan.

"Ok, kalau kamu milih seperti itu, Ainna juga bertanya demikian bukan di otak kamu?" Tanya Yurka dengan senyum misterius yang tercetak dari bibirnya.

Ainna yang mendengar pertanyaan Bu Yurka hanya bisa diam tak berkutik. Kenapa jadi Ainna ikut andil didalamnya?

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang