1 Minggu yang begitu sibuk untuk hidup Ainna karena menyelesaikan persiapan kegiatan Minerva award.
Menurutnya menyibukkan diri sendiri lebih baik daripada terpuruk dengan gosib yang akhir-akhir ini sudah jarang ia dengar.
"Na tolong bawain kertas yang ada di meja itu dong." Tunjuk Dito ke arah meja yang tak jauh dari tempat Ainna berada.
Ainna mendengar intruksi temannya segera berjalan mengambil barang yang dimaksud.
"Makasih."
"Sama-sama," jawab Ainna tersenyum.
Dito melihat senyuman Ainna merasa sedikit sedih, maksut dari sedih ini adalah karena Ainna masih bisa tersenyum lebar walau kenyataannya crushnya di rumorkan dekat dengan orang lain.
Dito bisa berpendapat bahwa Adhan adalah crushnya Ainna karena, "siapa sih yang nggak bakal nyimpen rasa kalau udah Deket lama?"
"Nggak sama Adhan?" ucap Dito tanpa sengaja.
Yah mau bagaimanapun ia tetap kepo, manusia jika tidak kepo menurutnya tidak hidup.
"Adhan main ke basecamp." Ainna menjawab dengan tenang.
"Nggak nungguin lu buat gladi bersih besuk?"
"Agenda besuk sama sekarang itu beda, nggak usah banyak tanya deh sok jadi wartawan." Ainna pergi dengan wajah kesal menuju ke arah pintu keluar aula.
Dari kemarin pasti ada saja satu dua orang yang bertanya prihal rumor itu.
Rumornya aja udah berangsur hilang tapi orang yang kepo dengan rumor itu masih saja ada dan kekal sepertinya.
"Ainna besuk gladi bersih jangan lupa dateng," ucap Kenzo dari arah belakang Ainna.
Ainna mendengar panggilan ketua osis itu segera menoleh, "Nggak bakal lupa,"
"Kalau nggak ada yang jemput, bisa minta tolong aku buat jemput." Kenzo mengancungkan ibu jari untuk meyakinkan Ainna bahwa ucapan yang keluar dari mulutnya bisa dipegang.
Ainna menatap Kenzo dengan durasi lama, entahlah kenapa seseorang yang selalu ia tolak berada didekatnya. Dan sebaliknya seseorang yang ia inginkan kadang enggak tau kemana.
Ia kemarin juga bilang buat enggak ketemu dulu 1 Minggu sih. Mau bagaimanapun menenangkan pikiran itu perlu.
Sebenarnya ia tidak mengirimkan pesan hanya untuk bilang prihal itu, tetapi juga karena berterima kasih tentang makanan dan minuman yang diberi oleh Adhan kemarin.
Untung saja Adhan mau menurutinya,kalau tidak udah deh pikiran Ainna pasti sekarang sudah sangat lelah.
"Bisa berangkat sendiri kok kak, boleh pulang?"
Berharap semoga diperbolehkan pulang lebih cepat dari panitia inti dekorasi. Sebenarnya sedikit tidak adil, tetapi jika ia memaksakan untuk masih stay di sini suaranya akan semakin hilang dan saat hari H ia tak mempunyai suara sedikitpun.
"Pulang aja nggak papa, ini sebentar lagi juga mau selesai."
"Makasi kak."
"Sama-sama tuan putri." Kenzo menjawab dengan senyuman yang terukir dengan sangat tulus.
Ainna membalas tersenyum dan segera meninggalkan ruang aula.
****
"Avocado"
"Avocado"
"Avocado"
Ainna tak berhenti mengucapkan kata itu di perjalanan menuju pulang.
Yah membayangkan beraneka makanan dan minuman favorit membuat semangatnya kembali keluar.
"HALO MANG JAJA!!" panggil Ainna dengan semangat. Gerbang rumah Ainna seketika dibuka oleh mang Jaja, satpam yang paling bisa dipercaya.
"Halo neng geulis, jadwal habisin persediaan makanan?" tanya Mang Jaja dengan kekehan di akhir ucapannya.
Ainna mengacungkan ibu jarinya dengan mata berbinar. Ia segera memasukkan motornya ke garasi.
Turun dari motornya, Ainna segera berjalan menuju ke mang Jaja untuk memberikan sebuah amanah dari ibunda tercinta.
"Mang bunda tadi chat Ainna, katanya ini," Ainna menyondorkan uang 100 ribu ke arah mang Jaja.
"Buat Mamang, nggak tau juga buat apaan. Bunda pasti nanti chat Mamang."
"Makasih neng geulis," ucap mang Jaja mengambil uang yang diserahkan untuk dirinya.
.
"Sama-sama mang Jaja," jawab Ainna.Ainne segera berlari menuju ke dalam rumah. Mengistirahatkan jiwa dan raganya dengan memakan dan meminum minuman favorit yang menurutnya itu sangat perlu.
Mengambil semuanya dari dalam lemari es, dan menaruhnya di meja yang terletak di ruang keluarga.
Menyalakan televisi dengan suara lumayan besar, dan merebahkan badannya ke dalam sofa.
"Bunda sama ayah sekarang ngapain ya?" monolognya.
"Enggak lupa Ainna kan ya?"
"Nggak lucu sih kalau lupa, enak-enak ke luar kota, anaknya ditelantarkan."
Ainna tak berhenti mengoceh sendiri sembari memakan brownies avocado.
Memang kurang sopan makan sembari berbicara, tetapi jika Ainna hanya diam saja rasanya mulutnya gatal.
Televisi yang di hidupkan hanya untuk meramaikan suasana rumah yang tampak mencengkam karena kurang lebih 1 Minggu yang tinggal di rumah ini hanya Ainna, dan kadang pembantu dan satpamnya yang tinggal sementara waktu.
"Dalang dari tabrak lari 2 tahun lalu belum terungkap, penasaran sebenernya."
"Bunda sama Ayah enggak mau ngelanjutin penyelidikannya juga sih."
Sekelebat pertanyaan yang selalu ada di otaknya kembali muncul, pertanyaan dalang yang telah menabrak Ainna tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
Jika dipikir, sebuah peristiwa yang membuat ia koma selama 2 bulan itu seharusnya membuat ia trauma, bukan malah penasaran siapa dalangnya.
Ainna memang spesies manusia aneh, bukan trauma tapi pasti Ainna menyimpan dendam kepada dalangnya.
"Kata ayah sih bakal dapet karma yang setimpal."
"Berarti dia harus kecelakaan, biar karmanya setimpal kan?" ucap Ainna dengan sangat lirih.
Alina 🦁
22-12-2022
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Zone? [End]
Novela Juvenil[⚠️NO COPAS!!] [HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] Kisah yang selalu diperumit oleh dua sejoli, antara Alainna Hana Angelica dan Alfaaro Pradhan Saputra. Friendzone Enemyzone Neighborzone Lengkap sudah gelar yang dua sejoli itu dapatkan. =================...