✓36. tweet

109 15 6
                                    

"bentar, kok kek wajah gue?" tanya Ainna kaget bukan kepalang.

Ini tidak salah lagi ini wajah dia. Bukan editan maupun rekayasa.

Ia merasa aneh, kenapa bisa foto saat ia kecelakaan bisa berada di akun Twitter ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia merasa aneh, kenapa bisa foto saat ia kecelakaan bisa berada di akun Twitter ini?

Kenapa juga orang yang menabraknya malah dendam dengannya. Bukankah seharusnya yang dendam itu Ainna?

Ainna tak berhenti berfikir kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Ingin memberitahu bunda dan ayahnya, tetapi kedua orangtua Ainna baru saja pulang dari luar kota. Kasihan kalau bertambah beban pikiran.

"Baru saja kelar hari-hari sibuk, datang lagi misteri yang datang," ucap Ainna.

"Kayaknya nggak usah penasaran siapa dalang di balik ini semua."

Bruk

"Aaa..." Ainna menutupi wajahnya dengan bantal dan berteriak dengan sangat keras.

Ia jadi kesal sendiri mengingat  kejadian kemarin saat acara Minerva award.

Bisa-bisanya Adhan memberikan pesan tersirat dari sebuah lirik lagu yang dinyanyikannya. Ainna berubah ke setelan awal seperti dulu yaitu merasa ada harapan kecil untuk bisa bersama.

Jangan salting lagi.

Jangan salting lagi gegara lirik lagu yang di nyanyikan oleh Adhan.

Jangan salting hanya masalah sepele!!

Ainna tak berhenti menguling-gulingkan badannya di atas kasur.

Sudah kerasukan setan ya gini.

*****

Cklek

Kenop pintu kamar dibuka dengan sangat pelan.

Ia berdoa berulang kali agar selamat dari amukan dan cemoohan dari sang kakak.

Sudah sering ia mendapatkan perlakuan tak baik karena ia adalah saudara tiri. Yang paling menyakiti hatinya yaitu, ia tak dianggap oleh kakaknya sebagai adiknya, tetapi ia dianggap sebagai benalu.

"Telat 1 menit, dari mana?" tanyanya dengan tatapan tak bersahabat.

"Ayah tadi juga manggil Elsya ke ruangannya."

"Tcih, ayah yang nggak patut di hormati," decaknya.

Prang

Gelas yang ada di atas meja dilempar dengan sangat kencang, "Ngapain tua Bangka itu manggil lu?"

"N-nyuruh Elsya buat ikut ke Bali."

Kakaknya menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Bali ya?

Tempat dimana bunda meregangkan nyawanya.

Memang tua Bangka tak berperi kemanusiaan.

"Kak?" tanya Elsya dengan perasaan takut, tatapannya menyiratkan bahwa ia sudah bosan dengan kehidupannya.

"Buat rumor yang memperlihatkan gue sama dia ada sebuah hubungan yang lebih dari teman."

"Gue mau secepatnya rumor itu menyebar."

"Sekarang lu boleh pergi, gue nggak Nerima namanya kegagalan. Lu paham kalimat manusia kan?"

Elsya mengangguk ragu, "ya kak..."

*****

Ainna berlari untuk turun ke lantai bawah, dengan menggenggam handphone ditangan kanannya.

"Nggak usah lari-lari!!" Peringat Kila sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anak semata wayangnya itu.

Fokus mengoreng sebuah risol, ia masih bisa mendengar langkah kaki yang begitu keras menuju ke arah dapur dengan tempo yang cepat.

"Iya-iya enggak lari bund."

"Bunda, kemarin bawa oleh-oleh yang di pesen Ainna kan?" tanya Ainna kepada ibundanya tercinta.

Ia baru ingat untuk menagih pesanan itu sekarang, karena bunda kila baru pulang saat Ainna juga pulang dari acara  di sekolah, jadi sama-sama capek.

"Iya bunda ingat, cokelat avocado?"

"Yap, beli banyak kan bund?" tanya balik Ainna.

Ainna sangat menginginkan coklat itu dari lama, sayang sekali jika tidak membawakan yang banyak padahal sudah jauh-jauh ke sana.

"Iya sayang, bawa banyak."

"Makasi bunda..." Ainna memeluknya dengan sangat erat.

Ainna rindu suasana ini, sudah 2 Minggu kurang ia tidak bertemu dengan kedua orangtuanya.

"Ainna, kamu ada masalah lagi sama Adhan?" tanya Kila curiga.

Ainna melepaskan pelukannya saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh ibundanya.

Kenapa bisa-bisanya pertanyaan yang dilontarkan adalah itu?

Padahal bisa yang ditanyakan, "sehat kan saat bunda tinggal?" Atau, "enggak ada masalah kan?"

Ainna kadang merasa sedikit jengkel jika Kila selalu merembet membahas prihal Adhan. Walau ia jengkel Ainna juga merasakan senang karena tersirat jika ada restu dari sikap Kila yang selalu menanyakan hubungannya.

"Enggak ada pertanyaan lain kah bund?" tanya Ainna balik dengan muka kesal.

"Penasaran aja sih, muka kamu kusut banget, kayak enggak ada penyemangat." Kila tertawa kecil saat mengucapkannya,  ya mau bagaimanapun Kila sedikit jengkel juga dengan anaknya itu yang selalu tidak sat set prihal sebuah percintaan.

Apalagi anaknya itu selalu mempersatukan gengsi, ya sudah tidak bakal bersatu kalau seperti itu.

"Enggak ada hubungannya ya bundaku, ini juga karena kecapekan acara di sekolah," elak Ainna.

"Beneran?" Kila tak percaya begitu saja ucapan anaknya itu.

"AYAH... BUNDA NYEBELIN!" adu Ainna.

Mengadu kepada ayahnya tidak akan membuahkan hasil yang maksimal, pasti ayahnya itu akan mendukung bunda.

Ainna kadang pusing sendiri kalau kedua orangtuanya itu bekerja sama untuk menyindir prihal ia yang terjebak friendzone.

"Belum jadian aja suka tengkar kamu ini," celetuk Adi dari arah ruang kerjanya.

Ainna seketika cemberut mendengar respon ayahnya, "butuh pembelaan ya ayahku, bukan sebuah sindiran,"

"Kasihan kesindir, salah sendiri betah banget friendzone," ucap Adi.

"Nggak tau ih, bunda sama ayah jahat banget." Ainna merajuk dengan tangan mendekap di dadanya.

Ainna segera berjalan menuju ke sofa dengan wajah kusut tak karuan. Jika hanya disindir bundanya saja ia tak akan sekusut itu wajahnya, tetapi ini langsung di double kill.

"Nggak usah marah gitu, nanti cantiknya hilang lo," bujuk Adi.

"Mau hilang juga tetep anaknya bapak Adi sama ibu Kila," ucap Ainna dengan bangga.

"Iya deh iya," ucap Kila mengalah dan segera membawa makanan ke ruang keluarga untuk disantap bersama-sama.

Alina 🦁
28-12-2022
TBC

Double up nggak nihh??

Zone? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang