32

309 37 16
                                    

Malam itu, Jiaqi sedang membaca sebuah novel di atas kasur dengan hanya ditemani cahaya bulan dari jendela besar di kamarnya. Ia membalik halaman demi halaman dengan sabar.

Hanya ini yang bisa dilakukannya selama hampir dua bulan di sana. Ponsel dihancurkan ibunya. Melihat dunia luar...- hanya bisa menatap dari balik kusen jendela. Itupun yang ia lihat hanya pepohonan dan gunung.


CKLEK


Jiaqi mendongak. Terlihat sang ayah melongokkan tubuhnya ke dalam kamar.

"Ah? Ayah?" serunya sambil menutup novelnya dan duduk tegak.

"Bagaimana kabarmu? Maaf ayah baru sempat menjengukmu sekarang." balas sang ayah sambil kembali menutup pintu.

Jiaqi menggeleng.

"Tak apa-apa."

Ia tau jika ayahnya juga pasti sibuk membereskan ulah ibu dan kakaknya.

Keduanya kemudian duduk berhadapan di sofa yang ada di sana.

"Kau makan dengan baik?"

"Eum. Junkai ge setiap hari membawakan banyak makanan."

"Syukurlah."

Sang ayah tersenyum.

"Beruntung Junkai menjadi bodyguardmu, ya...."

"Begitulah."

Jiaqi terdiam sesaat, sebelum kembali membuka mulutnya.

"Bagaimana kabar dunia luar?" tanyanya. "Dari jendela kelihatan...- Kenapa tiba-tiba membuka tembok kabut?"

Mendengar itu, sang ayah langsung menghela nafas lelah sambil menggelengkan kepala. Terlihat sekali ia sudah enggan mengurusi hal tersebut, tapi mau tak mau tetap harus turun tangan.

"Kau tau sendiri... Ibumu dan kepala keluarga Yan sudah berencana membuka perang kedua."

Jiaqi tertegun.

"Jadi serius, ya..."

Perlahan ia menunduk mengamati tangannya. Jika perang kedua terjadi, maka langit berdarah otomatis terjadi. Ia benar-benar resah.

"Apa tidak bisa dibekukan saja?"

"Ayah sudah berusaha menemui kakekmu untuk minta tolong, tapi kondisi kakekmu sendiri juga sedang tak bagus..."

Pria setengah baya itu menatap prihatin anak kandungnya. Diusapnya pelan bahu Jiaqi yang terkulai lemas.

"Kemarin anak Keluarga Zhang menyerang Yan Haoxiang. Makanya Keluarga Yan menjadi kalang kabut dan langsung meledak hingga seperti ini..."

Jiaqi mendengus.

"Dasar sembrono."

"Ya, anak dan ayah benar-benar DNA yang luar biasa... Sama-sama gegabah..."

Jiaqi benar-benar muak dengan Keluarga Yan, juga kakaknya yang bisa-bisanya lengket dengan mereka...- Ah! Ia lupa... Semua karena ibunya.

"Lalu... Apa ayah dengar kabar tentang Chengxin?" lirihnya. "Apa dia aman? Anakku juga..."

Seketika ayah terdiam. Ia menatap Jiaqi dengan kaget.

"Jiaqi... Kau... tau?"

Jiaqi menoleh dengan serius.

Red Organdy 2 | QiXin ft. XiangLin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang