45

411 32 29
                                    

- 1 bulan kemudian -



Berita tentang perang kedua dunia mitologi yang akhirnya berakhir, terdengar di dunia manusia melewati siaran langsung di salah satu TV nasional.

"Saya dengar perang kali ini adalah yang terparah dibandingkan 20 tahun lalu."

"Ya, benar. Banjir darah bahkan sampai masuk ke dunia manusia karena tembok kabut mereka pecah berantakan. Betapa bekerja kerasnya tentara dan kaum buster kami dalam ikut andil membersihkan kekacauan."

Tiga politikus di layar kaca tengah berbincang-bincang mengulas tragedi berdarah tersebut.

"Oh iya, katanya langsung ditindak?"

"Ya, langsung keluar kebijakan baru. Sudah sejak seminggu yang lalu masih alot perundingan bersama antara Presiden Huang dari dunia manusia, Presiden Ma, dan anak bungsu dari Keluarga Liu, menggantikan Presiden Liu yang sedang beristirahat karena serangan jantung."

"Kenapa tidak anak sulung mereka? Dengar-dengar dia salah satu dalang provokator terjadinya perang kedua?"

"Setelah perang berakhir, orang itu tak terdengar lagi kabarnya...- dan lagi, yang menjadi dalang utama bukannya karena hubungan terlarang tuan muda mereka?"

"Ah, benar. Pada akhirnya dua orang itu juga yang membuat dunia mereka berkabung."

"Jasadnya sudah ditemukan?"

"Belum. Setelah jatuh ke jurang bebatuan, tak ada tanda-tandanya lagi. Lagipula, kita para manusia mana berani membantu, kan?"

"Iya, ya. Tragis sekali."

Setetes air mata mengalir dari ujung mata Yaowen yang terpejam.

Tubuhnya masih terbujur koma di ranjang rumah sakit. Meski jiwanya masih terjebak, tapi indera pendengarannya dengan baik menangkap apa yang di dengarnya di TV barusan.

Berita tentang kematian Jiaqi dan Chengxin...- berita yang baru saja didengarnya setelah ia jatuh koma...- Yaowen merasa hatinya tercabik-cabik.



'Kisah yang tak seharusnya ditulis karena akan menyebabkan masalah bila sampai terbaca orang lain.'



Yaowen tidak berpikir cinta keduanya salah. Hanya saja dunia mereka yang membuatnya menjadi suatu kesalahan.

Ia bahkan belum sempat mendengar kata terakhir dari kakaknya tersebut, tapi begitu membuka mata, ia sudah tak bisa bertanya lagi padanya.

Namun...- memang alangkah baiknya jika Yaowen tak mendengarnya, bukan?

Di ranjang sebelahnya, Yaxuan yang sempat collapse juga masih dalam keadaan kritis meski tak sampai koma seperti dirinya. Di sampingnya ada Fumi yang sudah beberapa hari belakangan menjaganya dengan teratur.

"Mau makan apa, hm? Biar kubelikan?" tanya Qianxi sambil mengusap lembut kepala kekasihnya tersebut.

Fumi menggeleng lemah.

"Kalau kau seperti ini, saat dia bangun justru kau yang nanti gantian terbaring di rumah sakit."

Fumi terdiam sejenak, sebelum akhirnya membuka mulut.

"Bubur... ayam..."

Qianxi tersenyum, lalu berjalan keluar ruangan.

Sambil melirik sosok Qianxi yang melewati pintu, Fumi tersenyum simpul. Tapi ketika ia kembali menatap Yaxuan, ujung mata sembabnya kembali menurun sedih.

"Maaf... aku tak bisa membantu apa-apa..."

Sedangkan di sisi lain, Ziyi dengan keadaan kacau masih menyusuri bebatuan di bawah tebing demi mencari tubuh Chengxin.

Red Organdy 2 | QiXin ft. XiangLin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang