42

340 35 28
                                    

Changxi mendelik panik.

Detik itu juga, ia harus bisa membawa Haoxiang dan Junlin keluar dari sana. Kondisi keduanya benar-benar sudah diambang batas.

Sangat kritis.

"Changxi! Kenapa malah diam?!"

Itu Yuan, berteriak memerintahnya dari belakang sana.

Changxi menoleh dengan nafas yang memburu. Sosok itu terlihat sama sekali tak peduli dengan kondisi Haoxiang, dan itu membuatnya marah.

Sampai kapanpun, di mata Changxi, sosok itu akan selalu terlihat sebagai bajingan yang tau tau berterimakasih.

"Apa boleh buat.. "

Ia menarik tubuh Haoxiang yang masih memeluk Junlin dengan erat. Mencabut panah yang menancap di dadanya dan mengangkatnya.

"Zuohang!!"

"Siap!"

Haoxiang masih meraung dan mengulurkan tangan, seolah tak ingin berpisah dari Junlin yang dibawa pergi jauh oleh Zuohang.

"He Changxi!!!" teriak Yuan.

Ia menggeram marah sambil mengibaskan jubahnya yang lengket dengan darah.

"Dasar si sialan satu itu..." desisnya, lalu berbalik dan meloncat ke perbatasan.

*****


Ziyi menarik pinggang Chengxin menjauh, meski harus sekuat tenaga menahan energi pria tersebut dan tak menyakitinya.

Sedangkan Junkai yang menyadari kondisi Jiaqi langsung menarik sosok itu dan disandarkannya di balik pohon.

"Jiaqi! Kau aman?!" tanyanya dengan wajah panik.

Jiaqi mengangguk, lalu mengusap wajahnya yang penuh darah.

"Aku baik." serunya sambil menggerakkan pergelangan tangannya yang sempat terkilir.

Sejujurnya, keadaannya tak separah itu meski tubuhnya penuh luka. Ia tadi hanya sedikit terhempas saat terkena frekuensi getaran bom yang jatuh tak jauh darinya.

Tatapannya perlahan tertuju ke arah Chengxin yang ada di ujung sana. Ia ingin lanjut bertarung, tapi keadaan Chengxin kembali melemahkan hatinya.


Kenapa disaat seperti ini ia malah tak bisa bersama sosok yang dicintainya tersebut? Ia malah akan semakin menyakitinya.


"Junkai ge... bisa tolong aku untuk melindungi Chengxin?"

Junkai yang sebelumnya sibuk mengecek luka di tubuh Jiaqi sontak mendongak.

"Dia punya penjaganya sendiri."

"Tapi aku khawatir. Perasaanku tak enak."

Junkai melihat guratan resah yang bertumpuk tebal di kedua mata merah Jiaqi.

"Baiklah."

Alhasil, Junkai harus melanjutkan pertempuran mereka sambil diam-diam mengawasi sosok Chengxin dari jauh.


Di sisi lain, Yaowen terjatuh ke tanah setelah tak sengaja terkena hujan panah dan ribuan peluru yang ditembakkan kaum buster dari luar sana.

"Akh!"

Ia memejamkan mata saat tubuhnya yang mendadak terasa berat, jatuh menghantam bebatuan di bawah sana. Ia bisa merasakan sekitar empat sampai lima anak panah menusuk punggungnya.

Red Organdy 2 | QiXin ft. XiangLin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang