24

332 38 13
                                    

Yuan duduk di ruangannya sambil menikmati segelas wine merah...- atau mungkin.. fermentasi darah...?

Ia menatap chandelier yang menggantung di atasnya sambil memutar-mutar gelas.

"Yan Haoxiang, Yan Haoxiang..."

Entah dimana sosok itu sekarang. Yuan tak mendapat kabar apa-apa lagi darinya, benar-benar menghilang sesuka hati. Sepertinya sosok itu sungguh-sungguh saat mengatakan sudah mengakhiri kerjasama dengannya.

"Hahh.. menyebalkan!" dengusnya, lalu menegak habis wine-nya. "Tapi paling tidak aku sudah mencapai tujuan pertamaku."

Ia menyeringai menatap emblem ketua prajurit yang terpasang di jubahnya, seolah bersinar menandakan bahwa ia memang seharusnya tersemat di sana.

"Dasar Ma Jiaqi tak berguna... Siapa suruh kau menjalin cinta dengan clan werewolf... Kau malah membantu rencanaku, bodoh!"

Yuan tertawa keras hingga kepalanya mendongak ke belakang.

"Hahhh.. haha... Sekarang tinggal bagaimana agar perang kedua terjadi, dan aku akan membasmi semua clan werewolf."

Yuan berdehem, lalu menegakkan tubuhnya. Ia kembali menuangkan sebotol wine ke gelasnya yang kosong.

Tepat ketika ujung matanya menangkap siluet hitam yang berdiri menjulang di sisi jendela kamarnya.

"Berhentilah menakut-nakutiku." keluhnya. "Jantungku ini lemah, tau... Masuklah lewat pintu, kenapa susah-susah melompati jendela." sambungnya.

Sosok yang tak lain adalah Junkai itu, kini berjalan mendekat sambil melepas jubahnya.

"Senang?" tanyanya, merujuk pada rencana Yuan yang akhirnya berhasil.

"Menurutmu?"

Yuan tersenyum. Ia meletakkan gelasnya, lalu menyangga kepala menatap Junkai.

"Hey, Junkai. Ayo bantu aku." sambungnya.

"Haruskah?"

"Hey, hey.. Aku ini masih mate-mu, kan? Baik hati lah sedikit."

Junkai sontak tertawa. Ia mendorong tubuh Yuan agar terlentang di atas sofa, lalu melebarkan kaki sosok tersebut sebelum menindihnya.

"Kau mau mengakuinya hanya jika menginginkan sesuatu." bisiknya, lalu mengusap wajah Yuan dengan tangan panasnya. "Seharusnya kau ingat bagaimana dulu kaulah yang mengemis padaku untuk ditandai..."

Yuan menatap kedua mata Junkai yang berkilat nakal dengan kilatan yang sama.

"Kalau aku tak pintar-pintar menemukanmu kembali, apa aku percaya kalau kau akan dengan sendirinya mengakui statusmu?"

Yuan terkekeh pelan. Ia mengalungkan lengannya ke leher Junkai, lalu menariknya mendekat sebelum ia kecup pelan telinga sosok tersebut.

"Semua butuh waktu, Junkai." bisiknya. "Aku ingin menunggu agar dapat kekuasaan dulu baru datang mengakuimu. Dengan begitu kau pun tak perlu jadi bodyguard lagi, kan?"

Ditatapnya Junkai sambil tersenyum manis, dan Junkai membalasnya. Ia mencium bibir Yuan sekilas, lalu berbisik.

"Kalau begitu, lakukan saja sesukamu."


BUGH!


Red Organdy 2 | QiXin ft. XiangLin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang