" Semakin lama aku berjalan, semakin aku tidak menemakan rumah " - Kardelia Putri
Kardelia duduk termenung menatap sarapan yang disediakan pembantu rumahnya. Dia menghembus nafas dengan berat. Masih pagi tapi di antara orang tuanya bisa terdengar dengan sangat jelas.
Hal ini sudah menjadi kebiasaan untuk Kardelia. Disaat orang lain bisa bersarapan tenang dengan keluarga, namun tidak buat Kardelia. Dia harus bersarapan sendiri dan ditemani dengan suara bentakan, tangisan dan bunyi barangan kaca yang sengaja dilemparkan.
Krisna, pembantu rumah keluarga itu hanya diam memandang ke arah Kardelia yang tidak menyentuh sedikit pun sarapan yang telah ia siapkan. Krisna berjalan mendekat ke arah Keenan dan menyentuh lembut bahu anak gadis itu.
" sarapan ya? " ujarnya dengan lembut.
" di sekolah aja, nasi goreng buat Alkana mana mbak? " tanya Keenan berdiri dan merapikan bajunya dan bersiap sedia untuk pergi ke sekolah
" ini " Krisna menghulurkan bekal yang berisi nasi goreng kepada Keenan
" terima kasih. " Keenan hanya tersenyum lemas, gadis itu beranjak keluar daripada rumah. Kupingnya sudah tidak betah lagi untuk mendengar pertengkaran yang sepertinya tidak akan habis dalam masa terdekat ini. Keenan tidak ingin merusak mood paginya.
Kardelia menghentikan mobilnya di parkir sekolah, dia memegang dadanya yang terasa sesak dan menarik nafas perlahan. Setelah merasa nafasnya mulai stabil, Keenan mengambil tasnya yang berada tempat samping dan meletakkanya di pundak.
" del ? " Alina teman Kardelia berlari ke arahnya.
" nyari Alkana ya? " tanya Alina seperti mengerti dengan tingkah laku Kardelia.
" emm kok, Sekar mana?" tanya Kardelia
" di kantin. Alkana juga di kantin. Kita ke kantin yuk, mereka juga udah nunggu daritadi. " jelas AlinaKardelia menganggukan kepalanya dan mengikuti langkah kaki Alina. Setelah tiba di kantin, mereka mencari dimana Sekar dan sahabat mereka yang lain duduk.
" Sayang sini ! " Dion melambaikan tangannya kepada pacarnya Alina agar gadis itu dan temennya berjalan ke arah meja mereka.
" lu kalau pacaran cepet amat dah " ujar Alina kesal melihat Sekar sudah glendotan dengan pacarnya Farhan.
Kardelia memutuskan untuk duduk di samping buah hatinya. Kardelia melirik ke arah lelaki yang sedang sibuk memakan sarapanya. Senyum terukir di bibir Kardelia, dia mengeluarkan tisu untuk membersihkan mulut Alkana yang blepotan karna kecap
" apaansih? " ujar Alkana tidak suka, lelaki itu menjarakkan dirinya dengan wanita di sampingnya itu. Kardelia hanya mengelengkan kepala melihat tingkah Alkana yang terlihat marah kepadanya
" tadi kamu engga sempat sarapan ya?" Tanya Kardelia lembut kepada Alkana.
Alkana hanya menanguk dan tidak memandang ke wajah Kardelia. Mungkin bakso yang ada di dalam mangkoknya itu terlihat lebih menarik daripada wanita yang duduk di sampingnya itu.
" hari ini aku bawa nasi goreng buat kamu. Aku fikir kamu ga akan sarapan di kantin hari ini. Jadi aku siapin bekal buat kamu. Dimakan ya na? " Keenan menghulurkan bekal yang berisi nasi goreng ke arah Alkana
" na.. " ujar Kardelia lembut
Prak..
Alkana menolak mangkok baksonya sehingga bertabrakkan dengan mangkok bakso milik Dion. Dia menepis kasar tangan Keenan sehingga bekal itu terjatuh ke lantai. Keenan memandang sayu ke arah Alkana yang mmemandang kesal ke arahnya. Lelaki itu berdiri dan pergi meninggalkan Keenan
" adel.. " lirih Dioan merasa kasian kepada Kardelia yang menatap punggung Alkana yang semakin menhilang
" nanti beliin Alkana roti y? dia pasti masih laper. Ingetin buat minum obat ya? takut maagnya kambuh. Gue ke kelas dulu " ujar Keenan bangun dari kerusi dan pergi meninggalkan teman temannya.
" kasian Adel " ujar Alina pelan memandang ke arah Dion.
Dion diam dan memandang ke arah Keenan yang semakin menghilang daripada pandangan matanya. Dia menhembus nafas perlahan, hubungan dua manusia itu sudah terlalu tidak sihat untuk diteruskan. Hubungan itu juga sudah sukar untuk diselamatkan dan disembuhkan.
Keenan duduk di taman sekolah, dia mendongakkan kepalanya ke atas. Pandangan matanya terasa sedikit silau kerana matahari sudah mulai menunjukkan teriknya. Dia meregangkan tubuhnya dan menarik nafas pelan. Gadis itu menutup matanya sebentar
" udah dinasehatim gamau dengar sih " seorang lelaki datang dan duduk di samping Kardelia
" engga butuh masukkan daripada lo " ujar Keenan membukan matanya dan melirik tajam ke arah lelaki yang tengah menunjukkan wajah menyebalkan ke arahnya
" sakit kan? " ujar lelaki itu dengan nada yang sedikit meledek
" archi, diem " ujar Keenan semakin kesal dengan Archi
" dia ga suka sama lo del, lo harus sadar del. Bukan lo yang dia mau, memandang lo aja dia jijik del " ujar lelaki itu dengan nada yang sedikit tegas kepada Keenan yang memandang lurus ke arah pokok bunga di depannya
" gue masih perlu dia di hidup gue chi. Gue sayang sama dia Chi " lirih Keenan
" hubungan lo itu tidak sihat del, kalau lo masih mempertahankan hubungan ini lo yang bakal sakit del. Bukan hanya lo del, Alkana juga akan sakit karna terpaksa terikat dengan lo. Sadar del sadar, hidup ini bukan hanya tentang lo " tegas Archi
" gue tau chi. Pergi Chi, gue butuh waktu sendiri " Kardelia menutup telinga dengan erat. Sudah malas mendengar kata kata yang dilontakar oleh Archi.
" okay gue pergi, tali pls obatin luka lu itu. Takut bakterinya menyebar ke lain " ujar Archi kemudiam pergi meninggalkan Keenan
Setelah memastikam Archi benar benar pergi, Keenan memandang ke arah tangannya. Ada beberapa bercak darah di bajunya. Gadis itu mengusap wajahnya perlahan dan mengeluarkan tisu di dalam tasnya.
Dia membersihkan bekas goresan di tangannya. Keenan tidak merasakan sakit sedikit pun, kilitnya sudah begitu lali dengan hal yang tersebut. Setelah selesai membersihkan dan mengobati lukanya. Gadis itu bangun dari kerusi dan berjalan menuju ke kelas karna mata pelajaran pertam akan bermula sebentar lagi.
" lu fikir lu siapa?" Kardelia menarik kasar rambuk adek kelasnya. Rasa marah dan kesal menjadi satu di dalam diri perempuan itu. Bisa dilihat wajah dan matanya terlihat merah karna menahan amarah.
" k-kenapa Kak.. ?" Gadis itu meringgis kesakitan apabila rambutnya ditarik oleh Kardelia.
" nyali lo gedd banget ya? lo tau kan Alkana pacar gue? " Bentak Kardelia di hadapan wajah gadis itu
" m- maaf kak " gadis itu menyatukan kedua tanganya dan memohon maaf kepada Kardelia. Dia terlihat sangat ketakutan, menatap mata Kardelia saja dia tidak mampu.
" lo tau salah lo apa? " bentak Kardelia
" m-maaf Kak.. Tadi itu kita emang engga sengaja, arah kelas aku dengan Alkana kan sama jadi kita jalan bareng. Maafin aku kak, s-sakit kak " ujar ya dengan tangisan yang sayu, berharap Kardelia melepaskan gengaman pada rambutnya.
" gue udah pernah ingetin kan? " Kardelia meraihkan pipi Tania dan memaksa gadis itu memandang matanya.
" i -iya kak " ujarnya terbata bata.
" Alkana ! Alkana " Bio berlari ke arah Alkana yang sedang sibuk berbicara dengan Dion dengan Farhan.
" wooooo woooo sabar bro " Dion kaget dengan kehadiran Dion yang menabrak meja sehingga membuatkan air yang diletakkan di atas meja tumpah.
" Kar... Kardelia... Kardelia... " lelaki itu ngos-ngosan menyebut nama Kardelia.
" sabar... Tarik nafasss.... Hembus... Kardelia ngapain lagi?" Tanya Farhan
" Kardelia-"
28 December 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Second lead
Non-Fiction" saya dan dia akan bercerai " " papa mau ninggalin Adel? " " kamu bukan anak saya " " terima kasih kerana telah menjaga Adel " Kardelia Puteri, seorang gadis yang sebenarnya tidak pernah ingin dilahirkan didunia. Ia tidak tahu hal apa yang ia l...