" pamit "
Kardelia menarik nafas panjang, hampir seminggu dia menghilangkan dirinya. Apa yng terjadi beberapa hari lalu membuatkannya terpukul. Kardelia tidak berhenti menyalahkan dirinya, gadis itu merasa bodoh karna tidak bisa memilih manusia mana yang lebih penting dan perlu diutamakan.
Kardelia memijit kepalanya yang terasa sangat berat. Gadis itu mengusap wajahnya dengan kasar kemudian mengambil tas sekolahnya yang ada di jok belakang. Gadis itu keluar dari mobil dan berjalan menjauhi tempat parkir yang disediakan khas untuk para siswa dan siswi yang membawa mobil ke sekolah.
Sekolah masih lagi sunyi ketika ini karna waktu itu juga masih lagi awal pagi. Kardelia sengaja datang lebih pagi karna ia malas mendengar anak-anak di sekolah itu berbicara tentangnya yang hampir 1 minggu tidak datang ke sekolah.
Kardelia mengikuti kemana arah kakinya melangkah, gadis itu meaiki tangga menuju ke rooftop. Kardelia melabuhkan punggungnya di bangku putih panjang di sana. Sekali lagi Kardelia meraup wajahnya dengan kasar. Suana pagi masih lagi dingin, namun itu tidak membuatkan Kardelia beralih dari sana.
" Cerita gue kenapa muter mulu dah.. " Kardelia mendonggakan kepalanya menatap langit.
" Kalau kaya gini gue kapan bahagianya? Gue harus hilang siapa lagi agar gue bahagia? Siapa lagi yang harus gue celakain agar gue bisa bahagia? "
" Gue selalu berada di garda terdepan untuk membela orang yang gue sayang. Tapi- disaat gue punya masalah kenapa gue engga liat satu manusia pun yang muncul " Kardelia menghembus nafas dengan panjang.
Kardelia mnutup matanya, setelah kejadian beberapa waktu lalu entah kenapa Kardelia bertukar hobi. Selama satu minggu itu Kardelia hanya menghabiskan waktunya dengan tidur, bahkan 1 hari ia bisa tidur lebih daripada 18 jam. Meskipun dirinya banyak tidur, Kardelia tetap mengantuk dan terus menyambung tidurnya.
" Lu seminggu kemana aja ? " Dion melabuhkan punggungnya dan duduk di samping Kardelia yang sedikit kaget dengan kehadiran Dion.
" Gue sakit " ujar Kardelia dengan pelan dan membetulkan duduknya.
" lu bisa sakit juga ya? gue pikir lu engga bisa " Dion menyerahkan botol Aqua kepada Kardelia yang terlihat sedikit kusut pagi.
" gue juga manusia ion " lirih Kardelia kemudian meneguk Aqua yang Dion berikan sehingga habis.
" Lu punya masalah? " tanya Dion secara tiba-tiba.
" eh- enggalah hidup gue mah senang. Bapak gue seorang pembisnis terkaya, emak gue juga sama " Ujar Kardelia seperti seorang anak SD yang mencuba membuat teman-temannya cemburu.
" Dih gila lu " Dion menolak kepala Kardelia perlahan kemudian tertawa melihat tingkah Kardelia yang terkadang bisa dibilang aneh.
" tawa aja lu, beneran tau ! " Ujar Kardelia turut tertawa bersama dengan Dion.
" terus lu kemana seminggu lalu?"
" Astaga Dion.. Lu budek apa tolol sih? gue sakit ! gue S-A-K-I-T " Kardelia sedikit kesal dengan Dion yang terkadang tidak berhenti untuk ingin mengetahui kehidupanya.
" engga usah teriak kali ! gue engga budek " ujar Dion yang sedikit kesal dan menutup kupingnya.
" dih budek engga nagku lagi " Kardelia sedikit memancingkan keributan dengan Dion.
'' Gue kelitikin lu ya " Dion mulai mengelitik Kardelia dan membuatkan gadis itu tertawa puas dan susah untuk bergerak karna tangannya dipgang erat oleh Dion yang turut tertawa kuat melihat Kadelia yang seperti kehabisan nafas karna tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second lead
Non-Fiction" saya dan dia akan bercerai " " papa mau ninggalin Adel? " " kamu bukan anak saya " " terima kasih kerana telah menjaga Adel " Kardelia Puteri, seorang gadis yang sebenarnya tidak pernah ingin dilahirkan didunia. Ia tidak tahu hal apa yang ia l...