" karma adalah untuk orang yang jahat. Dan benar aku adalah orang jahat yang engga pernah sadar dimana kesalahan yang telah ku lakukan "
Plak !
Kardelia memegang pipinya yang di tampar keras oleh Andika. Kardelia menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mata Andika.
" Apa lagi alasan kamu? Apalagi Kardelia?!" Air mata memenuhi kelopak mata Andika.
Wanita itu terlihat kecewa dengan Kardelia. Matanya terlihat merah menahan amarah yang sesak di dada. Ingin sahaja ia membunuh gadis itu sekrang.
" Siapa lagi yang mau kamu bunuh Kardelia?! Siapa lagi????? " Andika menolak kepala Kardelia sehingga gadis itu susah menyeimbang tubuhnya dan terseungkur.
" Maafin Adel, bunda.. " Kardelia melutut di hadapan Andika. Gadis itu merasa sangat bersalah.
" Bunda?? Kamu pikir dengan permintaan maaf kamu itu, kamu bisa sembuhi Algara di dalam sana?! Kamu bisa?! Kamu bisa Kardelia?! " Andika menolak dan memukul Kardelia dengan kuat.
Kardelia hanya diam, gadis itu membiarkan Andika memukul dan menolak tubuhnya dengan kuat. Kardelia membiarkan Andika menyakitinya.
" Kamu jahat ! Kamu mau bunuh anak saya ! " teriak Andika histeria kepada Kardelia.
" buk, jangan kayak gini. Kita lagi di rumah sakit " Seorang suster cuba menenangkan Andika dan menarik tubuh wanita itu jauh dari Kardelia.
" Dia mau bunuh anak saya ! Usir dia ! " Andika terlihat sangat frustasi dan marah. Dirinya sangat marah apabila mengenangkan Algara yang sedang berlawan dengan dirinya di ruangan ugd.
Flashback
" hallo " Kardelia terbangun dari tidur karna ponselnya berbunyi.
" hallo mbak, Kita dari rumah sakit Jakarta. Mbak kenal dengan saudara Algara Haldy? "
" ha? Yaya.. " Kardelia memijit kepalanya yang terasa sedikit pusing.
" Saudara Algara Haldy terlibat dalam kecelakaam pada jam setengah 2 tadi pagi. Kita sudah menghubungi keluarga terdekat namun mereka tidak bisa datang dengan secepatnya. Saya harap anda bisa datang ke sini sekarang, karna saudara Algara Haldy harus melakukan operasi "
Hampir sahaja jantung Kardelia berhenti berdegup, dengan pantas gadis itu meloncat dari kasur dan berlari keluar daripada rumah milik Alkana.
Gadis itu tidak mengabari siapapun tentang pemergiannya. Sepanjang perjalanan Kardelia tidak berhenti mengutuki dirinya.
Beberapa kali gadis itu menghentakkan kepala di atas stir mobil. Kardelia kesal, sangat kesal dengan dirinya yang tidak bertanggungjawab.
Flaschback off
" Pergi.. "
Bruk !
Andika pingsan di pelukan suster Anna yang bekerja di rumah sakit itu. Kardelia melepaskan tangannya daripada seorang lagi suster yang menahan dirinya tadi.
Kardelia menepuk lembut wajah Andika agar wanita itu tersadar. Suster Anna berlari mendapatkan seorang doktor bagi membantu Andika.
Beberapa menit kemudian, seorang doktor datang dan mengarahkan supaya dua orang suster itu membawa Andika ke ruang rawat.
Kardelia terdiam kaku melihat Andika di letakkan di atas kasur kemudian ditolak masuk ke dalam ruang rawat. Ia melirik ke arah ruangan operasi Algara yang masih menyala.
Kardelia melabuhkan punggungnya di kursi rumah sakit. Gadis itu menundukkan kepala dan menarik rambutnya dengan frustasi.
Ini adalah salahnya, andai sahaja ia menepati janji tadi sudah pasti tiada yang terjadi pada Algara. Kardelia merasa dirinya egois dan tidak berterima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second lead
Non-Fiction" saya dan dia akan bercerai " " papa mau ninggalin Adel? " " kamu bukan anak saya " " terima kasih kerana telah menjaga Adel " Kardelia Puteri, seorang gadis yang sebenarnya tidak pernah ingin dilahirkan didunia. Ia tidak tahu hal apa yang ia l...