' ternyata disebalik hujan ada pelangi yang indah '
" umi " Kardelia berlari ke arah dapur dan memeluk Medina yang sedang memasak dari arah belakang.
Medina memutarkan tubuhnya dan tersenyum menatap Kardelia yang selalu sahaja terlihat ceria apabila datang ke rumah itu.
" Asalamualaikum " ujar Medina dengan lembut dan kedengaran menegur Kardelia.
" hehe lupa. Asalamualaikum umi " Kardelia tersenyum kemudian menyakim tangan wanita itu dan mengecupnya perlahan.
" Adel bawa apalagi sih?" Medina melirik ke arah plastik yang dibawa oleh Kardelia itu.
" seperti biasa " Kardelia mengankat plastik-plastik yang ada di tangannya kemudian berjalan menuju meja makan keluarga Medina.
" Adel banyak banget sih bawa makanannya. " Wanita itu memandang lembut ke arah Kardelia yang sering sahaja berbelanja lebih.
" ya kan makan kita bisa makan sama-sama disini. Dijamin dimakan abis kok umi " ujarnya dengan nada seperti anak kecil.
Medina menggelengkan kepalanya, hampir beberapa minggu ini hubungan Median dan Kardelia semakin rapat. Kardelia juga seringkali kesana.
" umi abang da- Astagfirullahalzim " Seseorang lelaki baru sahaja melangkah masuk ke dalam dapur dan kaget melihat ke arah Kardelia.
Lelaki itu menundukkan kepalanya dan seperti menolak untuk menandang ke arah Kardelia yang sama terlihat kaget dengan kewujudan lelaki itu.
" tenang, Adel engga emang engga pake jilbab kok " Entah darimana Sayyidina muncul Kardelia tidak tahu.
" oh- " Lelaki itu masih mematung berdiri di hadapan pintu dapur dengan kepala yang masih menunduk ke bawah dan mata yang memandang lantai.
" ohya Del, kenalin ini itu abang aku nama Ahmad. Panggil aja abang mad " ujar Sayyidina santai kemudian duduk di atas kursi dan memakan makanan yang Kardelia beli tadi.
" Adel " ujar Kardelia lembut memandamg Ahmad.
Ahmad mengganguk kepalanya tanda mengerti kemudian keluar daripada dapur. Jantungnya terasa deg-degan tidak karuan apabila tetap berdiri di sana.
" abang kenapa sih?" Medina mengerutkan keningnya karna merasa hairan dengan tingkah anak bujangnya itu.
" Suka Adel kali " Sayyidina tersenyum menggoda ke arah Kardelia.
" apaaan ! " Adel mengalihkan pandangannya daripada Sayyidina dan malas meladeni ulah gadis itu.
Medina melirik ke arah Kardelia yang sibuk mengeluarkan barang yang ia bawa dari dalam plastik. Wanita itu tersenyum menatap Kardelia.
" jika Allah berkata iya, pasti tidak ada yang mustahil " tutur batinnya.
Meskipun baru sahaja mengenal Kardelia, entah kenapa hatinya terasa dekat dengan gadis itu. Medina bisa melihat ketulusan hati Kardelia untuk belajar lebih tentang agama.
" Adel.. " Panggil Medina dengan lirih kemudian mengenggam erat tangan gadis itu.
" iya umi?" Kardelia tersenyum menatap wajah Medina.
" umi punya sesuatu buat Adel. Bentar yah" Medina melepaskan tangan Kardelia dan berjalan masuk ke dalam kamar tidurnya.
Wanita itu keluar dengan membawa beg kertas berwarna coklat. Kardelia mengerutkan keningnya dan melirik ke arah Sayyidina.
" umi hadiahkan buat Adel " Wanita itu menghulurkan beg kertas tersebut kepada Kardelia.
Dengan perasaan yang penuh dengan penasaran, Kardelia dengan pantas membuka tas itu dan memandang Medina tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second lead
Non-Fiction" saya dan dia akan bercerai " " papa mau ninggalin Adel? " " kamu bukan anak saya " " terima kasih kerana telah menjaga Adel " Kardelia Puteri, seorang gadis yang sebenarnya tidak pernah ingin dilahirkan didunia. Ia tidak tahu hal apa yang ia l...