Part 41 Second Lead ||

1.7K 74 2
                                        

" semua hal perlu waktu untuk sembuh "




Kardelia tersenyum menatap Alkana dan Aisyah yang sedang berjalan bersama menuju ke kantin. Mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih.

Tidak lama kemudian senyuman itu semakin luntur, kata-kata Helen bermain di fikirannya. Kardelia mengeluh panjang tatkala mengingat perkara itu.

Ting !

Kardelia mengerutkan keningny, siapa pula yang menghubunginya ini. Gadis itu mengambil ponsel yang ada di kocek baju dan memeriksa pesanan.

Doktor Affan :
Del, nanti siang kamu
datangnya cepat yah? Dari tadi
mommy nyariin kamu loh

Kardelia tersenyum menatap notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya. Gadia itu menarik nafas dan menghembusnya perlahan. Situasi waktu itu masuk ke dalam benak.

Throwback

Baru sahaja Kardelia melewati sebuah ruangan di rumah sakit, tiba-tiba seorang lelaki keluar dari ruangan doktor itu dan menggerutu dengan hebat.

Kardelia kaget apabila lelaki itu menghempas kuat pintu ruangan dan berjalan laju menuju kaunter rumah sakit seperti ingin mengadu sesuatu.

" galak amat " ujar Kardelia perlahan takut manusia yang sedang marah itu mendengar kata-katanya.

Kardelia merasa penasaran dengan doktor yang ada di dalam ruangan itu. Sepertinya ia mengenal ruangan itu, Kardelia memberanikan diri memulas tombol pintu.

Tekaannya adalah tepat, itu ialah ruangan Affan. Lelaki itu sedang tunduk seperti seorang yang sedang frustasi dengan kehidupan yang berat.

Kardelia menarik kursi ke belakang dan melihat Affan yang terlihat sangat kusut. Lelaki itu benar-benar tidak seperti Affan yang ia sering lihat.

" maaf, tolong ke ruangan sebelah. " ujarnya perlahan.

Affan tahu ia tidak patut berkata begitu, dia bisa dituntut ke pengadilan karna tidak menjalankan tugas. Namun Affan tidak bisa mengendalikan frustasinya.

Kardelia mengangkat tangan dan mengelus lembut kepala Affan, lelaki itu mendongak karna kaget dengan apa yang terjadi.

" lagi ada masalah?" Kardelia tersenyum menatap Affan.

Affan tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu. Lelaki itu menatap Kardelia dengan tatapan yang kosong, ia diam seketika.

" kita udah lama kenal loh, masa enggak mau cerita? Siapa tahu gue bisa bantu " ujar Kardelia

" gue elo, gue elo mulu. Manggil gue abang atau kakak kek. Heh saya itu lebih tua dari anda " Affan memayunkan bibirnya menatap Kardelia yang menatap tajam ke arahnya.

" suka-suka gue dong. Emang lu siapa?" Kardelia menatap sinis Affan yang tertawa melihat tingkahnya tang menyebalkan.

" yuk cafe " Ajak Affan menarik tangan Kardelia keluar daripada ruangannya.

Kardelia hanya mengikuti gerak langkah lelaki itu, Kardelia melabuhkan punggungnya di kursi berhadapan dengan Affan.

" bingung " Affan mengusap wajahnya pelan.

" kenapa? Mama- ehem maksud sy, Mbak Arin kenapa? " Kardelia menatap Affan dengan wajah yang khawatir

Affan mengeluh panjang, sukar untuk ia ungkapkan dengan kata-kata. Affan sayang akan wanita itu, namun ia tidak bisa mengendalikan amarahnya tadi.

" kenapa?" tanya Kardelia yang semakin khawatir dengan keadaan mamanya.

" aku tadi hilang sabar sama mommy jujur aku engga bermaksud buat ngebentak dia Del. Tapi apa yang dia lakuin itu benar-benar bikin amarah aku meledak " Affan memandang ke lantai.

" apa yang buk Arin lakuin? "

" setelah terkena strok waktu itu, mommy berubah. Mommy kayak insecure banget, dia engga mau disentuh siapapun Del. Daddy udah nyari suster buat ngurua mommy, tapi mommy malah bikin para suster engga betah di rumah " Affan menarik rambutnya frustasi.

" kalau gue yang bantu jagain mbak Arin gimana?" Ujar Kardelia dengan nada yang tenang dan meyakinkan.

Affan mengangkat kepalanya ke atas. Lelaki itu memandang Kardelia dengan pandangan tidak percaya.

" tapi kamu kan masih sekolah del, entar gangguin loh " ujar Affan lembut.

" engga kok. Gue bisa ! Setelah pulang sekolah gue bakal ke rumah lu. Gue bakal jagain mommy lu " Senyum manis terukir di bibir Kardelia.

Trowback off

" senyum mulu ! Ngeliat apa lu ! " Fenly berdiri di samping Kardelia dan mencari apa yang ditatao gadis itu.

" dih bukan urusan lu juga " Kardelia pergi meninggalkan Fenly sendiri.

" Marah mulu lu, entar keriput muka lu " Fenly berjalan berdampingan dengan Kardelia. Sudah lama ia tidak melakukan hal itu.

" Lu kenapa sih ngikutin gue? Engga ada kerjaan lain ? " Kardelia memberhentikan langkahnya dan menatap Fenly.

" yuk ! " Fenly menarik Kardelia ke tempat yang ia rasa spesial di sekolah.






" ngapain ke sini sih? Gue itu-"

" gue itu pacar orang. Lu engga boleh seenaknya bawa pacar orang ke tempat kayak gini " Fenly mengedipkan matanya pada Kardelia.

" lepasin tangan gue ! " Kardelia malas menarik tangannya daripada Fenly.

" Tangan lu makin kecil, lu engga makan?" Fenly melihat tampilan yang banyak berubah. Seingatnya dahulu gadis itu sempat kelihatan gemuk, namun kini kenapa ia makin cekung?

" makan lah, kalau gue engga makan gue gabakalan berdiri ama lu disini " Kardelia berjalan dan duduk di kursi putih yang sentiasa ada di rooftop.

" lu berubah " Fenly duduk di samping Kardelia dan menatap lurus ke hadapan.

" berubah gimana sih? Emang gue ultraman? Power ranger gitu? Aneh deh lu" Kardelia memandang kesal ke arah Fenly.

" Kardelia yang gue kenal dulu engga pernah ngalah. Dia sanggup lakuin apapun  untuk impiannya tercapai " Fenly menatap Kardelia.

" ini apa del? Ini bukan lu. Gue tau lu pindah ke IPA2 gara-gara lu pengen ngumpul bareng Sekar dan Alina. Tapi, keputusan ujian lu selalu lebih tinggi dari anak-anak IPA1 " Fenly menunjukkan keputusan ujian Kardelia yang lalu.

" lagi malas belajar " ujar gadis itu singkat enggan memandang Fenly.

" apa yang bikin lu ngalah sama Aisyah? Level lu dan dia itu engga sama Del ! Level lu lebih tinggi ! " Entah kenapa lelaki itu merasa sangat marah dengan Kardelia.

" gue bilang gue lagi malas belajar. Udah ah gue engga mau bahas ini. Gue mau ke kelas " Kardelia bangun dari kursi.

" Kardelia Puteri ! " Fenly menahan tangan Kardelia.

" Gue engga tahu apa yang terjadi pada lu. Tapi gue berharap Kardelia yang dulu kembali. Kembali ke rumah yang sebenarnya yang harus lu tinggali " Fenly melepaskan tangan Kardelia dan pergi.

' rumah? Rumah yang mana? apa maksud rumah yang sebenarnya? Sejak kapan Kardelia punya rumah? Sejak kapan ia punya tempat senyaman itu? Apa benar definisi rumah hanya sebuah tempat untuk berlindung dan tidak perlu merasa aman?' Kardelia terkekeh kecil dan menarik nafas pelan.

Dia tidak pernah punya rumah.

Second leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang