11 SECOND LEAD

3K 169 6
                                    

' maaf kerana tidak menetepati janji ' - Kardelia putri




Plakk !

" AYAH ! " Dara menahan ayahnya

" kamu sudah janji sama saya ! Mana janji kamu tadi? mana sumpah kamu? ! " Arnold ingin menyerangkan Kardelia sekali lagi namun di tahan oleh anak perempuannya dan isterinya.

Kardelia masih jatuh tersungkur dan memegang pipinya, rasa sakit yang ia dapatkan sekarang tidak sama dengan rasa sakit yang Alkana rasakan di dalm sana.

" MANA JANJI KAMU?! LIAT KEADAAN ANAK SAYA. DIA HARUS MENANGGUNG SEMUANYA ! " Arnold mengusap kepala dengan kasar. Llelaki itu memandnag benci dan jijik ke arah Kardelia.

" Adel minta maaf, ayah " ujar Kardelia menundukkan kepalanya tidak ingin menatap wajah Arnold yang penuh dengan perasaan amarah.

" PERGI DARI SINI, SEBELUM SAYA NGELAKUIN HAL YANG TIDAK PATUT SAYA LAKUKAN ! " Bentak Arnold dengan kuat sehingga seluruh ruangan itu bergema.

" maaf yah... Adel tau Adel salah " ujar Kardelia dengan nada yang sangat menyesal. Gadis itu menundukkan kepalanya.

" PERGI DARIPADA PANDANGAN MATA SAYA SEKARANG, SEBELUM KAMU SAYA BUNUH " Ujar Arnold mengancam Kardelia. Mata laki-laki itu memancarkan tatapan benci yang sangat mendalam ke arah Kardelia.

Kardelia bangun dari tempatnya, Seketika gadis itu melirik ke arah pintu ruangan Alkana yang masih tertutup rapat karna Alkana masih diperiksa di dalam sana.

" PERGI ! " Bentak Arnold lagi.

Kardelia memandang ke arah Dara dan Helen secara bergantian, namun mata dua manusia itu memandang ke arah lain. Mereka seolah-olah tidak ingin memandang ke arah Kardelia.Arnold mendengus kesal menatap punggung Kardelia yang semakin menghilang. Lelaki itu menumbuk dinding untuk melampiaskan rasa kesalnya kepada Kardelia.

Dara dan Helen duduk di bangku yang sudah disediakan di rumah sakit dan memeluk satu sama lain. Kedua-dua mereka terlihat bengong, entah apa yang difikirkan di kepala mereka.



Kardelia masuk ke dalam mobil dan meremas rambutnya dengan kuat sehingga tercabut dari kulit kepalanya, gadis itu tidak berhenti memukul stir motor sehingga tangannya merah.

" Bangsat ! " Kardelia memukul kepalanya dengan kuat sehingga meninggalkan kesan merah di sana.

" Ahhhhhhh ! " Kardelia meraup wajahnya dengan kasar, ia merasa sangat bodoh kerana tidak menjaga Alkana dengan baik.
Dia sharusnya membawa Alkana sekali dan bukan meninggalkan.



Disisi lain Arnold dan isteri beserta puterinya masih khawatir menunggu dokter keluar daripada memeriksa puteranya. Arnold mengepal tangannya dengan kuat, jika apa-apa terjadi pada anaknya itu pasti Kardelia akan ia hancurkan atau dibikin sengsara.

clekk..

pintu ruangan Alkana terbuka, seorang lelaki memakai coat warna putih keluar daripada sana.

" gimana keadaan anak saya?" Tanya Arnold dengan nada yang panik.

" Anak bapa tidak apa-apa, dia pingsan karna dia sedikit panik dan kaget " ujar doktor Hervan dengan lembut dan menepuk pundak Arnold.

" syukur, putra saya tidak apa-apa " ujar Arnold meraup wajahnya. kemudian memeluk isterinya, Helen.

" mbak yang anterin anak bapa tadi kemana? kalau saya boleh tahu " Tanya dokter itu mencari-cari keberadaan Kardelia yang tadinya ad tetapi kini menghilang.

" Dia sudah pulang dok.. " balas helen

" Apa ada dokter yang merawatnya tadi? Tadi saya ingin merawat dia terlebih dahulu tetapi dia malah menyuruh saya untuk memeriksa anak bapak " Terang Hervan kepada Arnold.

" maksud dokter? "

FLASHBACK ON

" sayang, kamu tunggu di sini dulu. Aku mau ke seberang sana mau beli air bentar ya " ujar Kardelia menyuruh Alkana berdiri di tempat parkir

" iya, iya. Bawel banget sih " ujar Alkana kesal dengan sikap Kardelia yang malah mengatur dirinya.

" Di sini, jangan kemana-mana " Ujar Kardelia kemudian pergi meninggalkan Alkana di sana.

Beberapa langkah lagi Kardelia hampir samapi ke alfa mart, ia merasakan ada sesuatu yang kosong pada dirinya. Dan yah, Kardelia bego ketinggalan tasnya di mobil. Ia tidak membawa wang apapun di kantongnya sekarang.

" haish " Kardelia mendengus kesal dengan diirnya sendiri. Sekarang ia harus berjalan kembali ke parkir mobil untuk mengambil tas. Dan tidak lupa juga, ia harus siap diomeli Alkana ketika sampai di sana nanti.

" Alkana ! " Kardelia melihat Alkana sedang melintasi jalanan dengan earphone di telinga. Dan tiba-tiba ada sebuah mobil yang dipandu laju dan seperti hilang kawalan.

Kardelia meneriaki nama Alkana, namunlelaki itu tidak merespon dirinya. Dengan pantas Kardelia berlari untuk menyelamatkan Alkana. Kardelia ia menarik Alkana ke pinggir namun mobil itu sudah semakin mendekat.

trrrtttt....*bunyi break mobil

TAP !!!!!!!!!!!!!!

Kardelia terpental di atas mobil putih itu kemudian jatuh ke bawah, darah berwarna merah mengalir keluar daripada mulut Kardelia. Siku dan lututnya terlihat berdarah, mungkin karna jalan yang tidak rata itu. Kardelia bangun daripada tempatnya, gadis itu mengelap kasar darah yang keluar daripada mulut dan keningnya.

Kardelia mengesot ke arah Alkana, Kardelia cuba untuk menyadarkan laki-laki itu. Namun tidak bisa, Alkana di bawa ke rumah sakit serta merta. Orang melanggar Kardelia tadi di bawa ke polisi karna dia memandu kenderaan dalam keadaan mabuk.

FLASHBACK OFF

" Astaghfirullahalazim " Arnold terduduk dan mengusap kepala dengan kasar. Gadis yang ia tampar tadi telah menyelamatkan nyawa anaknya. Gadis itu benar-benar menepati janjinya pada dia.

" Adel " Arnold mengeluarkan ponselnya dari kantong seluarnya cuba menghubungi Kardelia. Namun panggilannya tidak terjawab.











" neng? Astaga, neng kenapa ? " Krisna khawatir melihat keadaan Kardelia yang berlumuran darah.

" bik.... "

Brukk

Krisna menepuk wajah Kardelia dan membuka masker yang gadis itu kenakan. Krisna menangis melihat keadaan anak majikannya itu. Apa yang terjadi sebenarnya pada gadis itu, apa semesta tidak pernah puas untuk menyakiti dirinya. Apa dia tidak layak untuk mendapat cinta daripada orang-orang.

Krisna memeluk Kardelia dengan erat, hancur hatinya melihat keadaan gadis itu sekarang. Krisna benar-benar sudah menganggap Kardelia sebagai puterinya sendiri.

" shhh... Adel belum meninggal, tapi Adel engga bisa berdiri " ujar Kardelia meregangkan pelukan Krisna dan mengusap air mata wanita paruh baya itu.

" Apa yang terjadi non? kita lapor polisi non.... " Krisna menangis kesegukkan

" apasi? jelek tau wajahnya nangis gitu " Kardelia terkekeh geli memandang Krisna yang sedang menangis kesegukkan.

" Non ayokkk, kita lapor polisi ! " ujar Krisna dengan suara bergetar.

" shhh.... udah, Adel engga papa. Adel mau tidur bentar, Adel pengen tiduran. Peluk erat Adel, Adel pengen dibuai ama lagu yang selalu bibik nyanyiin buat Adel" Mata Kardelia mulai tertutup rapat. Jujur ia tidak tahu apa yang ia rasakan, matanya terasa sangat berat sekarang.

" Tutupla mata, tuan puteri...sudah masanya istirahat...mimpi yang indah-indah....nanti bangun harus bahgia....tidurla puteri kecil....tidurlah dengan nyenyak... " Krisna mengiggit bibirnya dengan kuat. Ingin sahaj ia berteriak sekarang.

Krisna menatap wajah Kardelia, langsung tidak terlihat lagi wajah cantik tuan puteri itu. Wajahnya seperti wajah-wajah preman yang babak belur. Krisna memandang ke arah bibir Kardelia, sudah lama ia tidak melihat bibir itu tersenyum dengan ikhas. Selama ini bibir itu berbohong untuk menyembunyikan semuanya.

Mengapa semesta begitu kejam dengan anak itu, kenapa dia dipilih untuk disiksa. Adakah dia tidak berhak bahagia?




























Second leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang