16 SECOND LEAD

2.6K 98 1
                                    

" semesta mengirimkan mu untuk membahagiakan ku tetapi bukan untuk menjadi milikku "









Kardelia memakirkan mobilnya di dalam garasi rumah. Gadis itu melepaskan sabuk pengaman dan mematikan mobilnya. Meraih tas di belakang dan keluar daripada mobil.

Rumah kedengaran sunyi, Kardelia yakin mamanya sedang tidur dan bik Krisna sedang sibuk di dapur.

Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, rumahnya kedengaran sangat sunyi. Rumah segede itu seharusnya berisik dan penuh baru ia sesuai untuk ditepati.

Kardelia memusingkan tombol pintu dan berjalan menaiki anak tangga. Langkahnya terhenti apabila sampai di atas. Kardelia melirik ke arah kamar mamanya.

Entah angin apa yang Kardelia sedut, gadis itu berjalan dengan yakin ke arah kamar mamanya.

Clekk..

Ternyata tekaannya meleret, mamanya tidak tidur. Wanita paruh baya itu sedang menyikat rambutnya di hadapan cermin besar.

" maa... Mama lagi sikat rambut ya " tanpa aba-aba Kardelia masuk ke dalam kamar mamanya.

Arin tidak memperdulikan gadis itu, ia fokus menyikat rambutnya di hadapan cermin.

Kardelia berjalan mendekat ke arah Arin. Gadis itu tersenyum melihat pantulan mamanya di hadapan cermin. Meskipun menginjak 36 tahun wajahnya masih belum berkedut sedikit pun.

" mama cantik banget " pujinya mesra.

" ma.... Rambut Adel kusut, mama mau nyikatin engga " tanya gadis itu antunisias berharap Arin menyikat rambutnya.

Arin berhenti menyikat rambut, wanita itu memalingkan kursi menatap Kardelia. Arin berdiri dengan sikat yang masih di tangan.

Srrt...

Arin mengangkat hujung sikat yang tajam kemudian mengais pipi putih Kardelia.

" arhh " Kardelia menatap mamanya kaget.

Darah merah yang pekat keluar daripada pipi mulusnya. Kardelia melihat wajahnya ke cermin. Pipinya luka karna tindakan mamanya.

" ma..." Lirih Kardelia.

" KELUAR ! " Bentak Arin dengan kuat dan menunjuk kasar ke arah pintu keluar.

" ma.. "

Arin mengambil pasu bunga yang berhampiran dengannya dan melemparkannya ke arah Kardelia.

Gadis itu masih memegang pipinya yang terasa sangat perih. Darah kental masih terlihat keluar daripada pipinya.

" SAYA BILANG KELUAR YA KELUAR ! " Bentak Arin lagi apabila Kardelia masih enggan keluar.

" maa... Adel minta maaf maaa " ujarnya lirih.

Arin memandang jijik ke arah Kardelia. Darah yang mengalir pada pipi gadis itu tidak membuatnya hiba. Lahirnya Kardelia ke dalam keluarga itu adalah petaka.

" KELUAR DARI SINI ATAU SAYA HERET !?" Arin berkata dengan tegas dan membuang wajahnya ke sembarangan arah.

Kardelia menarik nafas dalam-dalam, gadis itu memalingkan tubuhnya dan berjalan ke arah pintu keluar.

" maaf ma.. " lirihnya pelan kemudian menutup pintu.

Arin melemparkan sikat yang ia pegang tadi ke arah pintu. Mata wanita itu kelihatan merah seperti menahan marah yang besar.

Prak !

Arin melemparkan pasu bunga pada cermin tempat Kardelia melihat pantulan dirinya tadi. Arin benci akan Kardelia, sampai kapan pun itu !



Second leadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang