" tiada yg meminta seperti ini "
Kardelia menghrmbuskan nafas gusar, ia melirik sekelilingnya seperti sedang menunggu seseorang. Sesekali Kardelia melirik ke arah jam di tangan ya.
Baru sahaja matanya melirik ke pintu masuk, seseorang masuk ke dalam restoran dengan pakaian yang serba hitam.
" apa khabar ma.." Kardelia tersenyum dan mempersikan wanita di hadapannya duduk.
" mama mau pesen kopi ga? Adel pese-"
" tidak perlu ! Saya tidak ingin berlama-lama di sini " Arin menyilangkan kakibya dan menatap tajam Kardelia dengan tajam.
Kardelia diam seketika, perlahan-lahan kepala nya mengangguk seperti mengerti. Hampir 5 hari ia tidak bertemu dengan wanita itu. Entah kemana wanita itu hilang, Kardelia sendiri tidak tahu.
" mama sihat?" tanyanya dengan senyuman yang tak pernah lekang dari bibir.
" em " Arin berdehem.
" ma- "
" Berhenti panggil saya dengan sebutan ini. Kamu bukan anak saya dan saya bukan mama kamu mengerti? Saya mengajak kamu kesini karna saya ingin bicara tentang beberapa hal " Arin menatap sinis Kardelia.
" Pertama, tolong berhenti hubungi saya, kamu dan saya tidak pernah sekalipun punya hubungan apa-apa. Kedua, jangan pernah bilang ke siapa-siapa kalau kita saling kenal. Terakhir, jangan pernah munculin diri kamu di hadapan saya. Saya tidak mahu melihat wajah kamu " Arin bangun dari kursi dan ingin meninggalkan Kardelia.
" ma- " Kardeli seperti tersadar.
" maafin saya, maksud saya mbak. " Kardelia berdiri dan menatap Arin.
" Saya pengen ngucapin minta maaf buat pihak bunda saya. Saya tahu kami sudah banyak merusak keadaan. Tolong maafin kita ya mbak " ujarnya cuba untuk tersenyum menatap Arin.
" Saya janji, saya ngga bakal muncul di hadapan mbak. Mbak terima kasih sudah cuba untuk menerima saya di kehidupan mbak selama 17 tahun ini. Terima kash karna udah kasi rasa sayang yang sangat dala kepada saya meskipun itu hanya sebentar, saya sangat hargai " sambung Kardelia lagi.
" udah abis? Saya mau pergi " ujar Arin menatap sinis Kardelia
Kardelia hanya mengangguk, Arin seperti mengerti dan pergi meninggalkan Kardelia yang hanya bisa berdiri kaku menatap belakang punggung Arin.
Kardelia tidak tahu mahu kemana lagi, jujur ia bingung dengan dirinya sendiri. Entah kenapa ia merasa sangat kangen dengan seseorang.
" ini pak uangnya " Kardelia tersenyum menatap gocar online yang telah menghantarnya ke rumah seseorang.
Kardelia mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Seketika jidatnya berkerut
" kayaknya ini deh " ujarnya kemudian menarik koper warna coklat gelap.
" Permisi " Kardelia mengetuk pintu coklat rumah yang ia cari.
Beberapa detik kemudian seorang wanita keluar daripada itu dengan mengendong seorang anak kecil. Wanita itu terlihat heran melihat Kardelia.
" maaf mba ini rumah bik Krisna yah" tanyanya ragu-ragu karna takut salah rumah dan alamat.
" iya mbak, ini rumah nya mertua saya. Saya menantunya mbak " ujar wanita itu tersenyum menatap Kardelia.
" Oh kamu anaknya? Asalamualaikum kak? Sihat?" tanya Kardelia antunisias kepada wanita.
" walaikumsalam, alhamdulilah sihat. Saya Nuha, kalau boleh tahu nama mbak saya?" tanya wanita itu tersenyum melihat tingkah Kardelia.
" oh ya lupa lagi kenalin diri, Nama saya Kardelia putri. Bisa dipanggil Adel aja kok"ujarnya dengan senyuman yang tidak pernah lengkang dari bibir.
" oh jadi ini ya yang nyuruh oma pulang karna engga ada yang jagain. Ini yah " Kardelia bermain gemas dengan dede bayi wanita itu.
" nih, kakak punya sesuatu buat kamu. Mau ga ?" Kardelia menanyangkan beberapa barang yang ia beli buat cucu Krisna itu.
" em maaf ya mba. Bik Krisna mana yah? Lagi ke pasar? " Kardelia memerhati sekeliling mencari Krisna.
" ibu udah meninggal sebulan lalu " ujar Nuha dengan nada yang sayu.
Kardelia merasakan dadanya terasa sangat sesak. Wajahnya terasa panas dan tubuhnya terasa dingin. Apa yang ia dengar tadi, apa itu?
" mbak jangan bercanda mba. Engga lucu tau " Kardelia mengcekram kuat tubuh Nuha sehingga wanita itu meringgis kesakitan.
" mbak sakit mbak " ujar Nuha meringgis kesakitan.
" HEH ! " Seorang lelaki datang dari belakang menolak kasar tubuh Kardelia sehingga gadis itu tersungkur ke lantai sehingga sikunya sedikit lecet.
" SIAPA KAMU ! " Bentak lelaki itu dengan kuat kemudian memeluk anak dan isterinya.
Kardelia masih kaku di tempatnya, ia tidak bisa berganjak. Kepalanya terasa kosong dan ia tidak bisa berpikir dengan jelas.
" makam.. Makam bik Krisna di mana?" tanya Kardelia dengan kelopak mata yang sudah penuh dengan air.
Nuha hanya diam seperti tidak ingin memberitahu.
" mbak tolong kasi tahu saya makam bik Krisna dimana ?" Tanyanya dengan nada yang sedikit kuat.
" HEH ! SIAPA KAMU MAU BENTAK-BENTAK ISTERI SAYA ! " Lelaki itu ingin mengusir Kardelia namun di tahan oleh Nuha.
" 5 km dari sini. Kamu bisa naik taksi kemudian keluar dari jalan utama rumah dan belok ke kanan, jalan terus aja. Makam ibu di sebelah utara, di pokok gede. " ujarnya dengan nada yang lembut.
Kardelia bangun dari tempatnya dan berlari meninggalkan Nuha dan suaminya disana. Koper dan beg yang ia bawa tadi ia tinggalkan di sana.
Kardelia berlari selaju yang ia mampu ke jalan masuk utama. Mereka yang tinggal di sana memandang aneh ke arah gadis itu.
Tiada siapa menyangka, langit berubah menjadi hitam seperti tahu akan perasaan Kardelia. Hujan turun dengan deras tapi Kardelia masih sahaj berlari ke tempat yang ia tuju.
Hampir 12 menit, Kardelia sampai di makam yang ia cari. Gadis itu mencari pokok gede yang dikatakan oleh nuha. Kilat saling menyambar dan keadaan makam kelihatan mengerikan.
" Bik " Kardelia terduduk di makam manusia yang ia kenal. Gadis itu menanggis semaunya.
" ini mimpi kan? Adel mimpi kan? Engga, engga ini Adel lagi di Jakarta Adel lagi tidur " Kardelia menampar wajahnya dengan kuat.
" ini.. Ini bukan bibik kan? Enggak orang..orang itu boong kan? Ini bukan bibik. Ini orang lain, nama aja yang sama " Air mata Kardelia bercucuran keluar menatap nama yang tertulis di nisan.
" Bik " Gadis itu menanggis drngan semkin kuat kemudian memeluk erat tanah kuburan itu seolah-olah ia memeluk Krisna yang telah tiada
" kenapa bibik ninggalin adel? Kenapa????? Adel butuh bibik, Adel pengen cerita ke bibik " Kardelia memeluk erat makam Krisna.
Hatinya terasa sangat hancur sekarang. Dunia terasa sangat kejam karna sudah mengambil orang-orang yang ia sangat butuh.
" Adel butuh bibik, Adel pengen Bibik jagain Adel kayak dulu. Adel kangen bik, Adel kangen. Bik liat siku Adel luka, kalau engga ada bibik siapa yang mau obatun bik?" ujarnya tersedu-sedu.
Hujan masih turun dengan lebat namun itu tidak membuatkan Kardelia berganjak, baju yang ia pakai kelihatan kotor karna tanah makam yang mencair.
" maafin Adel, Adel memang pembawa sial. Gara-gara Adel, bibik pergi. Kalau sedari dulu Adel menjauh, pasti bibik engga bakalan mati karna engga terkena sial Adel. " Kardelia menanggis dan memukul diriny dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second lead
Non-Fiction" saya dan dia akan bercerai " " papa mau ninggalin Adel? " " kamu bukan anak saya " " terima kasih kerana telah menjaga Adel " Kardelia Puteri, seorang gadis yang sebenarnya tidak pernah ingin dilahirkan didunia. Ia tidak tahu hal apa yang ia l...