" emosi meledak di saat yang tidak tepat "
Kardelia menatap dirinya di hadapan cermin, bibir gadis itu terlihat sangat pucat dan menyedihkan. Kardelia melirik ke arah jam yang sedang berdetak di dinding. Hanya tersisa 30 menit lagi sebelum sekolah bermula. Kardelia mengambil iodin di dalam almari dan membersihkan lukanya.
Kardelia mengenakan seragam sekolah seperti biasa, ia menarik nafas perlahan melihat satu kain putih yang biasa ia pakai untuk menutupi rambutnya. Kardelia meremas kain itu dengan kuat kemudian meletakkannya di atas kasur dan keluar daripada kamar.
Baru sahaja ia ingin melangkah menuruni tangga, matanya terhenti melihat pintu kamar orang tuanya terbuka. Kejadian beberapa jam tadi bermain di otaknya. Kardelia mendegus pelan kemudian berlari menuruni anak tangga dan menuju pintu keluar.
Kardelia menghempas pintu dengan kuat kemudian berjalan menuju mobilnya. Gadis itu menghidupkan mobilnya dan memecut laju menuju sekolah. Di sepanjang perjalanan Kardelia tidak berhenti menekan klakson mobilnya karna merasa kesal dengan pemandu jalan raya yang lain.
Tidak hanya itu, Kardelia turut memecut laju meskipun lampu berarna merah. Gadis itu terlihat seperti tidak takut mati hari ini. Kardelia turut gterlihat tidak peduli dengan keselamatan pemandu yang lain. Beberapa menit kemudian Kardelia sampai di sekolah. Gadis itu berhenti di parkir mobil dan mematikan mobilnya.
Anak-anak di sekolah terlihat kaget dengan Kardelia yang kembali seperti dahuluya. Baru sahaja beberapa minggu yang lalu Kardelia mengenakan hijab, namun kini gadis itu sudah kembali ke keadaan asalnya. Sedang Kardelia melewati koridor beberapa siswi terdengar berbicara seperti mengejek dirinya.
BRAKKKK
" APA ?! LO NGOMOMG APA ?! " Kardelia mengcekek gadis itu dengan kuat sehingga ia susah untuk menarik nafas.
" KALO LO ENGGA MAU GUE BUNUH, MENDING LU JAGA BAHASA LU " Mata Kardelia merah dan memandang jijik ke arah gadis itu.
Kardelia melepaskan cekikkannya dengan kasar kemudian berjalan menuju ke kelas. Gadis yang Kardelia ekik tadi hanya terduduk dan berusaha mengatur nafasnya yang terasa hampir habis. Baru sahaja kaki Kardelia melangkah masuk ke dalam kelas tiba-tiba ia ditabrak oleh seseorang.
" BANGSAT ! " Kardelia menolak tubuh itu dengan kat sehingga terbentur ke dinding.
" Adel " Sayyidina bangun daripada tempat duduknya dan ingin menarik Kardelia
Kardelia melemparkan tasnya ke sebarangan arah kemudian berjalan ke arah Aisyah yang mulai hilang kesadarannya. Sayyidina cuba menari Kardelia yang terlihat seperti ingin menyerangkan Aisyah. Namun usahanya nihi, tuuh Sayyidina pulang melayang karna tolakkan kuat Kardelia.
Entah apa yang merasuki Kardelia, gadis itu duduk di atas perut Aisyah dan mengcekiknya dengan kuat, Aisyah berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan jari-jari Kardelia daripada lehernya. Wajah gadis itu terlihat merah karna tidak bisa menarik nafas
" Aisyah " Alkana berlari mendapatkan Aisyah yang terbaring lemas di lantai dengan Kardelia yang berada di atas badannya.
Alkana menolak kuat tubuh Kardelia sehingga gadis itu tersungkur ke atas lantai.
" Alina ada apa ini " Farhan memandang ke arah Alina yang memangku kepala Aisyah yang penuh dengan lumuran darah.
'' Tadi Aisyah engga sengaja nabrak dia, dan dia tiba-tiba. Kita cuba untuk ngelarang tapi engga bisa " Alina menanggis memperjelaskan semuanya kepada Dion, Alkana dan Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second lead
Non-Fiction" saya dan dia akan bercerai " " papa mau ninggalin Adel? " " kamu bukan anak saya " " terima kasih kerana telah menjaga Adel " Kardelia Puteri, seorang gadis yang sebenarnya tidak pernah ingin dilahirkan didunia. Ia tidak tahu hal apa yang ia l...