Chapter 41

215 24 5
                                    

Baru saja tiba di ambang pintu kamar, kau disambut pelukan erat dari Dazai Osamu.

Tak hans pelukan, ia juga mengucapkan terima kasih pada mu. Entah apa maksudnya, saat kau bertanya ia tak menjawab dan memilih untuk membuka phoneselnya.

"Sebenarnya ada apa sih, anata?" Tanyamu untuk yg kesekian kalinya.

"Rahasia." Jawabnya untuk yg kesekian kalinya.

"Huhh, selalu rahasia rahasia rahasia." Omel mu.

Chuup!

Dia mencium kening mu.
"Jangan mengomel nanti kau terlihat tua." Ucapnya sengaja meledek mu.

Ciuman mendadak itu membuat tubuhmu membeku dan pipi mu memerah.

"Kita ini sudah menikah tidak usah malu begitu." Celetuk Dazai.

"Ne Anata, gadis kecil bernama Isane itu kenapa ? Kenapa seperti tak suka pada ku?" Tanya mu.

"Ooo gadis itu. Dari awal ak bertemu dengannya, memang anak itu sudah seperti itu mungkin pengaruh dari orang tuanya." Jawab Dazai sembari membalik halaman bukunya.

"Jadi perbuatan anak tergantung pada orang tuanya?" Tanya mu.

"Tentu saja begitu."

"Heee ..."

"Sebaiknya kau mandi dan bersiap untuk pergi ke pasar malam."

"Hehe iya ya, ak lupa kalau akan pergi ke pasar malam."

Dazai sedikit menggelengkan kepala melihat tingkah mu. Gemas pikirnya krena baru kali ini ia melihat gadis sepolos dan sebaik dirinya di tengah perkembangan zaman.

🌸🌸🌸

Benar saja, hanya melihat komedi putar dari kejauhan saja sudah membuat gadis polos itu tertawa girang.

"Eeehhh kok ?"

"Kita mau mengajak Isane ke pasar malam, ak harap kau tidak keberatan." Ucap Dazai.

"Tentu saja ak tidak keberatan." Jawab mu.

Dazai mengangkat sebelah alisnya.
"Biasanya  para wanita akan mengatakan 'kenapa harus mengajak orang lain, kupikir kita akan kencan.'" Ucap Dazai.

"Hm?"

Pria itu hanya mencubit pipi mu dan mengatakan bahwa kau terlalu polos untuk gadis seumur mu.

🌸🌸🌸

Dan di sinilah kalian berdua ditambah Isane yg diajak oleh Dazai.
Gadis kecil itu tampak gembira bahkan ia bilang kalau baru pertama kali pergi ke pasar malam sebab orang tuanya tak ada waktu untuknya.

Sebenarnya hanya Dazai dan Isane yg tampak gembira, kau hanya bisa melihatnya dari belakang.

"Hey (Name) Chan, kenapa melamun?" Tanya Dazai.

"Tidak ada." Jawab mu.

"Jangan sampai kau terpisah dari ku." Pesan Dazai, dia sedikit berteriak ke arah mu.

Benar saja, karena asik melamun dan tak melihat ke depan kau jadi mengambil arah yg berbeda dan terpisah dari Dazai.

🌸🌸🌸

(Name)'S POV

Di sini ramai sekali, hampir tak bisa melihat ke depan hanya punggung dan orang yg lalu lalang di depan ku yg ak lihat sejak tadi. Bahkan beberapa ada yg menabrak tubuhku.

Salah ku sih, melamun bukannya melihat jalan. Sekarang ak tersesat, apa kata orang nanti seorang gadis bersuami tersesat.

Dazai Kun di mana ya kira kira?

(Name) END POV

"Dazai Sensei di mana wanita itu ?" Tanya Isane.

Sadar bahwa (Name) sejak tadi tak bersuara, Dazai segera menatap sekelilingnya dan tak mendapati istrinya di sekitarnya.

"Hahh, ayo kita cari." Ajak Dazai.

"Merepotkan." Keluh Isane.

Di sisi lain, kau hanya berjalan dan terus berjalan menatap asing setiap tempat yg kau lalui. Bahkan orang orang tak memperdulikan mu saat kau bertanya pada mereka.

"Bagaimana jika Dazai Kun tak mencari ku? Bagaimana jika ak ditinggal?"

"Siapa yg akan meninggalkan mu, (Name) Chan?"

Saat suara itu tertangkap oleh telinga mu, perasaan bahagialah yg kau rasakan.

"Dazai Kun!!!" Seru mu sambil menghampiri dan memeluknya.

"Hahh, kau ini sudah besar bisa tersesat juga." Keluh Dazai sembari membalas pelukan mu.

"Gomen."

Kali ini Dazai mengenggam erat tangan mu, ia bahkan bilang kalau tak mau menjadi ibu mu dan mencari mu jika hilang.

"Ku rasa sudah cukup kita pergi, ak tak ingin kalian sakit. Jadi ayo kita pulang." Ajak Dazai.

"Baiklah ayo pulang." Jawab mu.

🌸🌸🌸

"Arigatou Dazai Sensei, ini sanggat seru!" Ucap Isane.

"Ya besok kita lakukan lagi jika ada waktu." Ucap Dazai.

"Um.."

"Kalau begitu ak harus pulang, sampai jumpa Isane Chan."

Dazai melambaikan tangan ke arah Isane sebagai balasan lambaian tangannya.

Mobil melaju perlahan di jalanan kota Yokohama, membawa mu dan Dazai menuju ke tempat tujuan tempat yg disebut rumah bagi mu tapi penjara bagi Dazai.

Hening melarutkan mu dalam tidur, duduk di sisinya membuat mu damai dan hangat hingga membuat mu mengantuk. Sesekali kau mencari bahunya untuk mendapatkan nyaman dalam tidur.

Sayup sayup terdengar.

"Pak naikan suhu ACnya dan cari jalan pintas."

Tubuhmu juga merasakan hangat seperti sedang dibalut dengan selimut.

Setelahnya tak ada apapun yg kau rasakan hanya damai yg kau rasakan.

.


.

.
TBC

Two Personalities | Dazai Osamu X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang