ZAYAN - 34

5.2K 380 12
                                    

95 Vote = Chapter 34

7,3kVote = Jumlah Vote

HAPPY READING💐

2 bulan berlalu begitu cepat, usia pernikahan RAZAN sudah berjalan 3 bulan. Zayan semakin lengket dengan Aurora, bahkan semakin manja dengan isttinya itu. Mungkin Zayan nggak akan berubah, atau mungkin nanti? 

Sepasang pasutri masih bergelung dalam selimutnya, tidak peduli dengan sinar matahari yang terus menyorot seisi kamarnya yang terlihat sangat berantakan.

Mungkin semalam mereka melakukan pertempuran diatas ranjang. Tangan kekar milik pria tampan bertengger manis dipinggang istrinya dengan erat. Tubuh polos mereka yang tertutupi selimut tebal.

Hingga suara dering ponsel menyapa pendengaran pria itu. Tanpa melepas rengkuhannya, ia meraba nakas dengan tangan lainnya.

"Halo." Suara serak basah miliknya menyapa seseorang yang mengganggu tidur paginya.

"ZAYAN BANGUN!!! MAU JADI APA KAMU BANGUN SIANG!! SUDAH JADI SUAMI, TAPI MASIH BANGUN SIANG. KAMU TUH HARUS MENCONTOH ANAK-ANAKMU KELAK!!" teriakan Khanza membuat Zayan langsung membuka matanya sempurna. Menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

Ia menepuk-nepuk punggung Aurora, saat istrinya itu terusik dengan teriakan mamanya.

"Berisik," tukas Zayan.

Khanza yang mendengar perkataan putranya seketika meledak. "APA KAMU BILANG?! BANGUN SUDAH SIANG! CEPAT BUKA PINTUNYA, MAMAH ADA DIDEPAN!!"

Tut!!

Tanpa mendengar bantahan dari mamahnya, Zayan sudah terlebih dahulu mematikan sambungan teleponnya. Lalu ia menghadap kearah istrinya yang kembali tertidur pulas.

Cup

Kecupan dikening ia berikan pada istrinya, lalu ia beranjak dari kasur dan mengambil pakaian miliknya. Kemudian memasuki kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.

Setelah selesai ia keluar dengan rambut basah dan wajah segar miliknya. Ia keluar kamar pelan-pelan takut mengganggu istirahat istrinya karena semalam ia habis menggempurnya sampai menjelang pagi.

Menuruni tangga satu persatu dengan santainya tanpa menghiraukan mamahnya yang sudah menunggunya didepan sampai kakinya berlumut.

Ia membuka pintunya dan dihadiahi pukulan dikepalanya. Pagi-pagi udah dikasih sarapan kepala aja, huh. Masih untung pintunya ia buka, dasar nggak tau terima kasih. Biarlah dirinya dikata durhaka pada orangtua. Siapa suruh, mamahnya mengganggu tidurnya.

"Kemana aja kamu? Mamah dari jam 7 sampai jam 9 nunggu kamu didepan rumah. Nggak kasian sama mama?"

"Nggak ada yang minta mama kesini," celetuk Zayan dan dibalas geplakan pada lengannya yang tak bersalah.

"Dimana menantu mama?" tanya Khanza saat netranya tak menemukan keberadaan menantunya.

"Masih istirahat," jawab Zayan singkat.

Khanza menatap tajam putranya, pasti putranya ini menggempur menantunya habis-habisan karena jealous. Memang putranya ini sangat posesif pada Aurora. Bahkan dirinya seperti mengenal putranya yang baru.

Karena kejadian malam itu di pesta perusahaan temannya, mereka datang secara terpisah.

"Ara kamu ikut aku ya ke pesta ulang tahun perusahaan temen papa," ucap Zayan memainkan ujung baju Aurora yang berdiri dihadapannya.

"Pesta?"

"Iya pesta, kamu mau datang kan sama aku?" ujar Zayan sedikit merengek.

Aurora menatap suaminya sambil berpikir, tapi seketika lamunannya buyar saat dering telepon miliknya berbunyi.

ZAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang