"Mari batalkan pertunangan kita"
Kalimat yang menyulut amarahnya, ia tak akan mengakhiri pertunangan ini sebelum semua yang di inginkan tercapai. Keinginan yang bisa menjadi bumerang untuknya dikemudian hari.
Ellias terus melajukan mobil dengan cepat hingga sebuah suara memasuki pendengarannya.
"Ma... Pa... Berhenti..."
"Adeline... gak mau Ma"
"Papa.... berhenti mobilnya"
"Papa Mama jangan bertengkar"
"Ma... Hikss... Pa... Adeline takut"
"Jangan ajak Adeline bunuh diri..."
Ia melihat Miselia yang terus menutup mata, tangannya menggenggam kuat seal belt, peluh di dahi gadis disebelahnya telah bercucuran.
Rasa asing sedikit menggerogoti hatinya, ia menggeleng mengenyahkan rasa tersebut. Ingatan tentang apa yang telah terjadi padanya membuat egonya kembali melambung. Ini belum seberapa dari yang ia rasakan.
Ellias tetap melajukan mobil tersebut, hingga suara jeritan Miselia menghentikan laju mobil hingga berputar arah 180°.
"Aaaaarrgghhh...."
Mobil terhenti, gesekan dengan jalan meninggalkan bekas kehitaman di aspal, nafas Ellias berpacu, sementara Miselia terus memegang dadanya yang mulai berdetak cepat.
Netra dingin kembali Ellias lemparkan pada Miselia yang tengah bergetar. Ia tersenyum miring sedikit menikmati rasa ketakutan Miselia. Gadis itu harus tunduk dan patuh dengannya, ia tak akan membiarkan Miselia menjadi gadis pembangkang.
"Ingat ini Miselia, lo gak akan pernah bisa lepas dari gue. Kecuali gue sendiri yang ngelepas lo"
"Dan ini peringatan pertama dan terakhir buat lo, sekali lagi gue denger lo ngomong atau berbuat agar pertunangan kita dibatalkan. Gue akan pastiin lo merasakan hal yang gak pernah lo bayangin. Paham" lanjut Ellias penuh penekanan.
Miselia hanya mengangguk, ia tak akan menyulut pembicaraan tentang pembatalan pertunangan ini lagi. Dirinya masih sayang hidup, ia tak ingin mati sia-sia di kehidupan kedua ini.
Mobil kembali berjalan dengan kecepatan sedang, Miselia mencoba mengenyahkan kenangan dikehidupannya dulu, ia menatap keluar jendela terserah kemana Ellias membawanya. Bukankah sejak awal Ellias yang memimpin.
Perjalanan hanya terisi keheningan, Ellias tak perduli apa yang Miselia pikirkan tentangnya. Mobil memasuki parkiran apartemen Ellias.
"Turun"
Miselia yang tidak mau membuat iblis murka kembali terpaksa mengikuti Ellias, mereka berjalan dengan Miselia yang menjaga jarak agar Ellias berada didepan. Tanpa ia duga tangan Ellias menggenggam tangannya.
"Jangan lari" pria itu berpikir Miselia menjaga jarak karna ingin kabur ternyata.
Detak jantung Miselia kembali berdetak cepat, namun bukan detak ketakutan. Perasaan Miselia asli yang tertinggal. Apakah Miselia menyukai Ellias sekaligus juga takut pada pria didepannya ini.
Mereka memasuki apartemen mewah Ellias, ia menarik Miselia menuju sebuah ruangan. Pintu terbuka memperlihatkan sebuah ranjang besar dengan seprai abu-abu.
Ellias mendorong Miselia hingga terduduk di ranjang, pikiran negatif mulai berdatangan silih berganti. Ellias berjalan menuju lemari ia mengambil sebuah map berisi berkas lalu melemparnya ke sebelah Miselia.
"Baca dan pahami, gue pastiin habis itu lo gak akan berani meminta pembatalan pertunangan kita"
Ellias keluar kamar lalu menguncinya, ia kemudian berjalan menuju ruang kerjanya. Tangannya mendial sala satu nomor bawahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Antagonist Fiance (SELESAI)
General Fiction🪹🪹PERPINDAHAN JIWA MUSIM 1🪹🪹 Disclaimer : Tata bahasa masih berantakan Sebuah cerita transmigrasi pada umumnya, tidak ada yang spesial kecuali hubungan kita. Disclaimer : Pemeran utama lemah lembut tak bertulang menyebabkan banyak berkata kasar...