Ellias melajukan mobilnya menuju apartemen barunya, ya ia meninggalkan apartemen lamanya dengan segala kenangan buruknya pada Miselia. Malam semakin larut perjalanan hanya terisi keheningan.
Miselia menatap keluar jendela, mencoba mengenyahkan pemikiran yang tak berguna. Ia tak punya tempat tujuan akan kemana, pikirannya tengah kosong. Rumit sekali hidup tenang dalam diri Miselia.
Mobil terhenti di basement, mereka masih diam. Ellias ingin menenangkan Miselia namun mulut masih terkunci. Pasti berat mendengar fakta yang mengejutkan tadi. Ellias keluar dari mobil kemudian membukakan pintu untuk Miselia.
Gadis itu tersentak saat tangan Ellias memegang bahunya. Entah sejak kapan Ellias membukakan pintu untuknya. Ia sampai tak menyadari hal tersebut.
"Turun" ajak Ellias.
Miselia ikut turun, ia menatap sekitar sebuah parkiran apartemen namun bukan apartemen Ellias. Kemana pria itu membawanya saat ini.
Tangannya digenggam Ellias dengan satu tangan kembali membawa kopernya.
"Harusnya lo anter gue ke toko aja"
"Dan ngebiarin lo tidur disana tanpa pengawasan" ucap Ellias. Bukannya tak mau ia hanya tak ingin Miselia kembali nekat dan melakukan percobaan bunuh diri. Gadis itu tak sekuat yang terlihat.
"Gue cuma pingin sendiri" ucapnya sendu
"Didalem ada kamar kosong, nanti Marcelio yang akan jemput lo buat pulang ke tempat dia" balasnya, ya meski baru mengetahui bahwa Miselia hanya anak angkat tapi Marcelio tetaplah kakak yang disayangi Miselia bukan.
"Tapi"
"Udah malem Miselia gue tau lo butuh istirahat"
Mereka memasuki unit apartemen Ellias. Ia menyuruh Miselia agar duduk di ruang tamu. Ellias berjalan menuju dapur untuk membuat minuman.
Miselia memandang kosong ponselnya, bimbang antara memberitahu Marcelio atau tidak. Ia takut akan mengganggu kerjaan Marcelio, tapi ia juga butuh teman bercerita.
"Minum dulu" ucap Ellias mengalihkan pemikiran Miselia.
Secangkir teh hangat Ellias berikan pada Miselia. Kepalanya mengangguk lalu meraih cangkir teh hangat tersebut. Ellias duduk disebrang Miselia ia tau perempuan itu juga belum terlalu percaya dengannya.
"Udah mendingan" tanya Ellias, Miselia masih menatap minta cangkir didepannya. Sejak tadi hanya hening, Miselia masih tak bergeming.
"Mau gue telfonin Marcelio?" Tanyanya lagi
"Gak usah, nanti pas pulang aja bilangnya" ucap Miselia. Jika ia katakan sekarang pria itu pasti langsung pulang dan mengacaukan rumah karna fakta ini. Ellias mengerti, berteman lama dengan Marcelio membuatnya paham dengan tindakan pria itu.
"Mau cerita? Gue tau lo banyak pikiran, lo boleh bagi hal itu sama gue. Lupain tentang kemarin untuk malam ini" tanpa sadar tangan Ellias menggenggam tangan Miselia menyalurkan kekuatan.
Miselia menatap Ellias, ia menarik tangannya yang digenggam.
"Sorry, gue gak sengaja" ucap Ellias tak enak karna menggenggam tangan Miselia tadi.
"Gak perlu" ia sedang tak ingin bercerita. Masih terlalu terkejut dengan fakta tersebut.
"Kalo lo gak nyaman gue bisa balik ke apartemen lama, lo bisa tinggal disini sampai Marcelio pulang" ucap Ellias. Menyadari ada ketidak nyamanan dalam diri Miselia.
"Ini kan apartemen lo"
"Lo bisa pakai apartemen ini sampai tenang" balasnya
"Gue gak sejahat itu ngusir lo dari apartemen sendiri" Miselia tak sejahat itu mengusir pria itu dari rumahnya. Ia cukup tau diri saat menumpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Antagonist Fiance (SELESAI)
General Fiction🪹🪹PERPINDAHAN JIWA MUSIM 1🪹🪹 Disclaimer : Tata bahasa masih berantakan Sebuah cerita transmigrasi pada umumnya, tidak ada yang spesial kecuali hubungan kita. Disclaimer : Pemeran utama lemah lembut tak bertulang menyebabkan banyak berkata kasar...